Bab 13

16.5K 1.3K 54
                                    

Happy looong weekend yaa, semoga kalian memiliki me time lebih banyak mulai dari sekarang. Atau mau kumpul bareng keluarga? Pokoknya selamat bersenang-senang saja,

Untuk menemani kalian menikmati liburan (mungkin ada yang hanya bengong di rumah), Maya kasih part panjang ini untuk kalian semuaaa

Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejaknya yaaaaaaa

Love You All


"Kamu ada masalah?" tante Lia mematikan kaset yang tadi digunakan untuk melatih murid-murid di sanggar tari miliknya. Sesi latihan yang diampu Anjani sudah selesai hampir tiga puluh menit yang lalu, tapi gadis itu masih belum beranjak dari ruang latihan hingga membuatnya cemas. Anjani biasanya akan segera menemuinya, tetapi hari itu kelihatannya gadis itu terlihat tidak begitu bergairah. Ada awan mendung melingkupi wajah ayunya yang selalu ceria, seolah sesuatu yang buruk baru saja terjadi.

"Jani hanya lelah, tan" gadis itu memaksakan sebuah senyuman menghiasi bibirnya, namun sepertinya ia tidak berhasil. Tante Lia sudah seperti ibunya sendiri, sejak kecil tinggal bersama wanita itu membuatnya tidak mampu menyembunyikan rahasia apapun dari tantenya.

"Kamu bertengkar dengan Panji?" tante Lia bertanya dengan lembut, wanita itu lalu duduk menjajari Anjani di teras sanggar yang menghadap ke taman bunga. Tangannya membelai lembut rambut panjang Anjani yang dikepang menyamping.

Gadis itu mendesah pelan, entah darimana ia harus menceritakan keruwetan rumah tangganya. Ia berfikir segalanya akan berjalan dengan baik, namun ternyata Panji sangat pandai menarik ulur perasaannya. Pria itu sangat jahat, memberinya harapan yang begitu menggoda namun kemudian menghempaskannya ke batu karang paling tajam.

"Bagaimana jika hubungan kami tidak akan berhasil, tan?" Anjani bertanya dengan ragu. Bagaimanapun ia masih ingat dengan ucapan menyakitkan Panji tadi pagi.

Betapa pagi tadi ia bangun dengan perasaan bahagia, ia bahkan bangun lebih pagi hanya untuk menyiapkan masakan terbaik untuk sarapan suaminya. Oh! ia tidak pernah menyangka jika efek sebuah ciuman membuat tubuhnya seringan bulu, perasaannya di penuhi harapan baru bahwa mungkin pernikahan mereka akan berhasil.

"Kamu sudah siap mau berangkat? Aku membuatkan menu sarapan kesukaanmu pagi ini." Anjani menyambut kedatangan Panji di meja dapur dengan perasaan gembira. Namun wajah dingin pria itu membuat hatinya tercekat, terlebih Panji sama sekali tidak tersenyum kepadanya.

Panji menarik kursinya dengan setengah hati, ia bahkan tidak melirik sedikitpun pada nasi uduk buatan Anjani. Pria itu malah asyik dengan cangkir kopi hitamnya tanpa peduli pada Anjani yang masih melihatnya dengan bingung. Bahkan ia tidak bisa tidur demi bayangan ciuman panas mereka yang menghantui otaknya semalaman. Dan pagi ini, ketika ia berharap sesuatu yang lebih, pria itu sukses membuatnya terjun bebas. Rasanya menyakitkan sekali melihat pria yang telah mencuri ciuman pertamanya kini bersikap acuh terhadapnya.

"Aku tidak lapar!" Panji menatap gadis itu sekilas, tidak seharusnya Anjani terlihat makin menawan hingga membuatnya menginginkan hanya gadis itu sebagai menu sarapannya. Tapi ia harus menghentikan segala perasaannya sebelum semuanya tidak tertolong.

"Kenapa? Apa perlu aku buatkan masakan lain?" Anjani mencoba menutupi rasa kecewanya. Wajah Panji terlihat agak kusut, bahkan dasinyapun terlihat dipasang asal saja.

"Tidak usah! Aku akan sarapan di resto saja!" tanggapan dingin Panji membuat hati Anjani seolah jatuh berkeping-keping, bahkan ia menarik kembali senyum manis yang hendak ia persembahkan kepada pria itu.

"Kamu baik-baik saja bukan?" Anjani bertanya dengan ragu, dan entah mengapa dadanya perih begitu Panji menghunjamnya dengan tatapan tajam dan dingin.

Panji dan Anjani ( SUDAH DITERBITKAN )Where stories live. Discover now