Maerri - Ed 1

1.7K 150 26
                                    

Datang lagi dengan cerita baru....
Cerita yang sebenernya saya siapkan buat menggantikan Mom(Me) akhirnya saya publish dulu dengan alasan supaya mood nulis ending Mom(Me)....
Cerita yang mungkin bakalan banyak kekurangan kaya ceritaku yang lain, jadi mohon kritik dan sarannya....
Terima kasih...

Mita ^^,

=========================

Pernahkah kalian menikah?

Aku pernah. Sekali.

Pernikahan tersebut terjadi 14 tahun yang lalu. Bahkan hingga saat ini aku masih mengingat dengan jelas tanggal, bulan dan tahunnya, 20 Januari 2001. Tanggal yang cantik, secantik bunga liar yang Kirana rangkaikan untukku. Berbalut selendang batik yang dimodifikasi sedemikian rupa oleh Mbak Lina sehingga layak disebut sebuah baju pengantin. Dihadiri beberapa sahabat, kawan juga saudara yang dengan penuh senyum dan tawa menyenandungkan bunyi gamelan khas pengantin Jawa 'ning nang ning gung ... ning nang ning gung ...'. Juga kelopak bunga Bougenville dan melati yang ditebarkan di sepanjang jalan yang kami lalui. Rasanya tidak ada yang lebih indah dari pada hari itu.

Terlebih lagi dengan adanya satu laki-laki yang berdiri di sampingku lengkap dengan pecinya mengucapkan dengan lantang 'Saya terima nikah dan kawinnya Maerri Ana Nabila binti Zaenal Mustofa dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai' di hadapan Mas Adi yang berperan sebagai penghulu-meniru sinetron yang terkadang kami tonton-. Diikuti teriakan 'sah sah sah' dari para hadirin sekalian. Bukan pernikahan mewah, namun layak untuk dikenang.

Saat itu jugalah aku mendapatkan ciuman pertamaku dengan banyak mata sebagai saksi. Walau hanya sebuah ciuman malu-malu atas desakan para sahabat, membuatku tidak akan pernah melupakan hari itu. Ah, benar-benar kenangan yang akan selalu membuatku tersenyum dan merona bila mengingatnya.

"Kenapa senyum-senyum?" Cemoohan yang terdengar dalam pertanyaan itu segera saja melunturkan senyum yang tanpa sadar aku sunggingkan.

"Mikir apa kamu, Mbak? Kalau bukan mikir calon suami yang terakreditasi A, nggak usah senyum-senyum gitu. Ganggu!"
Pernikahan 14 tahun yang lalu memang layak dikenang, namun yang jadi masalah, pernikahan tersebut sama sekali tidak bisa menolongku saat ini. Dengan tatapan tajam dari ibu, aku hanya bisa menundukkan kepala semakin dalam. Dalam hati aku merutuki nasibku yang tiba-tiba menjadi buruk begini. Entah setan apa yang sudah merasuki ibu sampai-sampai tidak ada angin tidak ada hujan beliau membahas tentang status single-ku yang katanya sudah memasuki masa tenggang. Duh, hel to the lo ... umurku saat ini baru memasuki 24 tahun, kalau ibarat bunga, umur segini masih mekar-mekarnya. Jadi bukan masalah besar kalau hingga saat ini aku masih berstatus single. Apalagi di zaman millennium begini, kan.

"Mbak, emang beneran sama sekali kamu nggak ada pacar sekarang?" Desakan dari suara Ibu membuatku menatap beliau dengan pasrah. Gelengan kepala pelan, jawaban yang paling pas dengan kenyataan saat ini. Aku sama sekali tidak ada pacar. Suatu kenyataan yang tidak pernah ingin aku tutupi dari kedua orangtuaku. Apalagi dengan watakku yang rasanya selalu ingin pamer. Bayangkan saja aku punya pacar, bisa aku pastikan kalau berita itu akan diketahui seluruh dunia, bukan saja Ibu dan Bapak.

"Kalau cowok yang deket?" Aku menggelengkan kepala lagi.

"Terus cowok yang ditaksir?" Lagi-lagi hanya gelengan kepala yang bisa kuberikan.

"Nah, kalau cowok yang naksir?" Kali ini aku sudah mulai bosan menggeleng. "Nggak ada, Bu. Elah, kalau Mae punya pacar atau cem-ceman, nggak mungkin Ibu nggak tahu. kaya nggak kenal Mae aja."

"Duh, gimana kamu sih, Mbak? Muka cantik, lulus sarjana, udah kerja juga, tapi kenapa nggak ada satu cowok pun yang nyangkut? Lagian datar amat sih idupmu, Mbak. Dulu ya, pas Ibu seumuran kamu, banyak yang naksir Ibu." Hanya wajah memelas yang saat ini bisa kuperlihatkan pada Ibu.
Hina banget ya hidup. Punya pacar salah, kata Pak Ustadz dosa. Nggak punya pacar salah juga, dikira nggak laku. Terus aku harus gimana coba?

Just Maerri-EdWhere stories live. Discover now