DEMI SAHABAT

206 6 0
                                    

Aku Viandra. Orang – orang biasanya memanggilku Vivi. Lucu nggak? Hehehe kayaknya nggak deh.

Hm, aku mempunyai seorang sahabat yang sangat aku sayangi. Namanya Rema. Dia itu cantik dan dewasa serta cerdas. Apalagi berhubungan dengan yang namanya berbau logika. Nah, Rema- lah jagonya.

Denganku? Aku nggak ada apa – apanya dengan dirinya. Aku nggak punya kelebihan apa – apa yang dapat diandalkan. Aku tidak cantik, tidak sedewasa dirinya dan tidak sepintar dirinya. Tapi ga bego – bego amat sih. yah, biasa saja.

Kami selalu bersama – sama. Sampai – sampai teman – teman selalu bilang kalau kami ini seperti perangko. Lengket banget. Yah, harap maklum. Namanya juga sahabat.

Hingga hadir seorang cowok dalam kehidupan persahabatan kami. Cowok itu bernama Rico.

Jujur aku katakan, pada pandangan pertama aku langsung menyukainya. Gimana nggak. Pasalnya Rico itu keren dan sangat simpatik. Dia begitu sopan, terutama pada wanita. Membuatku tersanjung. Selain itu Rico itu sangat asik diajak bicara dan apa adanya. Hmmmm. Pokoknya aku suka banget deh melihatnya. Namun itu tadi karena kebodohanku sendiri. Rico sepertinya tidak tertarik sama sekali padaku.

Kenapa aku bilang begitu? Aku punya alasannya. Setiap kali Rico bertemu aku dan Rema, Rico selalu lebih perhatian dan lebih akrab dengan Rema. Kelihatannya Rico dan Rema saling menyukai. Hm, kasian banget aku yah. Tetapi ga papa. Semua ini demi sahabatku, Rema. Aku akan menepis perasaanku ini.

Tapi aku heran. Akhir – akhir ini Rema seringkali membicarakan Rico. Mulai dari sifat – sifat Rico, hobi, kesukaan dan semuanya tentang Rico. Maksudnya entah apa? Ngapain juga Rema menceritakan semuanya sama aku. Mungkin aku tinggal menunggu kabar mereka jadian.

Hmmm beruntungnya Rema.

###################

"Hei, Vivi!" sapa Rico kemudian duduk disampingku. Aduh gawat aku masih gugup.

"E-e-e-eh Rico. Ada apa? Tumben?" jawabku terbata. Aku berusaha menetralisir perasaanku.

"Hm... apa ya?"

"Lho kok jadi bingung gitu?"

"Rema – nya kemana? Udah datang ga?"

Tuh kan, dia hanya Rema. Ups, ga boleh begitu aku! Demi sahabat aku tidak boleh merebut cinta sahabatku.

"Belum. Emangnya kenapa? Kangen?"

"Ah, nggak kok. Cuma mau ngomong sesuatu aja kok. Jangan menuduh yang aneh – aneh, Vi. Aku dan Rema itu...."

"Rico, Vivi, udah lama datangnya?" tanya Rema tiba – tiba.

Rico seperti gelagapan. Dia menjauh dari sampingku. Kemudian menyingkir duduk keatas meja didepanku. Sedangkan Rema duduk disampingku.

"Hmmmm Rema, aku mau ada perlu sama kamu" ucap Rico agak tersendat – sendat.

Wah, kelihatannya aku harus menyingkir dulu. Aku tidak mau mengusik mereka. Aku segera beranjak pergi. Namun sepertinya Rico memandangku dengan tatapan berbeda.

"Rema sepertinya aku harus menyatakannya langsung sama kamu yang sebenarnya. Aku sudah ga bisa lagi diam begini. Kamu tahu kan?" Wajah Rico terlihat bingung. Tetapi dia tetap berusaha tampak santai. Aku dapat melihatnya karena diam – diam aku mengintip mereka dari kejauhan. Meskipun aku tidak tahu apa yang dia bicarakan dengan Rema.

Mmmmm kira – kira lagi ngomongin apaan ya? Wajah Rico sampai terlihat seperti itu. Apa mungkin dia sedang menyatakan perasaannya pada Rema.

"Eh tapi kayaknya nggak deh. Tapi kayaknya.... Ah bodo amat!"

"My Story 2" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang