P. 7 - Batal

21.1K 689 24
                                    

halohalo. terimakasih buat yang cuapcuap dan juga yang udah ngevote di part kemarin. kritik sama sarannya di tunggu yah buat yang ini hehehe.

----------

Farlant POV

              Sekarang aku berada disini, di depan pendeta dan juga Khanza. Senyum manis terukir manis di wajah tua pendeta dihadapanku itu. Bahkan bukan hanya beliau, namun seluruh keluarga dan juga teman-teman yang menghadiri acara pernikahanku juga Khanza hari ini. tunggu, kecuali gadis yang berdiri di samping Ibuku, gadis yang tengah membawa sebuah nampan berhiaskan kain berwarna putih dan diatasnya terdapat sebuah kotak yang berlapiskan kain beludru berwarna merah, di dalam kotak itu terdapat dua buah cincin emas putih dengan model yang sangat sederhana, hanya ada sebuah sentuhan berlian kecil yang ada disana dan aku sangat menyukai itu, ah, andai saja gadis disampingku ini adalah Viska, pasti hari ini akan menjadi hari terindahku.  Dan aku akan menciptakannya, meskipun bukan hari ini, bukan di gereja ini dan bukan dengan pendeta ini. tapi dalam waktu dekat, aku akan menjadikannya istriku. Lihat saja nanti.

              “Saudara Farlant Valentino Anggara, maukah kau menerima gadis disampingmu, Khanza Sivania Vaurent dalam suka maupun duka, dalam susah maupun senang, dalam sehat maupun sakit dan dalam kaya maupun miskin.” Suara pendeta itu menyadarkanku, aku memejamkan mata mencoba meyakinkan apa yang telah menjadi keputusanku.

              “Maaf, aku tak bisa menerimanya. Bukan dalam keadaan duka, susah, sakit ataupun miskin. Aku tak bisa menerimanya karena aku mencintai gadis lain, gadis yang selama ini ada di dalam hatiku.” Kurasakan semua mata tertuju padaku, bahkan kedua orang tuaku dan juga kedua orang tua Khanza sudah menatap tajam padaku dengan penuh amarah. Bisik-bisik dari mereka yang datangpun dapat kudengar.

              “Farlant, apa maksudmu?” Desis Khanza. Aku tahu, dia pasti sangat marah, dan juga kecewa tapi aku tak bisa berlama-lama lagi, aku tak bisa menjalani sebuah pernikahan tanpa adanya cinta dihatiku. Perasaan yang sudah tertanam semenjak masa putih abu-abu itu tak dapat kuhapus begitu saja, terlebih dengan kejadian kemarin lusa, aku tak mau terbebani dengan semua itu. Aku juga pasti akan sangat senang jika Viska benar-benar hamil anakkua beberapa minggu lagi, semoga saja.

              “Aku mengatakan apa yang ada di dalam hatiku, Khanza.” Aku menatap matanya dengan datar. Dan, sedetik setelah itu sebuah tamparan mendarat manis di kedua pipiku. Khanza menamparku. Ia berbalik dan berjalan dengan mengangkat gaun pengantinnya, ia berdiri di depan Viska, kulihat matanya menatap tajam gadis yang kucintai itu.

              Plak! Aku melihatnya, melihat dengan jelas bagaimana jemari lentik Khanza menampar pipi mulus Viska. Aku tak tinggal diam, kuhampiri Khanza juga Viska. “Jangan kau pikir aku tak tahu apa yang telah kau lakukan dibelakangku, wanita jalang! Kau pikir aku bodoh? Kau mencintai Farlant, dan kau berusaha merayunya. Selamat, karena kau telah berhasil menggagalkan pernikahanku! Kupikir kau sahabat, nyatanya kau musuh dalam selimut.” Kulihat senyum sinis itu tersungging dari bibir Khanza.

              “Jaga ucapan anda Nona Khanza yang terhormat. Aku tak pernah menggoda calon suami anda, aku memang mencintainya tapi bukan berarti aku merusak hubunganmu dengannya!” nada datar namun penuh dengan penekanan dalam setiap katanya dapat kudengar. Sosok asli Viska muncul disini.

              “Apa-apaan kalian ini, jangan sepeti anak kecil. Selesaikan ini semua di rumah. Aku tak mau namaku semakin kotor karena perkelahian kalian.” Paman Vaurent, ayah dari Khanza angkat bicara, terdengar nada penegasan disana. Kami semua diam, dan mengikuti langkah kaki Paman Vaurent keluar dari gereja.

Jodoh Pasti BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang