PART 26

98.7K 5.4K 304
                                    

"M-ma, tu-turunin. Aku ma-mau tu-turun."

Vanya menurunkan Elen ketika sampai di kamar. Ia duduk bersebelahan dengan Elen di atas kasur tipis. Terlihat raut wajah kecewa Elen yang membuat Vanya bingung.

"Elen marah sama Mama?" Tanya Vanya. Elen masih diam, marah.

"Aku ma-mau sa-ma P-papa!" Sentak Elen setelahnya.

"Nggak! Dia bukan Papa kamu," Elak Vanya.

Hal itu membuat Elen menengok, menatap Vanya dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak mengerti mamanya yang berbohong atau laki-laki tadi yang pura-pura menjadi papanya?

"Stop bahas Papa karena Papa kamu udah mati!" Lanjut Vanya menggebu.

"Cukup Van. Kamu keterlaluan hari ini." Sambung Ayumi masuk ke dalam kamar kecil itu.

"N-ne-nek," Elen bergerak memeluk Ayumi. Ia tak mau berdekatan dengan Vanya sebab wanita itu terlihat sangat emosi. Elen takut dimarahi Vanya.

"Elen bisa main diluar dulu? Nenek mau bicara sama Mama," Ucap lembut Ayumi langsung diangguki Elen. Dia pun pergi keluar kamar, menunggu nenek dan mamanya di ruang tengah sambil bermain mainan yang didapat saat berada di rumah sakit kala itu.

"Kenapa Elen di suruh keluar? Kalau dia masih ada diluar gimana? Ibu ngerti perasaan aku nggak sih? Kenapa sekarang jadi belain di---"

"Ibu nggak belain siapa-siapa disini. Vanya, dia udah pulang, kamu tenang aja." Potong Ayumi. Lalu setelahnya, hening berada diantara mereka.

"Besok dia mau ketemu sama kamu." Ucap Ayumi merasa keadaan sudah lebih aman.

"Nggak! Sampai kapanpun aku gak mau ketemu sama dia!"

"Jangan jadi orang nggak waras, Vanya. Kamu itu udah jauh dari Vanya yang Ibu kenal. Kamu suka bentak Elen, suasana hatimu yang tiba-tiba gampang berubah, kontrol diri sendiri, Van." Ucap Ayumi mengutarakan seluruh perasaannya belakangan ini.

"Ibu tahu, kamu bukan takut ketemu dia. Kamu cuma belum siap aja, iya kan? Van, dia bukan laki-laki lima tahun lalu. Semua udah berubah. Cobalah sekali. Semua kalau gak dicoba itu gak bakal tahu apa yang bakal terjadi."

"Kalau aku disakiti lagi. Ibu tetep maksa aku buat ketemu dia?" Tanya Vanya lesu. Pandangannya kosong membayangkan rasa sakit yang berusaha ia kubur dalam-dalam.

"Dia gak mungkin nyakitin kamu kalau sama Elen aja bisa sebaik itu."

Satu air mata Vanya menetes, jujur agak ragu, "Oke, aku bakal temuin dia besok."

"Percaya kan sama Ibu?"

"Cuma demi Elen."

•••••

Pagi hari ini Gavin tengah bersiap sebelum pergi menjemput Vanya. Sebenarnya ia tak tahu ingin membawa wanita itu kemana. Mau ketemu di depan rumah aja udah syukur.

Sedangkan di rumah Vanya, Ayumi sibuk menata rambut Elen agar terlihat rapi. Begitu juga dengan dress bunga-bunga yang cucunya kenakan. Beralih ke Vanya, dia masih berada di kamar sejak semalam.

Sebelum menggandeng Elen keluar, Ayumi menatap ke arah gorden yang didalamnya terdapat kamar dimana Vanya berada. Melihat putrinya seperti ini membuat hatinya luka.

Ayumi menghela nafas pelan, lalu berjalan dua langkah ke depan bersama Elen. Suara gorden terbuka membuat Ayumi spontan menengok, begitu juga dengan Elen.

"Vanya?" Gumam Ayumi.

"Aku mau mandi dulu. Katanya dia mau kesini kan?" Ucap Vanya tiba-tiba.

Tentu saja Ayumi jadi terdiam seribu bahasa. Benar ini putrinya mau menemui Gavin? Kalau benar begitu, Ayumi sangat bersyukur.

HER LIFE (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now