Bab 09- Letnan Albiru

94 14 2
                                    

"Satu kesalahan akan meruntuhkan seribu kebaikan yang pernah di lakukan."

_Nazifa Almahira Elshanum_

***

"Le-tnan."

"Albiru bukan Letnan," sauth Letnan Albiru sambil menatap kearah laut.

"Bu-kan, maksud saya jabatan anda seorang Letnan kan?"

"Saya manusia, dasar gadis aneh."

"Sebentar kamu gadis atau janda?" sambung Letnan Albiru.

"Nyebelin banget sih, seenaknya aja bilang saya janda," kesal dokter Mahi.

Letnan Albiru mengedikan bahunya saja, ia juga merasa ada yang aneh dalam dirinya, sebab selama ini ia begitu dingin dan acuh terhadap perempuan. Ini pertama kalinya ia bisa bersikap seperti ini di hadapan orang lain selain keluarganya.

"Jadi janda jangan ketus."

"Astaghfirullahhaladzim, nikah aja belum janda dari mana nya," kesal dokter Mahi.

Saat ini hatinya semakin kesal karena perkataan Letnan Albiru, yang tadinya hatinya bercampur aduk kini malah di tambah kekesalan nya.

"Oh, terus tadi nangis gak jelas kenapa?"

"Apa perlu saya menjawab nya?" balik tanya dokter Mahi.

"Terserah kamu. Tapi, lebih baik membagi rasa sedih terhadap orang lain."

"Harus saya percaya dengan pria asing yang baru saya temui?"

"Tidak, karena saya tidak memintamu untuk percaya pada manusia. Cukup percayakan hatimu kepada sang pencipta, insyaAllah kamu tidak akan bersedih atas kehendak dan ketetatapan dari Allah SWT."

"Bagaimana jika Allah, yang menghancurkan kepercayaan saya?"

"Tandanya kamu mencintai Allah karena satu hal. Jangan mencintai Allah dengan meminta imbalan, sedangkan Allah saja mencintai hamba nya tanpa pamrih," sauth Letnan Albiru.

"Sepertinya dia paham agama, tapi bisa aja kan ini cuman motif belakang aja. Siapa tahu dia berniat jahat sama aku," monolog dokter Mahi dalam hatinya.

"Buang jauh-jauh pikiran kotor mu terhadap saya," sauth kapten Albiru menanggapi kata hati dokter Mahi.

"Hah? Yang benar aja masa bisa mendengar kata hatiku?!" celetuknya dalam hati.

"Bukan berarti saya cenayan," sauth Letnan Albiru lagi.

"Astaghfirullahhaladzim, jangan-jangan kamu hantu di pulau Sebatik yang menyamar menjadi manusia," celetuk dokter Mahi dengan wajah paniknya.

Dokter Mahi berniat akan berlari meninggalkan Letnan Albiru dari sana, tapi perkataan Letnan Albiru membuatnya mengurungkan niat nya pergi.

"Istighfar, gak ada hantu di siang hari."

"Ta-pi ta-di..."

"Dasar gadis aneh, minumlah biar pikiranmu fres."

Ragu-ragu dokter Mahi mengambil botol air mineral yang di berikan oleh Letnan Albiru, karena di tempat ini tidak bisa alas percaya terhadap orang asing. Terlebih di pulai Sebatik ini banyak gadis yang tiba-tiba menghilang, entah kemana perginya karena sampai saat ini anggota TNI AD pun belum menemukan titik terang nya.

"Jangan menolak rezeki."

Dokter Mahi mengangguk pelan setelah memikirkan nya akhirnya dokter Mahi segera meminu air putih tersebut. Memang tenggorokan nya juga kering karena habis menangis dan berteriak sejak tadi, terlebih kondisinya belum sepenuhnya stabil.

ALMAHIRA: Antara Tugas dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang