Sepupu Cinta 8

Mulai dari awal
                                    

“Makasih kehadirannya om, tante, Anin…”ucap Brina ceria ketika mereka melewati tempat kami berdiri. Matanya sibuk mencari-cari Wisnu. Wisnu yang sudah menginap semalam di rumah sempat dipengaruhi Brina untuk menemui Anin di bawah panggung begitu mereka turun menyalami kami dan kedua ayah ibu kami.

“Semangat banget sih menjodohkannya…”bisikku pelan ketika mereka berlalu. Brina menoleh ke arahku dan nyengir.

“Tahu nggak…ini buat kepentinganku juga…kan kalau mereka sudah menikah, suamiku aman...”celetuknya. Aku menggelengkan kepalaku.”Memangnya aku terlihat seliar itu?” sungutku. Brina hanya tersenyum kecil dan kembali menerima ucapan selamat dari tetamu berikutnya.  

***/

Brina

“Kalian nggak merencakan bulan madu?” tanya Wisnu ketika sore hampir gelap itu kami semua berkumpul di beranda belakang rumah yang nyaman. Beberapa kerabat dekat memang ada yang menginap di sini sehingga rumah tetap ramai meskipun acara resepsinya sendiri dilaksanakan di GOR  Bambu Runcing. Seluas  apapun rumah  ini tidak akan mampu memuat hampir seribu  tamu secara bersamaan.

“Sudah pasti..kami merencanakan seluruh hari kami setelah hari ini adalah hari dan bulan madu kok…”jawab Karel. Aku tertawa saja mendengar gurauannya.  Wisnu mengangkat bahu.

“Kamu sendiri kapan mulai agresi?”tanya Karel usil.

Wisnu tersenyum kecut.

“Aku sudah mulai kok.”jawabnya pendek.

“Nggak butuh penasihat ?, ask your master gitu?” usil Karel lagi. Aku sudah mulai gemas. Kalau begitu caranya, bisa-bisa dia membuat Wisnu mundur teratur. Anak itu bukannya butuh ledekan tapi support. Dasar karel nggak peka ah.

“Rel, tamumu tuh…”ujarku  mengalihkan perhatiannya ketika kulihat segerombolan remaja putri masuk ke teras belakang. Aku mengenali mereka sebagai siswa  yang biasa dilatih Karel bela diri.  Beberapa kali ketemu ketika aku ikut Karel ke Dojang. 

Aku memberi kode padanya agar melangkah duluan.

“Tadi sempat ngobrol kan?”tanyaku kemudian setelah Karel beranjak. Wisnu mengalihkan pandangannya dari gelas yang dipegangnya.

“Anin?”tanyanya. Aku mengangguk.

“Sempat sih..cuma sebentar. Dia kayak nggak minat banget gitu…”keluhnya. Sangat mudah untuk bisa menyukai Wisnu kalau Anin mau. Hanya saja dia memang masih dalam kondisi peralihan. Tante Kusno memang terlihat terburu-buru menjodohkan mereka dan  aku sedikit banyak bisa menduga kenapa begitu.

“Dia hanya butuh waktu. Kamu juga. Tetap semangat!! Dia gadis baik. Kalian pasti cocok bersama-sama. Fight OK?”ujarku sambil mengepalkan tanganku ke mukanya. Wisnu terkekeh geli dan mengangguk sambil membalas kepalan tanganku. Aku sengaja memintanya tetap bertahan menginap di sini biar dia ada waktu untuk kembali menemui Anin sebelum kembali lagi ke Semarang.

Aku kemudian beranjak meninggalkannya untuk menemani Karel menemui tamu-tamu imutnya.

“Hallo kak..”sapa salah seorang di antara mereka ketika aku mendekati tempat duduk mereka. Serentak beberapa kepala kemudian menoleh ke arahku. Karel menggeser duduknya untuk memberiku ruang di sofa sudut berwarna cokelat gelap.

“Maaf ya Kak..jadinya ke rumah..soalnya kan kalo tadi ke gedung pasti nggak diijinkan masuk karena kita nggak ada yang bawa undangan..he..he..”salah satu remaja imut yang kukenal bernama Maya mewakili teman-temannya. Aku tersenyum dan mengiyakan permintaan maaf mereka. Mereka kemudian melanjutkan gurauan-gurauan sebelum akhirnya terdengar celetukan yang mengundang reaksi teman-temannya.

Sepupu CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang