06.a Kecewa

413 55 0
                                    

"Wah, Mbak Ambar ... bahan masakan segini banyak buat apa Mbak?" tanya Arumi, begitu ia turun ke dapur untuk mengambil air minum karena air yang biasa tersedia di kamarnya sudah habis. 

Ambar sudah selesai cuti seminggu yang lalu, perempuan itu sudah mengetahui bahwa tugas memasak kini beralih kepadanya, makanya Arumi bingung melihat banyak bahan makanan yang ada di luar, seperti sebaskom penuh daging ayam bagian dada, tumpukan kentang yang belum dikupas, serta udang-udang yang terlihat segar. 

Bahan-bahan tersebut seperti baru saja dibeli.

Selain tugas memasak, Arumi juga mengambil alih tugas belanja mingguan dan belanja bulanan. Padahal hari ini belum waktunya jadwal kedua hal tersebut.

"Lah, memangnya Mbak Arumi nggak tahu?!" Bukan menjawab pertanyaan, perempuan itu justru balik bertanya dengan nada heran serta raut wajah tidak percaya yang tidak ditutupi sama sekali.

"Apa?" tanya Arumi tidak mengerti sekaligus tidak sabar sebab melihat sepertinya ada sesuatu yang penting.

"Berarti Mas Reigan nggak ngasih tahu Mbak Arumi ya?" Arumi semakin kebingungan. Memangnya ada apa sih? Ia kemudian menggeleng pelan.

“Mas Rei nggak bilang apa pun sama aku.”

"Walah kirain Mas Rei udah kasih tahu Mbak Arumi, pantesan Mbak Arumi nggak tahu."  

Bi Wati yang kemudian baru menginjakan kaki di dapur langsung menjelaskan. "Itu Non, biasanya tuh setiap tiga bulan sekali Mas Reigan suka bikin acara gitu, acara kumpul-kumpul sama adik-adik dan sepupu-sepupunya. Nah, kebetulan acaranya itu hari ini, nanti siang."

Sontak saja Arumi terdiam. Ada sedikit rasa kecewa di hatinya karena yang memberitahukan hal tersebut adalah orang lain, bukan sang suami selaku pemilik acara. 

Bagi Arumi, acara tersebut sangat penting karena nanti akan dihadiri oleh saudara-saudara pria itu. Apalagi Arumi terbilang anggota baru di keluarga mereka, tetapi mengapa pria itu tidak memberitahukannya sama sekali? 

Apa ia lupa? 

Mengapa pula Reigan hanya menyuruh Wati dan Ambar yang memasak, kenapa dirinya tidak disuruh juga?

"Aku bisa bantu apa nih Bi?" tanya Arumi meski sedikit sedih karena bisa-bisanya Reigan melupakan memberitahunya hal sepenting ini, juga tidak mempercayai ia untuk menghidangkan makanan untuk saudara-saudaranya.

"Mau minta tolong kupasin kentang, boleh?" Arumi  mengangguk sekilas, langsung sigap duduk di lantai di hadapan satu wadah besar berisi kentang yang masih kotor.

Wati menunjukan wadah besar berisi air bersih untuk kentang yang sudah dikupas, menunjukan pula kulitnya untuk langsung dimasukan ke dalam kantong plastik. 

Arumi langsung paham apa yang diinstruksikan wanita itu dan mulai mengerjakan pekerjaannya, melupakan tujuannya datang ke dapur melihat bagaimana tadi Ambar terlihat kerepotan.

perempuan itu juga mengerjakan pekerjaannya, menggiling sesuatu dengan mesin penggiling.

"Rutin itu berarti biasanya setiap tanggal 25 ya Bi?" tanya Arumi menyebut tanggal sekarang.

"Nggak tentu sih, pokoknya biasanya setiap hari libur, Sabtu atau Minggu gitu, pas mau akhir bulan."

Arumi menggumamkan 'oh' yang panjang. "Seru banget dong setiap tiga bulan sekali rumah bakal ramai!" serunya, entah mengapa ia menjadi antusias.

"Seru banget Non!" Bi Wati tak kalah heboh. "Bahkan dulu pas Mbak Laras masih ada, acaranya itu sebulan sekali, jadinya setiap bulan rumah ramai terus. Acara rutin ini dulunya Mbak Laras yang bikin, karena Mbak Laras tuh paling seneng kalau ramai-ramai ketemu banyak orang."

We Are CheatersWhere stories live. Discover now