00. Prolog🥀

1.7K 155 11
                                    

"Kamu dapat dari mana baju ini?!"

Reigan meraup baju bagian dada yang Arumi kenakan, menarik sekuat tenaga hingga tubuh Arumi ikut tertarik kasar ke arah pria itu.

Jantung Arumi berhenti berdetak beberapa saat, terkejut bukan main atas apa yang pria itu lakukan. Dengan tubuh yang bergetar, Arumi menatap cengkraman tangan Reigan yang begitu erat. Tatapannya kemudian naik, menatap wajah Reigan yang kini menatapnya setajam mata elang.

Lidah Arumi terasa kelu, ia kesulitan menjawab. Hal ini membuat Reigan murka.

"Jawab!" teriak pria itu seraya menarik kembali cengkramannya. "Dari mana kamu dapat baju ini?!"

"Dari kamar kamu sama Mbak Laras."

"Siapa yang kasih izin kamu masuk ke sana?!"

Kembali kesulitan memproduksi suara, Arumi memejamkan mata ketika Reigan menarik cengkramannya lagi.

"Mulutnya dipakai!"

"Nggak ada Mas."

"Terus kenapa kamu tetep masuk kalau nggak ada yang ngizinin?!" Reigan kembali mengajukan pertanyaan, dan Arumi kembali kesulitan bersuara. "Jawab!!"

"Aku penasaran, soalnya kamar itu dikunci terus ...."

"Terus siapa yang kasih kamu kunci?"

Tidak menjawab pertanyaannya dengan cepat, Reigan menarik cengkramannya lebih kasar.

"Jawab!!" teriak pria itu tepat di wajah Arumi. "Bi Wati atau Ambar?!"

"Nggak keduanya. Bi Wati lupa cabut lagi pas selesai beres-beres, jadi aku ambil kuncinya tanpa sepengetahuan dia."

"Lancang!" Reigan menyentak kasar.

"Siapa ya ngizinin kamu pakai pakaian Laras?"

"Nggak ada."

"Terus kenapa masih kamu pakai?"

"A-aku ma-mau jadi ...."

"Bicara yang bener!" bentak pria itu. "Kenapa kamu pakai pakaian Laras?!"

"Biar aku jadi kayak Mba Laras ... biar aku dicintai sama Mas Reigan, sama kayak Mas mencintai Mbak Laras," jelas Arumi dengan suara bergetar.

Mata wanita itu berkaca-kaca menatap Reigan.

Tidak sedikit pun Reigan merasa iba melihat Arumi. Justru, mendengar penuturan Arumi, kekehan lolos dari bibirnya.

Pria itu kembali menarik cengkramannya. Sehingga kini Arumi harus berjinjit karena tubuhnya yang semakin tertarik.

Reigan melangkah semakin dekat dengan tubuh Arumi, mencengkeram semakin erat pakaian yang digunakan wanita itu sehingga jarak diantara mereka tidak lebih dari sejengkal.

"Dengar ... meski tinggi dan ukuran tubuh kamu sama seperti Laras ... meski kamu memakai pakaian Laras, meski kamu meniru gaya rambut Laras, meski kamu meniru riasan yang dikenakan Laras ...."

Reigan menjeda ucapannya. Ia menatap Arumi dari atas sampai ke bawah, tatapannya merendahkan.

"Perempuan murahan kayak kamu ...." Reigan memberi penekanan di setiap kata yang diucapkannya. "Gak akan pernah bisa menjadi Laras. Seribu perempuan seperti kamu, tidak akan pernah bisa menggantikan Laras!"

___

We Are CheatersWhere stories live. Discover now