Bab 04- Menghilang?!

101 14 16
                                    

***

Pukul 1 siang semua dokter sudah kembali ke markas TNI AD, namun tanpa merekasadari sebenarnya dokter Mahi tidak ikut pulang bersama rombongan mereka. Bahkan dari mereka semua tidak yang mengetahui dimana keberadaan dokter Mahi.

"DOKTER ALIFA," teriak dokter Hafiza sambil berlari karena tidak menemukan sahabatnya.

"Ada apa dok?" sauth dokter Alifa.

"Dimana sahabat saya?"

"Maksud anda dokter Mahi?"

Dokter Hafiza mengganguk pelan. "Yang lain ada tapi sahabat saya tidak ada."

"Masa sih? Perasaan tadi semua dokter sudah masuk ke dalam mobil."

"Kalau emang iya, sahabat saya pasti ada di sini dok," sauth dokter Hafiza emosi, mendengar jawaban dokter Alifa yang seolah menyempelehkan.

"Za, kalem ingat di hadapan lo saat ini adalah kepala dokter," bisik dokter Arhan.

"Gue gak peduli."

"Za...."

"Mending lo diem deh, di luar itu bahaya apa lagi Mahi sendirian. Mikir dong, lo gak merasa khawatir sama sahabat lo??" kesal dokter Hafiza.

"Gue juga cemas, tapi bisa gak usah pakai emosi," sauth dokter Arhan berusaha tetap tenang dan tidak terpancing emosi.

Dokter Hafiza menghapus wajah nya gusar, bagaimana mungkin ia bisa tenang sedangkan sahabatnya berada di luar, apa lagi ponselnya juga tidak bisa di hubungi, karena memang di sini susah mencari sinyal.

"Kalian tenang dulu biar saya laporkan kepada kapten Zafran."

"Terus dari tadi ngapain aja sih dok?? Kenapa waktu pulang tadi gak cek semua anggotanya, kalau sahabat saya kenapa-napa gimana? Dokter mau tanggung jawab?" kesal dokter Hafiza.

Setelah mengatakan hal itu dokter Hafiza segera pergi begitu saja, mungkin saja ia akan mencari keberadaan sahabat nya di luar sana.

"Dok, mohon maaf atas sikap teman saya," ucap dokter Arhan sambil mengantupkan kedua tangan nya.

"Ini kesalahan saya, tidak perlu meminta maaf dok."

"Saya akan melaporkan hal ini kepada kapten Zafran agar segera mencari keberadaan dokter Mahi."

"Iya dok, sekali lagi terima kasih."

Dokter Mahi segera pergi, dan dokter Arhan juga mengejar sahabatnya yang entah pergi kemana dalam keadaan marah seperti ini. "Bener juga kata Fiza, seharusnya dokter Alifa bisa teliti apa lagi Mahi dokter baru di daerah sini," celetuk dokter Arhan dalam hatinya.

Sedangkan dokter Hafiza berlari menuju pembatas markas karena akan pergi keluar untuk mencari keberadaan sahabatnya. "Kalau tahu gini mending tadi gue sama Mahi aja, sumpah perasaan gue gak tenang sekarang," celetuk dokter Hafiza dalam hatinya.

Disaat dokter Hafiza akan keluar langsung di cegah oleh anggota TNI yang berjaga di luar, karena tidak membawa izin tugas keluar dan juga hanya seorang diri.

Perdebatan antara dokter Hafiza dan anggota TNI terus saja berlanjut, apa lagi kalau masalah debat dokter Hafiza jagonya. Sampai dokter Arhan datang dan menghampiri dokter Hafiza yang berdebat.

"Lo ngapain cari gara-gara lagi sih? Heran gue sama lo."

Dokter Hafiza langsung melanyangkan tatapan tajam menghunus kearah dokter Arhan. "Gue mau keluar cari Mahi."

"Nunggu pihak TNI yang mencari Mahi di luar."

"Sampai kapan? Lo tahukan Mahi sering mimisan, gue takut dia..."

Ucapan doter Hafiza terhenti Ketika melihat mobil TNI yang di kendarai oleh kapten Zafran langsung. "Saya akan mencarinya, kalian tetap di sini."

"Tolong temukan sahabat saya kapten."

Kapten Zafran mengangguk pelan kemudian segera mengemudikan mobil menuju desa Tanjung Aru. "Kamu ada di mana Ca?" guman pelan kapten Zafran sambil mengemudikan mobilnya.

Setelah sampai di desa Tanjung Aru, kapten Zafran segera menyisir sekitar balai desa tempat imunisasi tadi pagi. "A-pa jangan-jangan..."

Kapten Zafran langsung berlari menuju tempat terakhirnya bertemu dengan dokter Mahi tadi. Betapa terkejutnya tatakala melihat dokter Mahi tergeletak lemas di atas rerumputan.

"Astaghfirullahhaladzim, Caca."

Kapten Zafran segera menepuk pipi dokter Mahi dengan pelan agar bisa bangun dari pingsan nya. Terlihat bibirnya amat pucat, bahkan hampir membiru dengan darah yang terus mengalir dari hidunng nya. Sejak kecil dokter Mahi memang memiliki riwayat penyakit aneh, sebab jika sudah mulai mimisan akan mengeluarkan banyak darah. Tidak hanya itu saja jika telat penanganan maka kejadian nya akan seperti ini, tubuhnya mengigil dan pucat, jika sudah mulai membiru tanda nya kondisi nya sudah parah.

"Bangun Ca, jangan bikin saya takut."

"Caca?!" panggilnya terus.

"Apa yang harus saya lakukan? Di sini tidak ada seorang pun agar bisa membantu saya membawany ke dalam mobil. Tidak mungkin saya menggendong nya," monolog kapten Zafran dalam hatinya.

Namun melihat kondisi Mahi yang seperti ini membuatnya tidak tega dan terpaksa menggendong nya. Ketika berada di gendongan kapten Zafran, dokter Mahi sedikit sadar walaupun matanya sama-samar menatap kearah kapten Zafran.

"K-amu datang Zaf..."

"Drama yang kamu buat telah berhasil," sauthnya begitu dingin.

"Jangan terus nyusahin saya," sambungnya lagi.

Tentunya ucapan kapten Zafran barusan amat melukai hatinya, apa tidak ada sedikit rasa dalam hatinya saat ini. Sampai berbicara saja dengan nada yang begitu ketus dan dingin.

"Tu-runkan aku," ucap dokter Mahi sambil menahan tangisnya.

Sedangkan kapten Zafran tak sedikitpun menghiraukan perkataan nya, perubahan kapten Zafran sangatlah jauh berbading terbalik dengan sikapnya yang dulu.

"Apa yang terjadi dengan mu? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?" monolog dokter Mahi dalam hatinya.

Kemudian di seperkian detik berikutnya dokter Mahi kembali mengalami pingsan lagi. Bahkan kapten Zafran sendiri juga paham dengan Riwayat penyakit yang di derita nya.

Meskipun bersikap ketus dan dingin tapi dalam hatinya sangat menyesal karena meninggalkan dokter Mahi begitu saja, dalam keadaan mimisan seperti tadi. 

***
Jadi ikutan kesel dengan sikap kapten Zafran, bisa gak sih lembut sedikit:( tadi aja khwatir giliran udah bangun malah di ketusin:/

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca:)

See you next part

ALMAHIRA: Antara Tugas dan CintaWhere stories live. Discover now