3S :: (16) Kebahagiaan Yang Sebenarnya

46.5K 4.2K 454
                                    

3S :: (16) Kebahagiaan Yang Sebenarnya

================================

Mason hanya terdiam. Seolah dia tahu reaksiku nanti. Atau, Mason memang tahu. Dia hanya mengulur waktu hingga hal ini terjadi. Membuat darahku mendidih karena menyadarinya. Cowok brengsek.

"Sekarang, kau tahu 'kan?" tanya Tyler padaku.
Kepalaku beralih pada Tyler. Ternyata, kami masih berada di rumah bernomor 14. Tanpa memperdulikan Mason, aku melangkahkan kaki ke arahnya. Kupeluk Tyler, erat. Dia kembaranku. Dia yang selama ini pergi entah kemana, untuk mengingatkanku lagi. Dia yang muncul dan selalu melindungiku. Oke, bilang aku lebay, tapi begitulah anggapanku tentang Tyler. Avelio Tyler Oxnard.

"Avel, nama asliku siapa?" tanyaku, masih memeluknya.

"Avelia Tiffany Oxnard," jawab Tyler. Dia tertawa sesaat. "Karena nama awalan kita hampir sama, makanya Dad dan Mom memanggilku Avel dan kau Tiffany."

Aku ikut tertawa kecil. Tyler mengelus rambutku sayang, tapi gerakannya terhenti saat aku mengatakan sesuatu. "Andai Dad dan Mom masih di sini ...."

Tyler melepas pelukannya. Dia memberi jarak beberapa jengkal untuk melihat mataku. Kedua tangannya menangkup wajahku sayang. "Dengar, mengapa banyak yang mengejar Titania?"

Aku menatap Tyler, ragu. "Karena dia malaikat?"

"Karena darahnya menghidupkan yang mati."

Astaga.

Kutatap Tyler, keraguan mengisi hatiku sesaat. Aku tahu apa yang Tyler inginkan. Dia menginginkan Titania mati untuk menghidupkan Dad dan Mom. Namun, Titania Kakakku, terlepas dari masa lalu, dia selalu berlaku baik padaku. Dia selalu ada di saat aku membutuhkan. Dia seperti oasis di padang pasir. Aku mengepalkan kedua tangan. Mengingat masa laluku tadi. Mom dan Dad mati karena melindungi mereka. Avel kabur karena tahu besoknya dia akan dimanipulasi ingatannya. Sementara aku ... kulihat Mason yang masih berdiri diam,ingatanku dimanipulasi oleh orang yang kusuka.

Intinya, keluarga Oxnard tercerai-berai.

"Masih ada senjata?" tanyaku datar pada Tyler.

Senyum Tyler mengembang, dia merogoh saku belakangnya dan memberiku pistol kecil. "Aku tahu kau ikut."

Aku ikut tersenyum. Kami berdua pun masuk ke dalam rumah dengan tangan saling mengait. Langkah kami terhenti ketika suara familiar berbunyi.

Suara Mason.

"Lo gak bakal ngelakuin ini 'kan?" tanya Mason padaku. Dia berderap mendekat. "Ini salah, Tiffany!"

Sesuatu membuatku mengarahkan telapak tangan pada Mason. Ajaibnya, Mason terhempas mundur ke belakang. Aku mengerutkan dahi sembari melihat telapak tanganku. Untungnya, Tyler menjelaskan.

"Itu bakatmu sedari kecil," jelasnya. "Mendorong orang untuk mundur."

"Kalau kau?" tanyaku pada Tyler.

"Membuat orang terpesona," dia nyengir. "Karena itu, aku gampang masuk ke sekolahmu tanpa registrasi."

Kami berdua tertawa dan kembali masuk ke dalam rumah. Bau apek langsung menyambutku. Tyler menggenggam tanganku erat dan menuntunku masuk ke dalam. Aku ingat rumah ini. Meski gelap dan perabotannya usang. Ini dulunya rumahku, rumah masa kecilku.

Langkah kaki kami berhenti saat melihat Titania, dia duduk di sebuah kursi kayu dengan lilitan tali rapia di kaki, tangan, dan perutnya. Titania mendongak karena menyadari ada yang datang. Mata kami langsung bertemu. Dia menatapku tidak percaya saat ia tak sengaja melihat pistol di tanganku.

ST [7] - Step-Sister SecretWhere stories live. Discover now