Twenty Five - This Won't Be Good

51.1K 3.9K 704
                                    

His POV

"Angga pulang." Seru gue setelah masuk rumah. Hal pertama yang gue lakukan adalah mencari-cari nyokap gue.

Dan gue pun menemukan nyokap dan bokap gue di meja makan. Entah kenapa auranya lumayan serius.

"Angga pulang." Ucap gue lagi menyadarkan nyokap bokap gue kalau gue udah pulang.

"Eh, Angga udah pulang." Ucap nyokap gue lalu gue salim ke dia dan bokap gue.

Ada hening yang lumayan lama setelahnya.

Gue nggak tahu kenapa dan yang jelas perasaan gue nggak enak.

"Angga, duduk sini. Ayah mau ngomong sesuatu."

Dengan perasaan aneh, gue pun duduk di sebelahnya.

"Ehm." Deham bokap gue, seakan-akan menyiapkan diri untuk mengumumkan suatu berita.

"Gini Ngga. Hmm, sebenernya kamu harusnya nggak terlalu kaget sama berita kayak gini."

Otak OSN gue tiba-tiba mikir kemungkinan apa yang bakal diomongin bokap gue. Ha, jangan bilang—

"Ayah dipindahin. Ke luar pulau."

Nah kan.

Mata gue membulat seketika. Bokap sepertinya ngelihat reaksi gue karena dia buru-buru ngelanjutin kalimatnya.

"—tapi, cuma selama, yah, dua sampai empat bulanlah. Habis itu, ayah dipindahin lagi ke sini." Lanjut bokap gue. Gue masih nggak tahu kesimpulan dari berita ini apa, nasib gue gimana. Apa gue harus ikut pindah atau—

"Nah. Ayah mikir, kamu kan udah mau kelas tiga. Nggak gampang dong asal pindah sekolah ..."

"Tapi, kalau ayah pindah, ibumu ikut bareng ayah--tahulah ayah udah rada tua gini."

Batin gue masih terus mempertanyakan nasib gue.

"Nah, jadi ... ayah ngasih kamu dua pilihan." Lanjut bokap gue sambil natap gue. Gue cuma diam karena ... karena ini nggak terduga.

"Pertama, kamu tinggal sendiri di sini."

"Kedua, kamu ikut pindah tapi kita bakal di sana cuma paling lama empat bulan, terus balik lagi ke sini. Tapi ayah khawatir sama masalah sekolahmu."

Ada hening yang cukup panjang setelah bokap gue ngasih tau pilihannya ke gue. Gue? Gue cuma ... bengong.

"Terserah kamu mau milih yang mana. Oh, dan kalau kamu milih yang kedua, kita belum tentu baliknya ke rumah ini lagi, soalnya kemungkinan rumah ini bakal ayah jual kalau kamu milih pilihan kedua." Lanjut bokap gue.

Wow—wow. Tunggu dulu. Otak gue dari tadi berasa nggak dikasih waktu buat bernapas—eh, berpikir.

"Terserah kamu, Ngga." Ucap nyokap gue sambil nepuk pundak gue.

"Ngg ... ayah emangnya kapan berangkat?" Tanya gue.

"Yaa, pas kamu masuk tahun ajaran baru." Jawab bokap gue.

Ini mendadak kuadrat. Gue masuk dua minggu lagi.

"Angga ... boleh dikasih waktu mikir bentar?" Tanya gue akhirnya. Gue kira, hari ini udah cukup melelahkan. Tapi ternyata masih aja ada tambahan beban pikiran.

"Oh, bolehlah Ngga ...." Jawab bokap gue.

"Gih, anak bunda mandi dulu aja, abis pergi seharian pasti bau." Sambung nyokap gue.

"Hm, Angga naik, ya." Ucap gue lalu menaiki anak tangga menuju kamar gue.

Sesampainya di kamar, gue langsung menjatuhkan diri di kasur gue dan menatap kosong langit-langit kamar gue.

A Riddle Upon UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang