Chapter 2 : Ayana Shahab

2.2K 62 6
                                    

"Denger-denger, kemarin si Akicha jadian sama Ryo ya? Wah padahal ketemunya dari tubrukan loh!" kataku bersemangat.

"Iya, kalau mereka dateng aku mau ucapin selamat" kata Rena.

Tiba-tiba secara dramatis Akicha dan Ryo datang bareng ke kelas. Seperti biasa, cieee everywhere deh. Kebiasaan anak SMA nih.

"Selamat ya! Kalian emang cocok kok!" kataku riang.

Rena sampai meluk Akicha segala. Mereka emang bestfriend. Eh, kami maksudnya :)

"Si Akicha jadian ya? Kita jadian juga yuk!"

Ebusetsiapatuhkoktibatibangomonggitu.

"Gerald! Apaan sih?!" kataku sebal.

"Hehehehehe, bercanda kok bercanda..."

Dia emang paling suka iseng dan paling ngelantur di kelas. Guru pun terkadang pusing dibuatnya.

"Gerald apa banget deh" kata Rena ikutan sebal.

Saat pelajaran, aku jadi sangat terngiang-ngiang dengan perkataan Gerald. Sedangkan si Gerald aja terlihat biasa-biasa aja tuh.

"Ayo siapa yang gak kerjakan PR Matematika" kata bu Matty.

Si Gerald dengan bangganya menunjukkan tangannya setinggi-tingginya. Hal biasa di kelas.

"GERALD! BERAPA KALI SIH KAMU HARUS DIMARAHIN BARU NGERJAIN PR?! SAPU KORIDOR KELAS INI SEKARANG JUGA!" teriak bu Matty yang sampai kedengaran ke lantai bawah.

Sesuai perkiraan sekelas dia pasti mengerjakannya dengan main-main. Huh. Loh, kok tiba-tiba aku jadi sering memikirkan Gerald gini ya? Aahh ini gara-gara dia pake ngomong kayak gitu ke aku.

Pulangnya, aku gak sengaja ketemu dia lagi di dalem gang sama orangtuanya. Dia dipukulin habis-habisan.

"KAMU INI BISANYA BIKIN MALU!" teriak mamanya sambil menampar dia.

"IYA! KALAU GINI TERUS MENDING PAPA GAK SEKOLAHIN KAMU! JADI GELANDANGAN SANA!"

Aku ngerti sekarang. Gerald jadi anak bodoh biar dapet perhatian yang gak dia dapet di rumahnya. Langsung aja aku berinisiatif menolongnya.

"Jangan dilanjutkan pak! Bu!" kataku agak berteriak.

"Siapa anak ini?" tanya papanya heran.

"Saya teman sekelasnya Gerald. Saya yang akan membantu Gerald supaya nilainya membaik" kataku lantang.

"A-Ayana?" kata Gerald lirih.

"Gerald itu sudah tidak bisa ditolong lagi! Dengan cara apa kamu mau menolongnya?" kata mamanya.

"Sa-saya... Bisa jadi guru les privatnya Gerald!" kataku dengan berani meski agak ragu. Tapi ini demi temanku sendiri.

Benar juga. Besoknya aku memberanikan diri datang ke rumahnya. Ternyata dia anak orang kaya. Rumahnya sangat besar.

"Eh! Ayana! Udah datang? Selamat datang ya di rumahku!" kata Gerald senang.

"Huh, jangan harap bayaran ya dari kami!" kata papanya tegas.

"Saya ikhlas kok pak."

Ternyata Gerald itu sebenarnya pintar. Hanya saja agak malas dan asal-asalan. Kalau dia serius bisa menyaingi juara kelas kami, Kenny.

"Ya sudah ya udah sore. Tugas kita udah selesai semua kan? Aku pulang dulu ya" pamitku.

Tiba-tiba Gerald menarik tanganku.

"Terima kasih banyak! Mau kuantar pulang?"

"Tidak perlu. Nanti merepotkan"

"Anggaplah sebagai rasa terima kasihku. Kuantar ya?"

"Ba-baiklah..."

Lebih aman kalau diantar pulang teman. Daripada naik angkot, tapi aku merasa merepotkan jadinya.

Besoknya, semua tugas-tugas bisa Gerald kumpulkan. Ulangan pun kelihatannya Gerald lumayan bisa mengerjakannya. Kita tunggu saja hasilnya besok. Untunglah, aku berhasil membantunya.

"Hey Achan!" sapanya.

"Achan?" tanyaku heran.

"Iya, kamu lucu dipanggil Achan!" katanya lalu tertawa kecil.

"Lucu juga!" kata Akicha dari belakang. Kami memang sedang istirahat di kantin. Ia tiba-tiba datang bersama Rena.

"Iya, jadi kamu punya julukan Yan. Achan, Achan, Achan~~~" kata Rena.

Kami bertiga pun bersenang-senang saat istirahat. Gerald ke meja lain dengan teman-temannya.

"Hey Achan" katanya saat aku sedang mengajarinya IPA.

"Ya?"

"Kata temanku yang pintar IPA, cinta pun ada unsur-unsur kimianya loh!"

"Aku pernah dengar yang seperti itu..." kataku.

"Aku sebenernya lagi suka seseorang... Tapi, kelihatannya orang itu menolakku..."

"Loh, siapa yang nolak kamu?" kataku penasaran.

"Gak kok, bukan siapa-siapa"

"Ihh, jangan bikin penasaran donk!"

"Mau tau aja atau mau tau banget?"

"Alay deh -_-" udah cepetan ngomong"

"Keponya kambuh deeeehhhh" ledeknya.

"Cewek emang penasaran tau!" kataku sebal.

"Ya udah! Kalau IPA nanti nilaimu 95, ku kasih tahu di halaman sekolah"

"Oke!"

Pulangnya di jalan aku terus berpikir. Sebenarnya aku berharap aku yang disukainya. Tapi, aku sama sekali gak yakin. Sudahlah, yang penting dia bahagia sama cewek yang disukainya. Di rumah aku belajar sekeras mungkin, berharap bisa tau siapa yang disukai Gerald.

Besoknya soal-soal ulangannya jadi gampang semua. Iyalah, aku belajar dari jam 4 sore sampai jam 9 malam cuma di potong mandi dan makan 1 jam. Keesokkannya lagi, aku berhasil dapat nilai 100! Jumlah yang lebih dari perkiraanku dan targetku. Seluruh kelas sangat heran. Tapi mereka menganggap wajar karena aku memang bukan murid yang bodoh-bodoh amat.

"Nah, udh 95 nih! 100 malah! Kasih tau donkkk..." pintaku pada Gerald.

"Yakin nih? Gak bikin kamu sebel?"

"Yakin! Aku kan temenmu..."

"Kamu"

"Eh? Iya? Kenapa?"

"Ya kamu"

"Aku kenapa?" tanyaku heran.

"Kamu ya kamu" katanya lagi.

"Apa maksudnya sih?"

"Maksudnya, aku suka kamu Achan"

Seketika rasanya pengen jingkrak jingkrak! Seneng banget perasaannya berbalas.

"CIEEE! PJJJJ!" tiba-tiba udah ada pasukan di belakang yang diketuai... Akicha dan Ryo!

"Kalian ya..." kata Gerald.

________________________________________

Huwaaaah selesai juga bagus gak? Diulur dikit tuhh :D Review nya lagi yoo!

Next= Beby Chaesara Anadila! Siap-siap yang oshinya Beby review sebanyak-banyaknya! Diusahakan di post besok. Jaa~

JKT48 Love BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang