Delapan Belas

14.8K 1.1K 52
                                    

Semoga Feelnya dapat ....Selamat menikmati^^

Ivar baru turun dari undakan tangga teras rumah milik Reynard, ketika terlihat Anna, ibu Fay mengeluarkan mobilnya dari garasi. Ivar langsung bersiul menggoda ketika wanita itu melintas di hadapannya. Anna menghentikan mobilnya lalu menatap pemuda itu tak kalah menggoda. "Kau butuh tumpangan anak muda?" ujarnya, sambil menaik-naikan alisnya genit.

Tak ubah membuat Ivar tergelak, kemudian ia berjalan mendekat ke arah mobil, menyandarkan tubuhnya pada spion mobil Anna dan membalas tatapan genitnya. "Tentu saja kalau anda tidak keberatan nyonya. Lagi pula aku sangat tertantang dengan wanita yang memiliki suami seperti anda." Ivar mengedipkan sebelah matanya menggoda, kemudian mencolek dagu Anna iseng.

"Sialan kau." Cerca Anna di tengah-tengah tawanya. "Jadi kau mau kemana, Sayang?" sambungnya seraya menghapus sisa-sisa air mata yang tergenang dipelupuk matanya akibat tertawa.

"Ke panti asuhan. Setelah itu ke sekolah Fay. "

"Mau pergi bersama?"

"Ibu tidak punya acara lain?

"Aku ingin ke panti juga, setelah itu kau bisa memakai mobil ini untuk mengunjungi istrimu," kata Anna sekenanya membuat mereka lagi-lagi tertawa.

"Baiklah kalau begitu nyonya besar, silahkan pindah ke tempat anda yang seharusnya."

"Tapi sebelumnya kita mampir di Chocolate Bakery, aku ingin mengambil pesanan anak-anak di sana."

Setelah bertukar posisi Ivar dan Anna memulai perjalanan mereka dan seperti perintah Anna tadi, mereka mampir terlebih dahulu di suatu tepat untuk mengambil pesanan yang Anna maksud. Namun semuanya berubah setelah itu....

Wajah Ivar terlihat khawatir ketika mereka sudah masuk pada jalanan cukup sunyi, ia kemudian bergumam." Mom...something wrong."

"Ada apa?" tanya Anna belum mengerti maksud Ivar.

Ivar berharap apa yang ia rasakan bukalah hal yang besar, namun beberapa kalipun ia mencoba hasilnya tetap sama. "Remnya tidak berfungsi," ujar Ivar akhirnya masih tenang.

"What?!! Tapi sebelumnya baik-baik saja." Anna mulai khawatir dan bergerak tak tenang.

"Ibu tenanglah...aku akan mencari cara."

"Tapi bagaimana?"

Walaupun ia mulai sedikit takut, namun saat ini jalan satu-satunya ia harus tetap tenang mencoba mencari jalan keluar agar di antara mereka berdua tak ada yang terluka. "Kita harus melompat."

"Apaa?! Kita bisa celaka Ivar. Ibu tidak mau."

"Lebih berbahaya kalau kita terus tinggal di mobil ini. Ibu harus percaya padaku kali ini. Please," Ivar mencoba membujuk Anna yang sudah terlihat ketakutan. "Ibu lompat lebih dulu, aku akan mencoba menurunkan kecepatannya."

Anna menggeleng, ia tidak yakin dengan ide gila pemuda di hadapannya ini. "Tapi Ivar..."

"Mom...please, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan nanti. Percayalah padaku." Tanpa pikir panjang dengan sebelah tangannya Ivar melepaskan kunci setbelt Anna dan juga pintu di sampingnya, angin kencang langsung menerpa wajah dan rambutnya. Ia bergidik takut ketika melihat aspal panas yang berjalan di bawah mobil. Sudah dipastikan bagaimana luka-luka yang nanti ia dapatkan ketika melompat.

Anna kembali meluruskan pandangannya, mereka beruntung saat ini jalanan sepi dan mereka tidak menemukan jalan yang menikung. Namun mereka tidak tahu bagaimana di depannya nanti. Anna lalu melanjutkan pandangannya pada Ivar, pemuda yang masih terlihat tenang, tetapi dari pancaran matanya Anna tahu ia sama takutnya dengan dirinya. Anna menyentuh tangan Ivar lembut seraya berkata."Janji kau akan menyusul Ibu setelah ini."

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang