Tujuh Belas

14.2K 1.1K 29
                                    

Part kali ini agak pendek....tapi nulisnya kayak berhari-hari. Selamat menikmati.....

Perlahan Fay menghentikan mobil mewah merahnya di depan bangunan tua bertingkat tiga namun tak mengurangi kemewahannya, bahkan ketika sudah berdiri bertahun-tahun lamanya. Ia masih ragu untuk turun mengikuti jajaran mobil-mobil yang sudah terparkir lebih dulu di depannya. Clara yang memang berangkat dengan sang ayah sudah terlihat turun dari mobil, tangannya masih dibabat setengah.

Sudah tiga hari bocah itu keluar dari rumah sakit, namun dokter mengatakan untuk berjaga-jada, gipsnya jangan dibuka dulu. Alhasil membuat putri kecil itu memberengkut sepanjang hari, baginya babatan itu mengganggu ruang gerak tangannya, apalagi saat ini Clara lagi hobi-hobinya menggambar. Tangan kanan yang terluka sudah tentu jadi hambatan besar.

Setelah kujungan keluarga tempo hari, Fay baru menyadari bahwa peringatan kematian orang tuanya sudah dekat, terhitung hari ini. Ia sempat ragu untuk kembali ke tempat tersebut, sebuah panti asuhan besar, yang dibuat oleh ibu Ivar dan ibunya, sudah tentu bangunan kokoh itu menyimpan begitu banyak kenangan yang akan kembali membuka lubang lama, yang berusaha ia timbun berkali-kali.

Kebahagian yang membuatnya menderita. Tentang Ivar dan Ivarnya...walaupun sama, namun bagi Fay mereka adalah sosok yang berbeda. Ivarnya yang dulu adalah seseorang yang ia puja setengah mati, bahkan kalau perlu mendramatisir, Ivar adalah sebagian oksigen yang harus ia hirup sepanjang hari, tampanya Fay tak tahu akan menjadi apa.

Lalu apa yang terjadi dengan mereka saat ini. Ivar masih terlihat sama, namun Fay merasa ada sekat yang tak kasat mata diantara mereka. Ivar berubah menjadi gas beracun yang kadang membuatnya sesak, rasa yang selalu menghimpit dadanya, perih.

Dan kembali ketempat ini membuatnya harus kembali merasakan hal itu, mengenang Ivarnya yang dulu sekaligus menghindari Ivar yang ia ciptakan sendiri. Penderitaan yang benar-benar tak masuk akal.

Di sisi lain Ivar menatap Fay yang masih bersandar nyaman pada sandaran kursi mobilnya. Ia tahu ini akan menjadi hari yang berat untuk wanita itu. Setelah bertahun-tahun pergi, inilah kali pertama Fay kembali ke makam kedua orang tuanya, yang tentu saja akan kembali membangkitkan kebencian yang sudah ia torekan pada hati polos itu, dulu.

Namun entah mengapa, wanita itu dengan tanpa penolakan menyetujui ajakan Belda untuk mengikuti acara sakral hari ini. Hal yang membuat Ivar sedikit bahagia, setidaknya Fay masih bisa membuka hatinya sendikit untuk kembali ketempat ini, tempat yang setiap sudutnya menggambarkan kebahagian mereka dan bagaimana dulunya mereka tertawa lepas hinga perut tarasa kebas. Ivar menyadari, keadaan itu pasti akan membuat Fay merasa tidak tenang nantinya.

Tak bisa ia pungkiri, ia berharap ini akan menjadi sebuah awal yang baik untuk mereka. Dimana Fay membuka hatinya sedikit demi sedikit dan menerima mereka kembali satu per satu. Tanpa sadar Ivar membelai rambut putrinya, yang merupakan tumpuhan terakhir untuk menjinakan sang ibu, dan membuat mereka tetap tinggal, disini...disisi Ivar.

"Mommy Come here!!" ajak Clara pada ibunya, yang ternyata sudah membuka pintu, walaupun di wajahnya tampak tidak senang, namun ia tetap memamerkan senyumannya pada putrid kecilnya.

Clara berlari mendekati sang ibu, mengaitkan tangan mereka, lalu berjalan ke depan bersama. "Hari ini kita akan mengunjungi kakek dan nenek. Clara juga akan ajak Mom berkenalan dengan teman-teman Clara di dalam sana. Jadi hari ini pasti akan menyenangkan." Fay hanya membalas dengan senyum simpul, dia belum yakin dengan hari menyenangkan itu.

Mereka terus berjalan mendekat keluarga yang lain, Fay pun bisa melihat punggung Ivar yang sudah lebih dulu menghilang dari balik pintu utama bangunan tersebut. Sedangkan yang lain menatapnya dengan lembut, seberkas senyuman haru terpahat dari wajah-wajah mereka.

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang