Tujuh

14.7K 1K 9
                                    

"Are you serious?" tanya Katrin dengan mata melotot.

"Yeah....100000 persen. Aku akan membuka butikku di daerah ini," balas Fay sangat yakin.

"Oke...anggap saja aku percaya dan serius ingin tahu tentang rencanamu itu."

"Well, tentu saja dengan uang. Kau tahu sendiri kan, membuka bisnis di Rodeo Drive membutuhkan dana yang luar biasa banyak, belum lagi kita harus pintar-pintar memilih sponsor dengan merek-merek yang up to date. Tapi, setimpal dengan yang kita terima saat kita sukses."

"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan itu semua?" tanya Katrin lagi, walaupun sebenarnya ia merasa itu semua hanya lelucon sepupunya saja.

Fay mendengus pelan." Desain pakaianku memang belum pernah di pamerkan selain di Paris. Tapi, bukan berarti kualitas yang aku punya hanya standar saja. Dengan itu aku berencana untuk membuka butik dengan desainku sendiri, tinggal menghubungi sponsorku di Paris untuk menyokongku."

Katrin mengesap kopinya. "Lalu, bagaimana dengan dana yang akan kau pakai?"

Fay tersenyum simpul lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya.

"Oh My!!!!" pekik Katrin dengan matanya yang membesar, lalu mengembil benda itu dengan hati-hati, "Visa Black Card Unlimited!!!" lanjutnya lagi tak kalah seru.

Fay hanya berdecak pelan melihat tingkah konyol sepupunya.

"This is yours?" tanyanya masih memegang benda tadi.

"Nope...katakan saja aku sedang sangat baik hari ini. Itu pemberian suamiku yang baik hati," kata Fay dengan senyum sinis tersungging di bibirnya. "Aku akan menghambur-hamburkan uangnya, walaupun aku tahu itu tidak akan membuatnya bangkrut."

Katrin mendesah pelan, meletakkan kartu tersebut ke atas meja. "Jadi membuka butik hanya caramu untuk membalas dendam, bukan karena peluang bisnis yang besar?"

"Aku akan melakukannya secara bersamaan, keuntungannya berlipat, bukan?"

Katrin lagi-lagi menghembuskan nafas berat, sembari menyandarkan belakangnya pada sandaran sofa. Ia tidak ingin berkomentar apa-apa karena ia sangat tahu watak sepupunya itu, apalagi kalau ada sangkut pautnya dengan pria bernama Ivar. Semoga Fay tidak keterlaluan kali ini. "Apa kau yakin Ivar akan setuju dengan rencanamu ini?" tanyanya.

Fay tertawa hambar, sudut bibirnya tertarik miring. "Aku tidak peduli dengan pendapatnya. Aku hanya peduli dengan kebahagianku, Kat. Dan balas dendam itu terdengar sangat menarik."

"Kau terdengar seperti wanita psyco," ujar Katrin sarkastis. Namun hanya dibalas tawa geli oleh sepupunya. "Jangan sampai kau menyesal suatu hari nanti, Fay. Ingat, Clara ada dipihak Ivar, kalau kau benar-benar mencintai putrimu seharusnya kau bisa mengerti perasaannya."

"Aku tidak akan menyesal," ujar Fay keras. "Mungkin saat ini Ivar bisa menang atas hati putriku, tapi tidak akan bertahan lama, aku akan membuat putriku membencinya juga."

Katrin sedikit terkejut dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Fay tadi, itu terdengar...menakutkan. Yang pasti, jika suatu hari keinginan sepupunya benar-benar terjadi, sudah sangat jelas sosok yang sangat terluka dengan keadaan itu adalah Ivar. Walaupun Katrin tidak pernah ingin tahu tentang masalah Ivar dan Fay dalam konteks yang sebenarnya, namun ia sangat tahu betapa menderitanya Ivar dengan semua perlakukan Fay padanya.

"Sudahlah, Kat. Aku mengajakmu ke sini bukan untuk meminta pendapatmu. Aku hanya butuh ditemani memilih."

"Shopping?" tanya Katrin dengan sedikit heran.

"Nope, memilih bangunan yang bisa ku sewakan sebagai butikku," ujar Fay.

"What!!! I think its just a plan."

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang