Terjebak dalam Mimpi

1.7K 25 1
                                    

Chapter 15 : Mimpi

Pagi itu, Permaisuri Zhang menyadari ada sesuatu yang serius. Sudah beberapa hari ini, ia terbangun dalam keadaan mual setiap pagi, memaksanya untuk memuntahkan sesuatu dari lambungnya.

Ia belum pernah mengalami satu kejadian penting dalam hidup seorang wanita, namun firasatnya mengatakan bahwa ia telah melewati batas. Ada sesuatu yang sangat parah terjadi di sini. Mendadak emosinya menjadi tidak terkendali. Tak sekadar uring-uringan sendiri, ia ingin marah dan meledak. Bahkan melihat Guan Suo saja sudah bisa membuatnya marah.

Melihat Xing Cai begitu frustrasi, Guan Suo yang baru kembali dari gunung, duduk di sebelahnya, dengan simpatik ia menanyakan keadaannya.

Barangkali karena pikirannya sedang kalut sekarang, Xing Cai menepis tangan Guan Suo dan hanya memendelikinya saja dengan wajah memerah seperti sedang menahan tangis. Tanpa sanggup mengungkapkan apapun, Xing Cai masuk ke dalam kamar dan tidak membukakan pintu bagi Guan Suo.

“Xing Cai, ada apa? Kalau ada masalah lebih baik kita bicarakan saja. Kita sudah dewasa, bukan masanya lagi untuk mengambek tanpa sebab.” Bujuk Guan Suo.

Namun sia-sia saja. Xing Cai malah mengusirnya pergi.“Bila bukan karena kau, semua ini takkan terjadi!”

Kali ini jelas ada sesuatu yang terjadi. Guan Suo kenal betul bahwa Xing Cai tidak mungkin marah-marah tanpa sebab. Wanita itu cukup rasional dan bukan tipe perempuan yang emosional seperti Bao Shanniang.

“Katakan, apa salahku?”

Xing Cai masih bingung mengungkapkannya. “Pergi! Aku tak mau melihatmu lagi!”

Kali ini Xing Cai melemparkan sesuatu ke daun pintu untuk mempertegas ucapannya.

Guan Suo tidak bicara apapun lagi. Ia mengambil kuda dan menghampiri rumah sahabat barunya selama tinggal di bukit ini. Seorang pria yang merupakan seorang biksu dan juga ahli bela diri. Usianya sudah cukup lanjut, terbilang lebih dari empat puluh tahun. Rambutnya sudah nyaris memutih semuanya, namun tubuhnya masih tegap dan bersahaja. Ia sengaja mengasingkan diri di tempat ini untuk mencari ketenangan batin dan inspirasi.

Melihat temannya datang dengan wajah susah, si pendeta Tao itu jadi penasaran, “anak muda, pagi-pagi bukannya bekerja di sawah, tapi malah mengeluh.”

“Xing Cai mendadak marah-marah tanpa sebab. Aku sampai diusirnya pergi.” Jawabnya dengan sisa-sisa kebingungannya.

Pendeta Tao itu tertawa. “Barangkali kau terlalu dekat dengan wanita lain sehingga ia cemburu.”

Guan Suo menggeleng. “Xing Cai bukan seorang pencemburu. Setidaknya aku tidak pernah melihat dia cemburu. Pasti ada kesalahan besar yang telah kulakukan sehingga ia menjadi marah.”

Pendeta Tao itu berpikir-pikir sejenak. “Hmm…apa yang biasanya membuat seorang istri marah pada suami?”

“Tunggu, selama ini kau pikir kami suami-istri?”

“Hah? Bukan?”

“B, bukan…” Guan Suo mengusap pelipisnya dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan Pendeta Tao.

“Aku lihat matanya hanya menatapmu. Gerakan tubuh kalian berdua pun begitu intim, sudah terlihat dari cara kalian berinteraksi sehari-hari. Kalian begitu saling mengenal luar dalam, aku kira kalian sudah ….” Pendeta Tao tidak berani meneruskan kata-katanya.

Guan Suo terlihat gundah dan risih. Guan Suo mulai menebak bahwa barangkali Xing Cai mendadak sadar bahwa ia seorang permaisuri dan merasa bersalah pada Liu Shan. Tapi sekalipun begitu, ia yakin Xing Cai takkan marah, paling ia hanya merubah sikapnya sehingga menjadi lebih dingin saja dan mereka kembali menjadi teman biasa.

Dynasty Warriors fanfic : Folk-taleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang