Maerri - Ed 6

342 51 34
                                    

Bwahahahaaa...kayaknya saya mulai edan ini...tulisan part ini beneran absurd...kagak tau dah...yang penting ini lagi coba2 balikin mood nulis lagi...jadi asal tulis aja yang ada di otak...maaf kalau gajeh...
Tapi nggak lupa, kalau ada yang mau baca, vote atau komen saya ucapin terima kasih sebelum dan sesudahnya...lop yu semua...:*

====================================

Menyisir rambut tidak pernah menjadi kegiatan yang kusukai, kecuali—mungkin—hari ini. Sudah setengah jam lebih aku duduk di depan meja rias. Bukan untuk mengagumi pantulan wajahku di cermin atau mengamati rambutku yang semakin halus akibat terlalu lama disisir. Tetapi untuk berpikir dan bertanya-tanya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Siapa wanita tadi?

Kenapa reaksi Ed seperti itu?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus saja mengganggu di sepanjang sisa acara resepsi hingga kini aku sudah terdampar di dalam kamar. Aku tahu, seharusnya aku tidak perlu terganggu dengan itu semua, tetapi entah apa alasannya aku merasa sangat terganggu.

Bisa jadi itu semua akibat rasa kesal yang terasa, karena pada akhirnya akulah yang terkena imbas dari perubahan sikap Ed tadi. Suasana mengasyikkan yang sudah kami bangun—dengan susah payah—harus hancur dalam sekejap mata. Ed kembali menjadi Ed yang tidak terlalu kusukai. Menyebalkan!

Lebih menyebalkan lagi, aku yang diberkahi dengan otak sinetron ini membayangkan dengan berlebihan apa yang mungkin terjadi. Dengan seenaknya, aku mulai membuat jalan cerita sendiri tentang Ed dan wanita tadi yang sekarang kuberi sebutan Mawar. Supaya lebih mudah menyebutnya, karena aku tidak tahu namanya.

Jadi di dalam otakku yang absurd ini, Mawar adalah mantan pacar Ed. Mereka sudah berpacaran cukup lama, hingga suatu hari neneknya yang sudah tua dan sakit-sakitan memberi kabar mengejutkan. Mawar sudah dijodohkan dengan cucu dari sahabatnya dan harus menikah satu bulan lagi. Demi nenek yang sakit dan desakan dari keluarganya, mau tidak mau Mawar menuruti permintaan beliau. Terpaksa, Mawar meminta putus dari Ed kemudian menikah dengan pria pilihan keluarganya. Ed yang sangat mencintai Mawar tidak terima dengan keputusannya tersebut, memohon berkali-kali pada Mawar. Ed bahkan berjanji akan segera melamar wanita itu. Tetapi keputusan Mawar sudah bulat, dia memilih patuh pada keputusan keluarganya. Ed benar-benar tidak terima, sehingga dia memutuskan akan membalas dendam, yaitu dengan menikahi wanita mana pun yang bisa dia temukan secepatnya. Dan kebetulan sekali muncul wanita yang diduga sangat putus asa dalam mencari jodoh yang dengan berat hati kuakui, yaitu aku.

Heish, nasib! Bahkan hanya dalam sebuah bayangan atau pikiran, nasibku mengenaskan begini.

Ah, sudahlah! Kurasa ini hanya efek samping aku yang terlalu banyak menonton sinetron dan drama di televisi hingga dengan bodohnya berpikir menggelikan begini. Masih banyak kemungkinan lain tentang keberadaan Mawar tadi. Mungkin saja dia hanya kerabat jauh Ed yang kebetulan memiliki hutang padanya. Jadi begitu Ed melihatnya di resepsi tadi dia pantas untuk... ke-sal? Karena selama ini Mawar selalu menghindar untuk segera membayar hutangnya. Bisa jadi begitu kan? Eeeerrr...

Teringat lagi mata sipit, hidung mungil dan bibir yang menawan, dibingkai dengan wajah yang kecil. Apakah mungkin wanita secantik itu berutang pada Ed?

“Ck,” Kubanting sisir ke meja rias dengan kesal, “kenapa juga wanita tadi harus cantik?”

Ya ampun, salah apa aku. Baru juga menikah, kenapa pikiranku malah dipenuhi oleh keberadaan wanita lain? Dan yang lebih menyakitkan, wanita itu jelas lebih cantik dariku. Pantas kalau wanita seperti itulah disukai oleh seorang Ed. Bukan wanita sepertiku, yang memiliki wajah berlebihan dalam segala hal. Mata, hidung, bibir yang jelas semuanya terlalu besar. Membuatku sebagai sesama wanita iri saja.

Just Maerri-EdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang