Damn You.

419 2 4
                                    

Random: Liburan dan gue merasakan... flat. setepos papan cucian. Haft. Tadi, gue abis ngambil buku paket di SMA. Njis... buku mat sama kimianya itu caem banget buat nimpukin 3 gajah. Ck. Oke, optimis, pasti bisa lebih berprestasi di SMA. Kabar yang lebih sedih lagi adalah, gue pisah sama salah satu sahabat gue, yang tadinya mau masuk ke sekolah yang sama kayak gue dan sahabat gue yang satu lagi, tapi ternyata dia diterima masuk di 70. Pisah lagi deh satu. Dari 4, tinggal 2 yang bertahan di MD*yang satu lagi ketrima di Pahoa, dan emang kagak minat masuk MD) u.u HAHAHA. Oke, maaf lama ya upload chapt ini, karena kemaren fokus sama 'The Moment With You'. Dan sebelum nyimak, gue ada rekomendasi buku novel untuk dibaca pas liburan----> One Last Chance, Love Hate Hocus Pocus, 5CM, dan Danur (sementara ini dulu ya) 

Yuk mare, disimak. 

-----------------M--------------------

Semua orang pasti setuju kalau macet adalah hal yang membuat manusia tua di jalanan.

Membuang-buang waktu.

Sampai sekarang Inez dan Vigo masih bingung apa sih yang membuat macet? Apakah karena kendaraan terlalu banyak maka terjadi macet? atau ada alasan yang lain? 

Seperti sekarang, mobil mereka kena macet pas di persimpangan mau naik ke puncak dan turun ke bogor. Dalam posisi di mana mobil Alvin berhenti pas di depan mobil Vigo, dan mobil Aldi ada di samping kiri mobil Vigo. Posisi yang pas sekali.

“Duh! Pake acara macet lagi!” rutuk Inez sambil memukul dasbor mobil Vigo.

As usuall, Vigo menanggapi tindakan Inez itu dengan senyuman.

“Jangan ngambek dong, Nez. Kasian dasbor mobil gue lo gebuk terus, toh dengan kondisi macet, kita jadi makin dekat gini kan?HAHAHA!”

Inez tersenyum kecut. “Maunya! Bosen nih, Vig! Enaknya ngapain ya?”

“Sama. Main peluk-pelukkan aja yuk, Nez?” usul Vigo polos.

Usul yang disertai tempelengan gratis dari Inez. “Elo tuh ya, makin lama makin piktor aja. Jangan-jangan di tempat magang lo, lo berhasil menyebarkan virus piktor lo lagi!”

“Hahaha! Nggak dong. Aduh, Nez, justru di tempat magang tuh, gue dipuja-puji karena hasil kerja gue yang bagus banget.” Ucap Vigo mulai kelewat percaya diri.

Inez menyodorokan telapak tangannya untuk Vigo, dan berkata, “Talk to my hand, Vigo.” Dengan nada judes.

Tiba-tiba pandangan Inez fokus mengarah ke depan. Mendadak ia fokus dengan pemandangan saat itu. Pemandangan yang ada di mobil Alvin dan Raymon. Vigo yang tidak memandangan ke depan, alias Cuma mandangin Inez saja, jadi bingung apa yang dilihat sahabatnya itu.

“Liatin apaan sih lo, Nez? Serius banget.” Ujarnya sambil memperhatikan wajah serius Inez. Jujur. Vigo sangat menikmati saat seperti ini. Duduk di samping Inez dan bisa melihat wajah cewek itu dalam radius yang dekat.

Bukannya dijawab baik-baik, Inez malah membalas nyolot. Dengan pandangan mata masih fokus pada objek yang sama. “Bacot ah. Mending lo liat langsung aja ke mobil depan. Something happen.”

Vigo menuruti perkataan Inez. Ia menghadap depan dan melihat apa yang terjadi di mobil depan, dan langsung menghadap ke arah Inez dengan wajah shock, mulut nganga, dan sumpah, bukan Vigo banget.

“Gosh! lo... suka... liat maho cipokan?” tanya Vigo shock. Gak nyangka kalau ‘baby’nya itu punya kebiasaan yang iurgh..  

Mendadak tangan Inez gatal-gatal. Ingin memukul pundak Vigo. PLAK! Benar, Inez memukul pundak Vigo kencang. Membuat cowok itu kesakitan.

“Dih banget sih lo, kurang ajar tau gak! Kan gak sengaja liat!” Inez memulai omelannya.

Sambil memegangi pundaknya yang kesakitan, Vigo masih sempat membalas celetukan Inez. “Ngambek nih ya, sengaja tapi kok keterusan. Kenapa? Lo mau ya kayak gitu juga? Mau dicium siapa? Aldi sih gak mungkin ya. Tinggal pilih, mau dicium gue, Raymon, apa Alvin?” 

We Called This Random Feeling&Absurd MomentWhere stories live. Discover now