P.6 Viska Maafkan Aku

21.9K 688 24
                                    

selamat malaaam semua. terimakasih buat yang sudah negvote dan cuap-cuap di part sebelumnya dan di tunggu lagi yah di part ini. terimakasih :*

---------

Viska POV

              Rasa lelah itu kini benar-benar menghampiri seluruh persendian pada tulangku, mengurus semua hal yang menyangkut pernikahan Khanza dan juga Farlant bukanlah hal yang mudah, harus menahan semua rasa sakit yang menyelinap di dalam hati.

              Kulihat mobil Farlant yang bertengger manis di depan rumahku, aku baru saja turun dari taksi setelah menghias segala tetek-bengek mengenai pernikahan Khanza dan juga Farlant di rumah Khanza, pernikahan itu kini semakin dekat dan rasa sesak itu kini makin mengikis setiap pertahanan yang telah aku buat dengan susah payah.

              “Farlant.” Panggilku pada pria yang berdiri di depan pintu rumah. Farlant memutar tubuhnya, memandangku dengan seringaian serta tatapan mata yang tak pernah kulihat sebelumnya. Oh Tuhan, ada apa dengan Farlant. Terlebih ini sudah memasuki tengah malam, dan dia masih berkeliaran di depan rumahku dengan seringaian bodoh itu.

              Farlant berjalan mendekatiku, dan tercium abu alkohol yang sangat kubenci. Tunggu dulu, sejak kapan Farlant meminum minuman haram itu? “Kau minum?” Tanyaku saat Farlant sudah benar-benar ada dihadapanku. Bukannya menjawab Farlant malah semakin mendekatkan dirinya padaku. Membuat jarak diantara kami makin terkikis, aku menahan dadanya untuk menghentikkan langkahnya. “Farlant, ada apa denganmu?” Tanyaku lembut, mencoba untuk berbicara dari hati ke hati meskipun aku tahu Farlant tak sepenuhnya sadar.

              “Buka pintu rumahmu, akan aku jawab semuanya di dalam.” Katanya dengan suara serak yang baru kudengar. Apa ini efek dia mabuk?

              Aku menurut, kakiku melangkah kedepan pintu dan membuka rumah dengan kunci yang baru saja kukeluarkan dari saku celana jeans yang kukenakan. “Masuklah.” Aku mempersilahkannya. Tanpa mengeluarkan sebuah suara dari bibirnya, kakinya melangkah masuk dan menaiki anak tangga. Anak ini sebenarnya mau kemana sih?

              “Farlant, mau kemana kau?” tanyaku yang berusaha mengikuti langkah kakinya. Dia tak menjawab, namun tangannya memegang daun pintu kamarku, memasukinya dan berjalan pada balkon kamar. Aku mengernyit bingung namun tetap mengikutinya setelah melempar tas kulit berwarna hitam ke atas ranjang dengan sembarangan.

              “Sekarang, ceritakan semuanya apa yang telah terjadi.” Pintaku saat aku berdiri dibelakangnya. Diputarnya tubuhnya sendiri untuk menghadapku, badannya bersandar dengan pembatas balkon, menatapku dengan tatapan super yang benar-benar tak kumengerti dan seringaiannya itu masih saja bersarang disana.

              “Kau ini bodoh atau pura-pura bodoh? Aku minum karena kau.” Karena aku? Memangnya aku salah apa? Sebenarnya yang bodoh siapa sih?

              Kutatap matanya dengan tajam. “Kau yang bodoh! Lusa kau akan menikah, dan malam ini kau masih saja berkeluyuran dengan acara mabuk segala. Calon kepala rumah tangga apa kau ini?” Baiklah, sekarang nada bicaraku mulai mengeras, aku tak perduli sekarang dengan kondisinya yang sedang mabuk, tapi kurasa dia masih memiliki kesadaran meskipun tak sepenuhnya.

              “Viska! Aku mencintaimu, dan aku putus asa karena tak memilikimu, dan ini semua karena Khanza yang meminta Ayahnya untuk menjodohkan kami.” Suaranya tak kalah keras.

              Aku memejamkan mata, dan hal ini membuat dinding pertahananku runtuh sudah. Air sialan itu kini mengalir dengan lancar dikedua pipiku. Aku menatapnya dengan sebuah tatapan tak suka. Jelas, jika dari dulu dia mencintaiku kenapa tak dipertahankan perasaan itu? Kenapa ia malah memilih perjodohan sialan itu yang membuat perasaan kamu sama-sama tersiksa seperti ini? “Jika kau mencintaiku, kenapa tak dari awal kau menolak perjodohan itu? Kenapa kau malah menerimanya?” aku mencoba memberanikan diri untuk menatap matanya, mencari sebuah kebenaran dari apa yang dibicarakan oleh orang mabuk seperti Farlant.

Jodoh Pasti BertemuWhere stories live. Discover now