02

4.3K 249 2
                                    

"Aku ingin bahagia, tapi sepertinya aku harus membayar mahal untuk itu. Sangat mahal sehingga orang seperti ku tidak mampu mendapatkan nya."

-Na Jaemin-
_________________________________________________

Jam istirahat kedua sudah berbunyi, dan sekarang waktunya makan siang. Namun Jaemin hanya duduk di kursinya berniat untuk mempelajari kembali materi yang di berikan Bu Mina tadi. Namun sebuah suara mengusiknya.

"Hai." Jaemin mendongak dan menatap Jeno yang sekarang tengah berdiri di hadapannya.

"N- nee?" Tanya Jaemin sedikit gugup dengan tatapan Jeno. Oh ayolah, mengapa pemuda di hadapan nya ini begitu tampan.

"Mau kekantin bersama?" Jaemin sedikit terlonjak dari lamunan nya.

"A- ah, aku disini saja. Kau bisa kekantin dan menanyakan arah kantin dengan yang lain. Mianhe." Saut Jaemin seramah mungkin.

"Bagaimana jika dengan mu saja?" Tanya Jeno lagi.

"Mianhe Jeno~ssi, aku benar benar tidak bisa. Kau bisa meminta ditemani yang lain saja."

Baru saja Jeno ingin membuka mulut nya, seseorang menyeru membuat nya menoleh ke arah pintu.

"Kau sudah selesai?" Itu Mark Jung, Kaka kandung Jeno. "Jika sudah mari kekantin, aku sudah lapar."

"Ah nee." Jeno melirik ke arah Jaemin yang tersenyum tipis kearah nya. "Baiklah jika kau tidak bisa, mungkin kita bisa makan di kantin bersama lain kali. Aku akan ke kantin bersama Kaka ku, apa kau benar benar tidak ingin ke kantin bersama?"

Jaemin menggeleng pelan "Pergilah, aku akan makan bekal dari bunda ku saja." Saut Jaemin. Jeno tersenyum kemudian mengangguk, ia pun pamit meninggalkan Jaemin sendiri di kelas.

Jaemin menatap sendu punggung Jeno yang keluar dari pintu "Bukan kah orang orang bilang jika ucapan adalah do'a? Maka aku harap Tuhan mendengar ucapan ku tersebut dan mengabul kan nya." Tersenyum lirih "Semoga saja."

Setelah itu ia pun memilih melanjutkan acara belajarnya dan menghiraukan perut nya yang terus meminta untuk diisi. Pagi tadi hanya ada tersisa sesendok nasi, ia pun memakan nasi itu dengan sedikit taburan garam agar tidak hambar.

Haechan sekarang tengah berjalan dan bersenandung ria di koridor menuju kelas nya, ia sedang memeluk berbagai cemilan didepan dada nya. Saat berbelok ia tidak sengaja menabrak seseorang yang membuat cemilan nya berhambur begitu saja.

"Aish surgaku.." Lirih Haechan menatap sendu cemilan nya yang berserakan.

"Ah mianhe.." seseorang memungut cemilan Haechan yang terjatuh, sementara Haechan hanya menunduk penuh drama.

"Ini, sekali lagi mianhe." Haechan mengambil alih semua cemilan dari tangan Mark kemudian memeluknya erat. Saat mendongak ia terpana melihat betapa tampan nya pemuda tersebut yang berhasil membuat nya terpana saat sekali lihat.

"Hyung, dia yang menabrak mu. Mengapa malah kau yang meminta maaf?" Bisik Jeno ditelinga Mark.

"Aku tau."

"Tolong perhatikan jalan mu lain kali." Usai mengatakan itu Mark berlalu bersama Jeno meninggalkan Haechan yang masih terpaku di tempatnya.

"Oh tidak, katakan bahwa dia adalah pangeran ku." Dengan perasaan senang Haechan berlari kearah kelas, ia akan menceritakan pengalaman nya bertemu pangeran pada Jaemin.

BRAK!
"Oh kamchagia! echan~ie.. Kau mengagetkan ku."

Haechan berjalan dengan langkah besar kearah Jaemin "Kau tau?" Jaemin menggeleng polos.

Uri Jaemin (Nomin) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang