Part 10 - Dream

18.1K 529 26
                                    

aku tahu ini ngaret banget. terimakasih sebelumnya buat votenya yang udah mencapai 250, aku tahu itu emang nggak seberapa dibanding yang lain tapi buat pemula di wattpad aku udah seneng banget. semoga bisa lebih *aamiin* makasih juga buat komentarkomentarny :) di tunggu yah di part ini hehehe.

------------------------------------------------

Viska berdiri di tengah hamparan ladang bunga yang indah. Ini adalah salah satu impiannya dimasa kecil. Berada di tengah warna-warni bunga yang tengah bermekaran. Viska berlari-lari kecil mengelilingi bunga-bunga cantik itu, sesekali ditundukkan tubuhnya untuk mencium aroma wangi bunga-bunga cantik itu. Ia kembali menegakkan tubuhnya, berniat untuk berjalan kembali kedepan, melihat bunga-bunga cantik yang lainnya.

              Langkah Viska terhenti, tubuhnya seketika kaku saat melihat pria yang berdiri tak jauh darinya tengah memberikan sebuah senyum manisnya pada Viska, senyum yang sudah bertahun-tahun ini tak lagi Viska lihat, namun senyum itu masih tersimpan rapi dilembaran hati Viska yang lain.

              Pria itu mendekat. Viska ingin berlari sejauh mungkin, menghindari pria yang semakin menghapus jarak diantara keduanya, namun kakinya berkhianat, ia hanya diam mematung disana seolah menunggu kehadiran pria itu untuk benar-benar berada dihadapannya.

              Sebuah pelukan hangat membuat tubuh Viska yang tadi membeku kini mampu dikontrol lagi oleh dirinya. Tangannya terangkat balas memeluk tubuh pria yang kini tengah menyandarkan dagunya pada bahu Viska. “Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Jangan pergi lagi, aku tak mau kau menghilang dari diriku lagi, Vis. Aku menyayangimu.” Ia makin mempererat pelukannya pada Viska, namun anehnya pelukan itu malah membuat Viska semakin nyaman. Sudah lama ia mendambakan pelukan ini, pelukan penuh kehangatan dan penuh kejujuran. Tak ada lagi gadis yang membayang-bayangi sosok yang tengah memeluknya kini.

              “Viska.” Viska melepaskan pelukan pria itu, dan kini matanya menatap sosok pria dengan mata dinginnya tengah memandang dirinya. Pria itu berdiri di belakang pria yang tengah memeluknya tadi, Viska menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap tajam mata itu.

              “Kau mengecewakanku. Ku pikir kau akan setia padaku, ku pikir kau tak akan seperti gadis itu yang meninggalkanku karena pria lain. Pria yang lebih muda dariku dan juga lebih mapan dariku.” Senyum sinis terkembang di bibirnya yang penuh. “Ternyata aku salah. Aku mencintai gadis salah. Sekarang, kita lupakan saja hubungan ini.” Pria itu berlalu meninggalkan Viska yang tengah menatapnya tak percaya.

              Viska masih mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh pria itu, pria yang menemaninya dalam kondisi dibawah, pria yang mulai ia cintai dengan segenap hatinya dan pria itu adalah Alvist.

              “Alvist, aku bisa menjelaskan semuanya.” Viska mencoba untuk berbicara pada Alvist, ia sudah bersiap untuk mengejar Alvist namun lengannya dicekal oleh pria yang ada dihadapannya itu. “Lepaskan aku, Farlant. Aku sudah tidak mencintaimu lagi!” Viska menatap benci mata yang tengah memandangnya. Farlant, pria yang memeluknya tadi adalah Farlant.

              “Aku tak akan melepaskanmu. Sekarang, setelah aku menunggumu dan mencarimu kemanapun kau memintaku untuk melepaskanmu? Itu tidak akan pernah terjadi, Viska!” Tegas Farlant. “Kau tahu, setiap hari aku hanya bisa memandang potret dirimu di dalam ponselku, setiap hari aku mencoba bertanya pada siapapun dan meminta siapapun untuk memberitahuku jika mereka bertemu denganmu, dan sekarang aku menemukanmu disini, dan apa kau tahu aku hampir gila karena merindukanmu! Berharap jika aku bertemu denganmu, kau akan mengajak sosok anak kecil di dalam gendonganmu, namun sekarang apa yang kulihat? Kau hanya sendiri dan kau tak memintaku untuk tinggal malah memintaku untuk pergi!” Farlant meluapkan emosinya saat ini. ia tak akan menyia-nyiakan waktunya untuk bisa membawa Viska kembali padanya, meskipun pada nyatanya, ia tak pernah memiliki hati Viska.

Jodoh Pasti BertemuWhere stories live. Discover now