Bab. 7

17.5K 1.2K 19
                                    

selamat pagi semua, tanpa terasa udah lama juga gak update

Maaf ya, soalnya ada banyak urusan di dunia nyata yang membutuhkan banyak perhatian

Ehm, adakah yang masih merindukan kisah mereka?

Tinggalkan jejak ya, vote dan komennya dong, biar nanti saya tambah semangat untuk melanjutkan kisah ini

#IndonesiaMembaca


Ini buruk! Sangat buruk!

Panji mencengkeram sisi cangkirnya erat dengan kedua jemari tangannya, karena jika tidak maka sudah dapat dipastikan ia akan menerjang tubuh Anjani saat itu juga dan setelah itu hanya tuhan yang tahu apa yang akan dilakukannya. Anjani terlihat mondar mandir di depan hidungnya dengan pakaian tidak seksinya namun entah mengapa justru terlihat begitu menggoda. Gadis itu terlihat cuek dan seolah menganggapnya makhluk astral yang tidak perlu ditanggapi keberadaannya kecuali masakannya yang memang sedang dibuat hanya untuknya.

Siapa yang mengira jika gadis itu memiliki kulit seputih susu dan terlihat sangat halus menunggu belaian? Wajahnya juga terlihat segar dan manis, make up yang digunakannya tidak berlebihan hingga penampilannya begitu alami namun justru sangat menggoda. Tubuh semampainya juga terlihat pas dengan pakaian apapun yang dikenakannya, dan Panji sangat menyadari jika dirinya tengah memuji gadis itu. Bibir merahnya yang kadang digigit tanpa sadar oleh pemiliknya sekarang telah membangkitkan sesuatu yang maha liar dalam diri Panji dan hanya menunggu waktu yang tepat saja untuk keluar.

Bukannya tidak melihat bahwa dirinya tengah diperhatikan, tapi Anjani mengingatkan otak warasnya sendiri jika Panji masihlah seorang playboy. Ia membalik telur dadarnya sebentar sebelum melirik pada pria itu. Penampilannya sudah rapi jali, rambutnya di wax dengan gaya berantakan, tubuh kekarnya hanya terbalut kaos hitam ketat yang menonjolkan semua otot lengan dan perutnya yang bertonjolan, sementara kakinya terbalut celana gunung selutut berwarna coklat tua hingga menampakkan bulu-bulu kakinya yang panjang dan keriting namun terlihat seksi. Ugh! Panji memang sempurna, sangat mudah untuk jatuh cinta kepadanya jika sosoknya begitu menggoda, sayangnya dia seorang pria yang ingin di jauhi Anjani selamanya.

"Ini kelihatannya enak!" Panji menyambut senang sepiring nasi goreng dengan telor mata sapi yang diletakkan Anjani di hadapannya.

"Bunda sudah mengatakan semua masakan kesukaanmu! Ya tuhan, aku tidak menyangka seleramu ternyata sangat Indonesia!"

"Kenapa? Apa itu masalah untukmu?"

Anjani mengambil tempat duduk di seberang meja hingga posisi mereka kini saling berhadapan. "Sungguh ironis!"

Panji menatap gadis itu tajam namun Anjani masih terlihat tenang dan tidak terintimidasi. Dia menyantap makanannya dengan pelan, seolah membiarkan otak Panji mencerna sendiri arti dari ucapannya. Padahal sesungguhnya jantungnya sedang berdebar lebih kencang, entah mengapa manik tajam itu membuat persendian lututnya goyah.

"Maksudmu?" Panji terlihat dingin, rahang kokohnya yang ditumbuhi jenggot baru membuat otak Jani malah berfikir lainnya. Panji terlihat begitu maskulin, ia mau sekali mengelus rambut halus itu lalu merasakan manisnya bibir merah itu berlabuh di bibirnya. "Ada apa dengan pipimu? Kamu pasti sedang memikirkan hal aneh denganku kan?"

Ledekan Panji langsung membuat Anjani menyadari kelakuannya, rasanya ingin sekali ia menyembunyikan diri di bawah meja atau melemparkan gelasnya kemuka Panji yang tengah tertawa melecehkannya. "Tidak usah mimpi! Aku sedang memikirkan seseorang, tapi yang pasti bukan dirimu!"

Panji dan Anjani ( SUDAH DITERBITKAN )Where stories live. Discover now