A>A>X

367 6 0
                                    

+Abyanzo's POV+

Gadis itu menumpukan kepalanya diatas tangan, kebiasaannya kalau sedang melamun. Kutebak, sosok "dia" kembali melintas di pikirannya. Aku menghela napas pelan, mengambil ancang-ancang untuk membawanya kembali ke dunia nyata. Namun belum sempat keketok kepalanya, sebuah spidol telah melayang ke jidatnya. Sambil mengelus jidatnya, dia menoleh ke depan, siap mengomeli siapapun yang berani melemparinya dengan spidol. Tapi begitu dipelototi oleh Pak Rusman dengan death glare-nya, nyalinya langsung menciut. Ia menoleh ke arahku, meminta bantuan melalui tatapan memelasnya. Well, sebenarnya tanpa dimintapun aku pasti membantunya. Mana mungkin aku tega membiarkannya. Aku berdehem kemudian angkat bicara,

"Maaf menyela, Pak. Tapi-" belum selesai omonganku, tapi guru fisika tersebut sudah menyela duluan.

"Apa?!" tanyanya dengan sedikit membentak. Aku terdiam sebentar kemudian melanjutkan,

"Sebenarnya, tadi Bu Lisma titip salam dan pesan juga." Sengaja kuhentikan ucapanku, menunggu reaksi guru tersebut. Beliau hanya diam, namun wajahnya memerah sekilas. Kulanjutkan lagi ucapanku,

"Kata Bu Lisma, anda di tunggu di tempat biasa." Tepat setelah ucapanku selesai, bel tanda istirahat berbunyi. Murid-murid serempak menutup buku masing-masing, Pak Rusman juga membereskan bukunya dan keluar dari kelas diikuti oleh segerombolan murid.

Aku menoleh ke arah samping kananku. Gadis itu masih membereskan buku-bukunya dengan sembarangan. Aku menepuk bahunya dan memanggilnya,

"Rei, entar pulang jadi ke toko buku kan?" tanyaku padanya.

Dia menoleh dan hanya meringis, aku tahu artinya apa. Kami tidak jadi ke toko buku.

"Maaf, By. Tapi ha-hari ini, gu-gue.."Aku sudah tahu lanjutannya, jadi aku hanya menghela napas dan memaksakan sebuah senyum.

"Ya udah, it's okay. I got what you mean. Yuk, ke kantin." Potongku. Tanpa disadarinya, aku menghela napas sekali lagi. People changes, huh. Batinku.

+02_97+

Begitu kedua sosok tersebut terlihat di kantin, semua murid spontan memberi jalan untuk mereka. Abyanzo Alvaro Xavier dan Aireina Azure Xena. Siapapun di SMA Permata Satu pasti mengenal pasangan ini.

Abyanzo Alvaro Xavier, biasanya dipanggil Varo. Ketua OSIS, Ketua klub basket, jago piano, gitar juga flute. Belum lagi segudang prestasi dibidang akademik maupun non-akademik. Dia disegani oleh cowok-cowok dan punya fans club yang didirikan oleh cewek-cewek pengagumnya.

Aireina Azure Xena , sering dipanggil Ai. Wakil ketua OSIS, kapten tim basket putri, violinis, diikuti juga dengan prestasi dibidang akademik dan non-akademik. Meski banyak didekati oleh cowok, namun karena sosok Varo, sedikit yang berani mendekatinya secara terang-terangan. Anak-anak cewek pun menyukainya karena sikapnya yang ramah.

Sepasang murid tersebut sudah menduduki salah satu meja ditengah saat 2 orang murid ikut menduduki meja yang sama. Renata Valerica, gadis yang disegani baik oleh cowok maupun cewek. Apalagi dengan reputasi premannya. Untung otaknya sangat encer sehingga ia tidak dikeluarkan. Radito Valerio, versi cowoknya Renata. Bedanya, cowok ini lebih kalem atau setidaknya itulah yang diketahui oleh anak-anak lain. Padahal sebenarnya dia itu iblis dalam wujud malaikat.

Kedua cowok tersebut beranjak dari kursi untuk memesan makanan, sementara dua cewek tersebut malah asyik bergosip ria mengenai 'dia' .

+Abyanzo's POV'

"Dia masih gak tau apa-apa?" Tanya Dito pada saat kami sedang menunggu pesanan kami. Aku hanya diam, malas menanggapi. Tak lama, makanan kami siap, segera saja kami bawa ke meja. Aku menduduki bangku disebelah Rei, berhadapan dengan Dito. Sambil makan kami asyik membahas tentang liburan kami menuju ke Redang. Yang cewek bahkan sudah asyik membahas tentang baju renang baru. Dasar cewek! Setengah jam kemudian bel tanda masuk berbunyi. Kami segera menuju ke kelas masing-masing. Aku, Rei dan Nata di kelas XI IPA 1, Dito di XI IPS 1. Tadi Nata bolos karena malas bertemu dengan Pak Rusman. Yah, mereka memang seperti musuh bebuyutan. Tapi anehnya, Nata selalu mendapatkan nilai sempurna untuk pelajaran fisika. Sangat mengherankan mengingat dia nyaris tidak pernah menghadiri kelas Pak Rusman, selain pada saat ulangan. Aku sibuk membahas mengenai pertandingan bola dengan Dito saat Rei yang berjalan di depanku berhenti mendadak. Tepat di koridor samping lapangan basket. Aku yang sudah tahu penyebabnya langsung berbisik di dekat telinganya,

Anata no ShiawaseWhere stories live. Discover now