Sepupu Cinta 7

13.7K 431 14
                                    

Anindita

Akhirnya saat ini tiba juga. Menyelesaikan pendidikan kami di fakultas kedokteran, menyelesaikan semua stase dan semua tahapan praktik. Kami akhirnya mendapatkan surat ijin praktik meskipun baru bisa berlaku di tempat-tempat yang sudah ditunjuk untuk kami mengabdikan diri selama kurang lebih 1 tahun. Program  itu bernama internship, menempatkan kami selama 8 bulan di rumah sakit dan 4 bulan di puskesmas. Menjalani peran sebagai seorang dokter yang sesungguhnya tetapi hanya berlaku di tempat ini.

Pada kenyataannya, akhirnya mirip suasana ketika kami co ass karena dalam melaksanakan beberapa tugas kami memang harus sering berkoordinasi dengan dokter senior yang menjadi penanggung jawab lapangan.

Kami sudah menjalaninya hampir 5 hari. Hari pertama tempo hari aku akhirnya harus jaga 24 jam karena Mischa yang mestinya jaga sore dan Rania yang seharusnya jaga malam harus menyelesaikan beberapa urusan. Aku setuju saja karena itu berarti aku akan mendapat ekstra libur kelak ketika mereka akhirnya siap menggantikanku di dua jaga dinasku yang mereka pakai.

Setelah pagi harinya kami diterima di bagian diklat dan sempat ber SKSD (sok kenal sok dekat) dengan beberapa praktikan dari profesi lain, sore itu ada yang kembali bertemu denganku di ruang tunggu dekat poliklinik. Aku bisa mengingat wajahnya dan tentu saja akhirnya kami sama-sama tersenyum dan terlibat dalam sedikit obrolan.

Ada alasan yang kuat bagi kami untuk melakukan kegiatan SKSD ini, bukan hanya dari sisi human relationship sebenarnya. Ha..ha..kami benar-benar melakukan itu dengan penuh kesadaran karena kami tahu betapa banyak manfaatnya berkenalan dan lebih akrab serta menjalin kerjasama dengan mereka. Berbagai profesi yang berbeda ini akan memudahkan untuk kami saling bertukar informasi sekaligus data sehingga pasien yan menjadi tugas kami benar-benar bisa terlayani dengan baik. Kedengarannya seperti opportunis  tapi sebenarnya lebih ke arah simbiosis mutualisme.

            Anak itu bernama Siwi dan akhirnya kami menghabiskan sedikit waktu untuk mengobrol lebih jauh. Aku sedang tidak dalam tugas menangani pasien.

            “Nganter kakak temen saya ke poli kandungan dok..he..he..tapi saya nunggu di luar aja sih..lebih mengenali lahan praktik.”jawabnya ketika kutanya  sedang apa di poli sesore itu. Kami masih ngobrol ketika dari arah belakangku ada sosok yang mendekat. Siwi memperkenalkannya dan ketika aku menoleh aku benar-benar terkesima beberapa saat. Wajah yang aku rasa sangat familier denganku tapi dalam versi yang berbeda. Versi perempuan. Wajah yang sangat aku kenali karena hampir setiap saat selama 20 tahun terakhir  selalu ada di sekitarku. Wajah itu benar-benar Karel versi perempuan. Hingga ke mata dan seriangaian senyumnya.

            Siwi memperkenalkannya sebagai teman yang kakaknya sedang memeriksakan kandungan di dalam. Aku merasakan kenyamanan mengenalnya. Seperti sudah pernah ketemu sebelumnya dan obrolan kami pun berakhir ketika akhirnya sang kakak keluar dari  ruang periksa. Hanya itu. Tanpa kesempatan mengkonfirmasi apakah dia mengenal Karel atau tidak. Jawaban yang ketika kutanyakan aku juga tidak yakin ingin mendengar jawabannya.

            Aku tahu Karel anak tunggal karenanya aku tidak mungkin mengiranya sebagai adiknya. Kemungkinan  lain adalah –dan ini benar-benar menggangguku- dia adalah orang yang ditetapkan berjodoh dengan Karel. Konon, ada saatnya jodoh itu bisa dilihat dari kemiripan wajah. Memang tidak semuanya tapi pemikiran itu membuatku getir. Aku merasa aku terlalu  jauh berpikir.  

            Ini hari keempat internship.

            “Kamu nanti sore ada di rumah Nin? Boleh aku main ke sana ya? Kost yang kemarin kan? Dua blok dari kost ku kan?”tanyanya. Aku hanya mengangguk sekilas karena kami sama-sama sedang menangani pasien di poliklinik. Dia sudah hampir selesai tinggal merekamnya di catatan medis sementara aku masih menunggu perawat selesai memeriksa vital sign.

Sepupu CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang