Bab 26

42K 1.3K 185
                                    

Bantu follow sebelum baca!

****

"Aku cuma coba lindungi putriku dari laki-laki brengsek macam dia, apa aku salah?"

"Iya enggak salah, tapi Boy udah ngaku dia salah dan dia mau coba perbaiki semuanya, apa salahnya kita kasih kesempatan itu untuk Boy"

Boy hanya bisa duduk diam sambil menahan denyutan perih diwajahnya akibat tinjuan Revan. Suasana sangat canggung untuknya, ia terjebak diantara sepasang suami istri yang saling tak mau kalah beradu argumen. Boy sudah menjelaskan semuanya dan juga mengakui kesalahannya. Jika Rena, Bunda Baby bisa menerima semua alasannya lain hal dengan Papa wanitanya itu, Revan masih tak sudi jika Boy diberi kesempatan untuk kembali bersama Baby.

"Kamu enggak ngerti gimana rasanya jadi aku, orangtua mana yang rela anaknya disakiti dan aku harus cuma-cuma kasih kesempatan putriku kembali sama laki-laki brengsek macam dia!" Revan terang-terangan menunjuk Boy, ia masih bersikukuh dengan pendiriannya, Revan hanya tak mau putrinya kembali tersakiti.

"Terus kamu pikir gimana perasaan orangtua aku dulu?"

"Berkali-kali kamu sakiti aku tapi orangtuaku masih bisa terima kamu dengan baik" Mendengar apa yang baru diucapkan sang istri barulah Revan terdiam, tak memiliki lagi kalimat untuk membalasnya.

"Apa kamu enggak bisa belajar dari masalalu, apa kamu enggak bisa belajar dari orangtuaku dulu?"
Nafas Rena terengah setelah mengucapkannya, ia mengerti kekhawatiran sang suami namun sebagai wanita ia bisa melihat Boy sudah benar-benar menyesali semuanya. Tidak ada salahnya memberi Boy kesempatan untuk kembali mendekati Baby. Hasil akhirnya biar nanti Baby yang menentukan, apa putri mereka masih sudi kembali kepada Boy atau tidak.

Selama Baby hamil ia yang lebih sering menghabiskan waktu dengan Baby, dibeberapa kesempatan Rena pernah diam-diam melihat Baby menangis sambil menatap foto kebersamaanya dengan Boy. Rena tahu anak-anak mereka itu masih sama-sama saling menginginkan, hanya saja luka yang Boy berikan cukup besar. Tapi, Rena yakin Boy pasti akan bertanggung jawab menyembuhkan luka yang pria itu diberikan kepada Baby.

"Kamu pulang Boy, besok kamu boleh kesini lagi, enggak usah manjat tembok, kami beri kamu kesempatan tapi semua keputusan tetap ada di tangan Baby. Baby yang akan menjalani semuanya" ucap Rena, tak memperdulikan protesan sang suami.

Boy balas dengan anggukan tak lupa ucapan terimakasih. Setidaknya satu dari keluarga Baby ada yang masih sudi menerimanya kembali.

Boy kembali ke apartemen dengan perasaan sedikit lebih lega. Ia sudah mengetahui kabar dan keberadaan Baby. Tanpa membersihkan lukanya, Boy memilih membersihkan diri lalu setelah ia mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur.

Ia berbaring terlentang sembari menatap langit-langit kamarnya. Pikiran Boy menerawang, tak ia sangka sebentar lagi ia akan menjadi seorang Ayah. Meski terlambat mengetahui keberadaanya Boy tetap bahagia. Meski sempat marah, ia tak akan menyalahkan Baby karena menyenbunyikan kehamilannya. Jika ada diposisi Baby, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama. Sekarang ia hanya harus memikirkan cara untuk meluluhkan Baby dan Ayah dari wanitanya itu.

Malam itu Boy baru bisa tertidur ketika malam menjelang pagi. Dan, pagi-pagi sekali ia sudah berkutat di dapur. Semalam ia mendapat pesan dari Rena, Ibu dari wanitanya itu memintanya memasakan ayam goreng untuk Baby. Karena semalam Baby sempat berkata ingin makan ayam goreng, tadi saat pagi masih buta Boy sudah pergi berbelanja bahan untuk memasaknya. Meski sambil menahan rasa mual ia berhasil menyelesaikan masakannya.

Boy memindahkan hasil masakannya ke dalam kotak makan. Ia sengaja memasak banyak untuk keluarga Baby juga. Boy memilih cepat-cepat membersihkan diri, lalu setelah semuanya siap ia berangkat pergi ke rumah Baby.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang