Bab 32

89.5K 1.5K 57
                                    

Bukannya segar, bangun tidur Baby malah merasa beberapa bagian tubuhnya terasa sakit dan pegal-pegal, terutama dibagian selangkangannya. Meski nyawanya belum sepenuhnya terkumpul, Baby bisa mengingat jelas kejadian semalam. Baby sampai menutup wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangannya ketika adegan demi adegan yang berputar kembali diotaknya membuatnya tiba-tiba didera rasa malu.

Baby masih tidak habis pikir, bagaimana ia bisa terpikir untuk meminta Boy menikahinya di tengah situasi panas yang sedang berlangsung. Semenjak lamaran Boy dua bulan lalu, Baby memang sudah mulai menimbang dan memikirkan kembali ajakan menikah dari pria itu. Bukan hanya sekedar ucapan, selama kurang lebih dua tahun ini Boy sudah membuktikan jika laki-laki itu memang menyesali semuanya.

Baby tidak secara tiba-tiba meminta Boy untuk menikahinya. Pikiran itu sudah ada dari awal Boy melamarnya hanya saja ia ingin lebih semakin memantapnya hatinya. Dan kini Baby benar-benar yakin untuk kembali kepada Boy. Demi kebahagiaan mereka dan tentu Bima juga. Sudah cukup selama ini mereka sama-sama tersiksa, Baby sadar selama ini ia sangat egois karena hanya memikirkan rasa sakitnya sendiri tanpa memikirkan Bima yang menjadi korban karena keegoisannya.

Entah kapan tepatnya tapi rasa sakit yang ia rasakan dulu perlahan terkikis oleh perhatian-perhatian yang Boy berikan kepadanya dan juga Bima. Baby hanya wanita biasa, semua kebaikan yang Boy beri nyantanya bisa dengan mudah kembali meluluhkan perasaanya.

Pagi ini beruntungnya Baby terbangun tanpa ada Boy disisinya, laki-laki itu sudah tidak ada di dalam kamar. Sejujurnya setiap mengingat kejadian semalam Baby merasa tak punya muka untuk melihat wajah Boy.

Ketika menoleh Baby baru menyadari keberadaan Bima yang masih tertidur nyenyak disampingnya, mungkin Boy yang memindahkan putra mereka kesini tapi entah kapan.
Baby berbaring miring menatap wajah Bima yang masih terpejam, dengkuran halus terdengar dari putranya itu.

"Sabar ya, nak, maaf mungkin ini sedikit terlambat tapi Mama akan usahakan yang terbaik untuk kita" gumam Baby, sambil mengelus penuh kelembutan wajah putranya.

Kemudian Baby memilih bangkit dari atas kasur. Meski semalam setelah percintaanya dengan Boy ia langsung jatuh tertidur, pagi ini ia terbangun dengan memakai sebuah kaus kebesaran warna hitam yang tentunya milik Boy. Pasti laki-laki itu yang memakaikan pada tubuhnya, meski di balik baju yang ia pakai Baby tak merasakan apapun perasaan Baby tetap menghangat mendapat perhatian seperti itu dari Boy.

Sambil menekan rasa malunya Baby berjalan keluar mencari Boy. Baby langsung membawa langkahnya menuju dapur karena ia mencium wangi masakan yang tersebar dalam ruangan. Benar saja bisa Baby lihat Boy berdiri di depan kompor terlihat sedang memasukan sesuatu ke dalam panci.

Baby sempat terpaku beberapa saat melihat punggung telanjang Boy yang tegap, tak bisa Baby bayangkan ada perempuan lain selain dirinya yang bisa bersandar dengan nyaman di punggung itu.

Rasa malu yang tadi Baby rasakan mendadak hilang, ia berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba melingkarkan tangannya di pinggang telanjang Boy. Bisa Baby rasakan tubuh Boy sempat menegang selama beberapa detik sebelum sesaat kemudian kembali melemas.

"Morning, sayang!" Ucap Boy, mengelus sekilas tangan Baby yang melingkar dipinggangnya.

"Hm..." Baby hanya balas dengan gumaman seadanya. Dengan nyaman wanita itu memeluk pinggang Boy sambil menyandarkan pipinya dipunggung lebar laki-laki itu. Sangat nyaman, Baby pastikan tidak ada perempuan lain yang bisa merasakannya.

"Aku masak untuk sarapan kamu dan Bima" ucap Boy, membalikan tubuhnya hingga kini ia bisa melihat wajah Baby secara langsung. Ada sedikit kotoran diujung mata wanitanya itu tapi sama sekali tak melunturkan kecantikannya.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang