Fate Corrodes Me

1.3K 25 1
                                    

Chapter 20 : Fate Corrodes Me

Pendeta Tao memang sudah jauh meninggalkan Guan Suo dengan kecewa karena merasa tertipu. Namun di puncak gunung ketika ia tidur, ia bermimpi didatangi seorang jendral menunggang kuda merah didampingi dua orang lelaki di kanan kirinya. Seluruh tubuhnya dikelilingi oleh aura keemasan yang teduh.

Pendeta Tao gemetar dan berlutut di hadapannya dengan rasa takut. “K, kenapa anda mendatangi saya, siapa anda? Ampun, saya hanya orangtua biasa yang mencari kedamaian.”

Dengan suara tegar, Jendral berwajah merah itu berkata pada Pendeta Tao. “Aku Guan Yunchang. Aku hadir di sini untuk meminta sesuatu darimu.”

Mendengar itu, Pendeta Tao menjadi panik. Jendral besar itu kini hadir di hadapannya, menghampirinya secara langsung melalui mimpi. “A, apa yang diharapkan jendral besar seperti anda dari seorang lemah seperti hamba? Kiranya hamba tidak memiliki apapun untuk dimanfaatkan.”

“Puteraku, Guan Weizhi, memang melakukan kesalahan besar dan aku pun merasa sangat kecewa padanya. Namun sebagai seorang ayah, aku tidak bisa membiarkan anak dan cucuku menderita sendirian. Guan Weizhi sedang terluka parah setelah bertarung dengan Zhao Zilong. Apabila ia mati, tentunya cucuku yang tidak berdosa juga ikut mati secara menyedihkan. Bila kau terlalu kecewa pada Guan Weizhi, tolong ambil saja cucuku dan rawat dia seperti anakmu sendiri.”

Setelah itu mimpi berakhir.

Begitu terbangun, Pendeta Tao bergemetar hebat dan dadanya berdebar-debar tidak karuan. Pendeta Tao segera memungut kembali tongkat jalannya dan turun gunung kembali ke rumah Guan Suo.

Sudah tiga hari ia meninggalkan tempat itu, begitu kembali, ia melihat ada bercak muntahan darah di beberapa titik di tanah gubuk. Tahulah dia bahwa Guan Suo sedang menderita atas sakitnya.

Guan Ming sudah berusia nyaris dua tahun. Bocah itu sudah bisa berjalan dan berpikir cukup cerdas. Ketika Pendeta Tao masuk ke dalam gubuk, ia melihat Guan Ming sedang mengambil air dan membawanya ke kamar untuk diberikan pada ayahnya yang sedang mengerang kesakitan di atas peraduannya.

“Lihatlah dirimu sekarang. Inilah akibat dari perbuatanmu yang melanggar batas itu! Kau sudah tau dia istri orang tapi kau goda juga, rasakan sendiri sekarang akibatnya. Kau tidak hanya tidak berguna, tapi juga merepotkan anakmu yang baru bisa berjalan!” Pendeta Tao memarahinya habis-habisan.

Guan Suo mengerang sekali lagi. “Sebelum ia menikah, ia adalah kekasihku. Negara yang mengambilnya dariku!”

“Masih berani mengklaim yang bukan-bukan?! Entahlah, Weizhi aku sudah tidak bisa mempercayaimu lagi.”

Guan Suo menoleh padanya. “Lalu kenapa kau kembali?”

“Aku kembali demi dia!” Pendeta Tao menunjuk Guan Ming. “Si kecil yang tidak berdosa ini bisa celaka kalau kau mati!”

Guan Suo menghembuskan nafas dengan tenang. “Bawalah dia pergi. Kau boleh memberinya namamu sendiri dari nama keluargamu sendiri. Hanya saja … tolong jadikan dia seseorang yang baik.”

“Kalau kau kubiarkan, kau juga akan mati.”

“Sebagai anak tidak sah, hidupku serasa tidak berarti. Sejak aku kecil aku selalu bertanya-tanya, kenapa aku harus hidup? Aku sendiri tidak pernah merasa keberadaanku berarti bagi sekelilingku. Ketika muda aku selalu beranggapan bahwa hidupku adalah untuk membalas sakit hati ayahku, dan jalanku tanpa sadar mengharumkan nama ayahku dengan menukar keberadaanku sendiri dengan keberadaannya.

Tapi kini, aku mulai belajar; bila orang tidak memiliki kekuasaan, ia tidak dapat memperoleh apapun yang ia mau. Apapun akan dirampas darinya, termasuk impian. Bila impian sudah musnah, tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk hidup. Bila aku harus mati sekarang, aku merasa cukup puas karena aku tewas dari luka-luka yang diberikan jendral legendaris Zhao Zilong. Matipun aku rela.”

Dynasty Warriors fanfic : Folk-taleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang