Bab 3

106K 1.9K 87
                                    

Boy sedang menunggu Baby bersiap sementara ia mengobrol bersama Ayah perempuan itu. Baby berbohong saat mengatakan jika wanita itu hari ini berangkat siang ke rumah sakit.

Tahu tujuan Boy datang kerumah untuk menjemput Baby berangkat bekerja, Revan yang turun tangan.
Dengan sedikit paksaan dari sang Ayah, akhirnya Baby mau untuk Boy antar ke rumah sakit.

Mungkin karena tak pernah melihat anak perempuannya yang sudah sedewasa itu dekat dengan seorang laki-laki, Revan sangat bahagia saat akhirnya ada laki-laki yang ia yakini sedang mencoba mengambil hati putrinya, apalagi laki-laki itu adalah Boy. Revan sudah mengenal Boy maupun keluarga Boy dengan sangat baik. Ia tidak akan khawatir putrinya jatuh ke laki-laki yang salah.

Meski terlihat ogah-ogahan Baby berpamitan kepada orangtuanya. Lalu masuk ke dalam mobil Boy setelah sebelumnya tanpa diminta Boy membukakan pintu untuknya.

Sepanjang perjalanan hanya diisi keheningan, sebenarnya Boy sudah membuka topik obrolan tapi Baby tak terlalu meresponnya. Perempuan itu malah lebih sibuk dengan ponselnya.

"Loh, kok lewat sini?" Tanya Baby, menyadari Boy mengambil jalur berbeda dari yang biasa ia lewati.

"Oh, salah jalan, ya?" Tanya Boy, tanpa beban. Mendengarnya Baby menoleh lalu menatap Boy tajam.

Jalur ini memang lengang tapi sangat sepi, Baby biasanya tak berani lewat sini karena rawan kejahatan.

"Terlanjur, By" ucap Boy, Baby akhirnya hanya pasrah saja karena tidak mungkin juga jika mereka harus putar balik.

Keadaan kembali hening, entah sengaja atau tidak Boy seperti melambatkan laju kendaraanya. Sebelah tangan laki-laki itu juga mulai kurang ajar dengan mengelus paha Baby yang hari ini terlapisi celana panjang.

"Jangan kurang ajar!" Geram Baby, menyentak tangan Boy menjauh.

"Bisa cepetan enggak sih, gue udah telat!"

Tapi, Boy sepertinya tak mendengarkan perkataan Baby. Bukannya dipercepat yang ada saat melewati jalanan yang sudah benar-benar sepi, tiba-tiba Boy meminggirkan mobilnya lalu berhenti begitu saja. Seketika Baby menatap Boy penuh tanya.

"Loh, kenapa berhenti?"

"Gue mau tagih hutang lo sama gue" ucap Boy dengan suara rendah. Tangan besar laki-laki itu terulur untuk mengelus rambut Baby yang hari ini terikat rapi membuat leher perempuam itu terlihat jelas. Leher jenjang yang membuat Boy sempat beberapa kali hilang fokus.

"Gue bilang jangan kurang ajar!" ucap Baby, setengah berteriak sambil menyentak tangan Boy menjauh. Ia sadar kini dirinya sedang dalam bahaya.

"Gue mau ambil hak gue!"

"Hak apa?" Tanya Baby, menatap Boy sengit.

Boy menarik ujung bibirnya membentuk sebuah seringaian mesum. Dengan kurang ajar pandangan matanya turun ke arah dada dan paha Baby. Dari balik kemeja yang Baby pakai terlihat dada wanita itu membusung, Boy yakin ukurannya pasti bertambah besar dari yang terakhir kali ia lihat. Ia mulai membayangkan bagaimana jika menenggelamkan wajahnya di antara dua gumpalan dada besar Baby.

"Jangan kurang ajar" Menggunakan tangannya Baby mencoba menutupi dadanya dari pandangan Boy.

"Gue belum sempat rasain memek lo dulu" ucap Boy dengan frontalnya, mendengar itu Baby menjerit marah. Namun, seakan tak perduli Boy malah semakin mendekat membuat tubuh Baby terhimpit.

"Lo--lo gila, Kak!" Baby dibuat panik, ia mencoba membuka pintu mobil namun ternyata terkunci. Sesekali Baby menepis tangan Boy yang masih dengan kurang ajar kembali hinggap dipahanya.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang