3S :: (6) Kejutan Manis

53.2K 4.5K 384
                                    

3S :: (6) Kejutan Manis

==================

Aku membuka kedua mata, lalu menutupnya lagi ketika melihat bayangan diriku di cermin. Kubuka lagi, dan terus seperti itu hingga empat kali. Aku menghembuskan nafas, sok dramatis ceritanya. Membuka mata untuk yang kelima kali, aku menggeleng tak percaya. Kusentuh jepit ungu dari Mason kemarin malam, lalu melongo.

Ini kenyataan. Aku benar-benar mendapat jepit ini. Aku juga suka pada spesies itu! “Misalkan ini bukan kenyataan, aku udah ngakak dari kemarin, sih,”  gumamku takjub.

Cklek.

Pintu kamarku terbuka. Refleks, aku menoleh dan mendapati Titania sudah berdiri di sana dengan dandanan sederhana yang sangat pas di wajahnya. Dia membawa setumpuk kertas-kertas yang kuyakini skripsi, Kakakku satu-satunya itu pasti ingin berangkat kuliah. Kutepuk dahiku. Dia memang kuliah. Dan, kemarin kami berencana untuk berangkat bareng.

“Dek?” Titania mengerutkan dahi, jelas bingung padaku. Aku ‘kan biasanya tak suka melihat cermin, dan sekarang berada di hadapan benda itu dalam jarak dekat, “kamu udah siap buat berangkat?”

Aku mengangguk malu. Kulirik sekali lagi cermin di dinding. Seketika aku bimbang. Di satu sisi, aku ingin memakai jepit pita ungu dari Mason, sementara di sisi lain aku tidak ingin memakainya karena malu. Sekarang aku sadar mengapa banyak cewek galau karena cinta. Bahkan, hanya karena satu benda mati yang tak berharga, cewek harus memikirkannya dengan matang dan memikirkan apa reaksi doi. Ini jelas ngerepotin aku banget.

“Dek?” Titania menegur lagi. Saat itu juga, dengan panik, aku mencopot jepit pita yang sudah terpasang di kepalaku, lalu mengambil tas. Aku terlalu membuang waktu. Daripada malu, mending tidak dipakai. Walau sebenarnya, aku juga ingin memak—tuh ‘kan, labil.

“Itu jepit pita dari Mason, ya?” Tanya Titania tepat sasaran ketika kami turun dari lantai dua.

Rasanya, saat itu juga, darahku berdesir dan mengumpul di pipi sehingga membuatnya merona. Aku baru pertama kali merasakan ini. Ketika namanya disebut, aku hanya bisa terdiam dan tiba-tiba salah tingkah. Padahal, diantara aku dan dia, tidak ada yang spesial seperti nasi goreng. Ini aneh, serius. Aku tak menyangka suka pada orang ternyata … deg-degan.

“Wah, ada sesuatu, nih,” ledek Titania semangat, dia menyenggol bahuku, “story-story, lah.”

“Ih, Kak Tita, gak ada apa-apa!” elakku, sekarang benar-benar malu sampai-sampai telingaku terasa panas.

Titania hanya tertawa hingga memegang perutnya. Setelah pamit pada Mama dan Papa, kami pun masuk ke dalam mobil. Tak berapa lama, kita membelah jalan Jakarta yang macet. Dan, pasti dengan celotehan iseng Titania yang tiada hentinya. Dia semangat banget menjodohkan aku dengan Mason. Hmph! Sebenarnya aku memang suka pada dia, tapi untuk sampai ke batas itu, aku ragu. Bisa saja ini hanya sementara, ya ‘kan?

“Serius, loh, Tiff. Aku tuh ngerasain chemistry di antara kalian berdua. Aku yakin peluang kalian pacaran itu 1 yang artinya kepastian. Bener-bener yakin,” Titania menganggukkan kepala, menyipitkan mata seolah berpikir serius sambil tersenyum najong. Memang, Kakakku ini rada gila. Untung saja, kadar kegilaannya hanya tertular sedikit padaku.

Chemistry apaan coba?” tanyaku sebal.

“Kakak juga gak tau,” kata Titania sambil ngakak.

Aku hanya bisa memutar bola mata sembari melihat pemandangan di luar. Sejak malam itu, lagi-lagi aku mereka-reka apa maksud Mason memberi hadiah sebagai tanda terimakasih dengan menanyakan terlebih dahulu pada Rex tentang kesukaanku. Jika dia tidak peduli, bisa saja ‘kan, dia membeli pempek, bakwan, atau cireng sebagai hadiahnya. Kubuka genggaman tangan dimana jepit itu berada, lalu mengamatinya dari jarak dekat.

ST [7] - Step-Sister SecretWhere stories live. Discover now