03.a Menikah

394 48 0
                                    

Julukan anak haram tidak pernah lepas dari Arumi. Sejak ia kecil yang bahkan belum mengerti apa pun, hingga ia remaja dan dewasa seperti sekarang. Julukan tersebut seolah memang menjadi bagian dari namanya.

Saat pikirannya masih belum matang, ia pasti akan sangat sedih dan malu setengah mati jika teman-temannya, Alysa atau Tante Mayang istri sah ayahnya mengatai demikian. Bukan hanya sekadar perkataan, mereka juga menatapnya jijik dan merendahkan. Namun seiring berjalannya waktu, saat ada orang yang menyebutnya demikian, Arumi hanya bisa menertawakan seraya mengiyakan julukan tersebut, sebab orang-orang benar, ia memang terlahir dari hubungan ilegal antara papanya dan wanita yang bukan istri pria itu.

Arumi sudah tidak pernah menangisi julukan tersebut, ia sadar bahwa memang itu adalah faktanya. Mungkin juga karena hatinya sudah keras, telinganya sudah tebal mendengar julukan penghinaan tersebut selama dirinya hidup di bumi selama 25 tahun.

Arumi berbeda dengan anak-anak di luar pernikahan lain. Jika yang lain dirawat oleh ibunya karena ayahnya tidak bertanggung jawab. Maka Arumi sebaliknya, ia dirawat oleh ayahnya karena ibunya tidak mau bertanggung jawab.

Arumi sangat membenci wanita itu. Meski orang lain berkata ibu adalah makhluk yang mulia karena sudah mengandung dan melahirkan, itu jelas tidak berlaku untuknya. Masa bodo dia telah susah payah mengandung dan bertaruh nyawa, toh ia juga tidak minta untuk dilahirkan.

Bagi Arumi ibunya adalah manusia bodoh yang kalau Arumi bisa kembali bernegosiasi dengan Tuhan, ia tidak ingin lahir dari rahim wanita itu.

Gara-gara dia Arumi menderita. Sudah tahu suami orang, kenapa wanita itu rebut juga?

Arumi benar-benar jijik dengan orang itu. Karenanya ia harus membayar apa yang telah wanita itu perbuat, ia harus menerima banyak kebencian dan caci maki utamanya dari Mayang. Ia harus menerima kebencian wanita itu dan apa pun hal-hal yang membuat Arumi merasa ia adalah makhluk paling buruk di muka bumi.

Tidak cukup Mayang, Alysa juga akan mengganggunya di luar rumah. Memfitnahnya, mengajak orang lain untuk membencinya juga ketika mereka masih bersekolah. Arumi masih ingat dan tidak akan pernah lupa, karena perempuan itulah Arumi tidak pernah memiliki teman, meski ketika SMA mereka tidak satu sekolah, Alysa tetap memiliki akses untuk menghasut teman-temannya untuk tidak berteman dengannya.

Kejadian saat mereka masih SMP, terulang lagi di SMA, orang lain mengenalnya dengan sebutan murahan, gemar menjual diri, tukang rebut pacar orang, jalang, murahan. Kata-kata kotor tersebut sangat sering orang lain lontarkan kepadanya selain julukan anak haram. Anehnya orang lain sangat mempercayai Alysa.

Hidup ini memang tidak adil, bagaimana bisa dirinya yang selemah ini diberi ujian yang bertubi-tubi?

Namun Arumi yakin, keadilan itu akan segera datang bersama dengan datangnya Reigan yang memperlakukannya dengan sangat baik.

Persiapan pernikahan mereka nyaris rampung dan akan dilaksanakan dua minggu lagi. Pernikahan mewah yang diusulkan oleh calon ayah mertuanya tidak mereka ambil sama sekali. Itu keinginan Arumi, Arumi lebih memilih tema pernikahan yang sederhana saja, dihadiri orang-orang terdekat dengan tidak lebih dari 200 undangan.

Untung saja Reigan menyetujui, tidak protes sama sekali dengan keinginannya. Sudah diminimalkan mungkin, Arumi tetap saja bingung harus mengundang siapa. Padahal kuota undangan untuk dirinya adalah sisa dari ayahnya, tetapi Arumi tidak tahu harus menulis nama siapa. Ia benar-benar tidak memiliki teman sama sekali untuk diundang.

Sedang asyik merenung Arumi dikagetkan dengan kedatangan Alysa dan Mayang di rumah. Suara kedatangan mereka tidak terdengar. Kalau Arumi mendengar pasti akan langsung lari ke kamarnya, malas mendengar mereka yang pasti akan mengoceh seperti kaleng rombeng. Arumi pikir mereka masih akan berada di luar cukup lama.

We Are CheatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang