Tiga Puluh

16.3K 1K 30
                                    

Ada yang kangen????

Enjoy the story!!!

____________________________

"Oke, Selesai!!!" Crish sang fotografer berteriak lega, setelah mengahabiskan beberapa jam dengan berganti gaya dan pakaian untuk mengabadikan setiap potret keluarga hangat nan bahagia di hadapannya.

"Kalian melakukannya dengan sangat baik," tambah lagi. "Clara, kau mau menjadi model paman suatu hari?"

Mendengar pertanyaan dari orang yang termasuk asing untuknya, membuat Clara menggengam tangan ayahnya erat dan bersembunyi di belakang punggunnya . Tak ayal membuat Ivar dan Fay tertawa pelan, Clara memang seperti itu, selalu menjadi waspada dengan orang yang baru ia tahu. Hal yang sangat baik, bukan?

Fay memasang wajah minta maaf pada Crish dan berkata. "Kau masih asing baginya, Crish." Ia lalu menoleh pada putrinya yang masih megintip dengan takut-takut, Fay mengusap kepala Clara. "Kenalkan, ini paman Crish. Dia teman Daddy."

Seperti ingin memastikan, Clara mengangkat kepalanya menatap sang ayah, meminta kepastian tentang apa yang ibunya katakan tadi. Dan ia langsung mendapatkan senyuman lembut dan anggukan dari ayahnya. Pelan-pelan Clara keluar dari persembunyiannya, lalu mengulurkan tangannya pada sang paman baru.

Crish tertawa dibuatnya, ia kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan bocah cantik yang berada di hadapannya saat ini. "Hallo, Clara. Im Crish...Uncle Crish."

"Hallo...Im Clara." Meski masih dengan cara yang malu-malu, Clara mengucapkan namanya dengan sangat lantang. Hingga ia menerima usapan lembut di atas kepalanya.

"Terima kasih untuk hari ini, Crish," kata Ivar.

"Ini sudah menjadi pekerjaanku, kalian bisa datang kapan saja."

"Baiklah, sudah waktunya mengganti pakaian, Clara." Fay menarik tangan Clara menuju ruang ganti yang sudah disediakan untuk mereka. Meninggalkan kedua pria itu dengan percakapan entah apa.

"Hari ini kau senang?" tanya Fay pada Clara, ketika ia sedang membantu putrinya untuk mengganti pakaian.

Clara mengangguk lucu. "Tentu saja. Akhirnya Clara bisa pamer di sekolah." Ia tertawa dengan mata yang berbinar-binar.

Fay tentu saja merasakan hal sama, merasa benar-benar bahagia. Namun ia pun sangat tahu dengan rasa janggal yang memenuhi setengah otak dan hatinya, tentang keadaan Ivar yang belum memilki kepastian. Ia terlalu takut untuk meraskan kebahagian yang pada akhirnyapun akan membuat luka yang baru. Tetapi, ia selalu mengingatkan dirinya bahwa bukan masalah nanti ataukah besok...ia harus bahagia setidaknya untuk hari ini.

"Kita memang harus bahagia, Clara. Mengerti?"

Clara lagi-lagi mengangguk. "Mom tidak mengganti?" tanyanya ketika ibunya sudah menyelesaikan tugasnya, mengganti dress mungil biru langitnya dengan kaos biasa dan jeans panjang.

Fay memperhatikan gaun berwarna senadanya, potongan pendek dibagian dada. "Mom akan menggantinya. Ini terlalu gerah." Mereka berdua terkekeh. "Tunggu disini."

Kemudian pintu terbuka, Ivar masuk ke dalam ruangan. Setelah sekian menit berbincang dengan Crish. "Where is your Mom?" tanyanya.

"Im here," jawab Fay dari bilik kecil di sudut ruangan.

Ivar tersenyum dengan tanggapan Fay, lalu duduk tepat di samping putrinya yang sedang sibuk memilih hiasan rambut yang akan ia pakai. Hal yang selalu membuat putrinya terlihat lucu dengan guratan tipis pada dahinya seperti berpikir keras. Ivar kemudian menjulurkan tangannya pada jepitan kecil dengan hiasan Ice Cream bersusun warna-warni.

PAIN ✔Where stories live. Discover now