PART 25

110K 5.9K 595
                                    

"Van," Ayumi mendatangi Vanya yang sedang berbaring di kamar.

Posisinya sekarang Vanya membelakangi Ayumi. Dia meringkuk dengan mata kosong memandang tembok triplek di depannya.

"Bangun dulu, makan," Ucap Ayumi duduk di samping Vanya.

Tidak ada jawaban dari Vanya sebab pikiran orang itu masih berada di luar kepala. Vanya belum bisa berpikir jernih setelah kejadian tadi pagi.

"Ayo, Ibu bantu kamu duduk," Vanya diam. Ayumi menghela nafas sabar dengan kelakuan putrinya saat ini.

"Vanya..." Ayumi terus-terusan memanggil nama Vanya

"Elen, dimana?" Lirih Vanya masih meringkuk.

"Elen ke rumah El. Dia takut sama kamu."

"Aku kasar banget ya, bu, sama dia?"

"Udah, Van. Makan dulu."

Vanya menggeleng sambil memposisikan diri duduk. Dia menatap sayu wajah Ayumi. Jujur badannya sekarang lemas banget.

"Ibu suapin mau?" Tanya Ayumi.

"Enggak," Vanya menjauhkan sendok yang Ayumi sodorkan.

"Van, besok laki-laki itu mau bicara berdua sama kamu," Kata Ayumi membuat Vanya linglung.

"Nggak, aku gak mau bicara sama dia. Nggak."

"Kalau kalian gak bicara, masalah ini gak bakal selesai."

"Ibu, aku takut. Kalau dia kasar lagi gimana? Kalau temen-temennya--"

"Ssttt, itu cuma pikiran kamu. Ibu rasa dia baik. Mungkin dulu kasar, gak punya etika, tapikan itu dulu. Kamu harus lihat dia yang sekarang, dia bener-bener mau berusaha memperbaiki diri."

Vanya menggeleng, bayangan masa lalunya terlintas jelas dibenak. Yang Vanya tahu Gavin adalah orang yang keras. Semua kemauannya harus dituruti. Dan Vanya takut Gavin akan nekat kalau tidak dia turuti.

Sebentar, hari sudah hampir gelap. Mengapa Elen belum juga pulang?

"Bu, Elen masih di rumah El? Kenapa pulangnya lama?" Ucap Vanya mengganti topik. Rautnya terlihat gelisah.

"Elen..."

Belum sempat Ayumi selesai bicara, Vanya menyela. Ia berdiri lalu keluar dari kamar secara tergesa. Lagi-lagi dibuat panik, Ayumi langsung mengikuti Vanya dari belakang.

"Van kamu mau kemana?" Tanya Ayumi menaruh piring di meja terdekatnya.

Vanya sibuk berjalan dari pintu dapur ke pintu utama guna mencari sandal. Ayumi rasa dia mau menyusul Elen di rumah El. Padahal kan belum tentu Elen masih ada di sana atau enggak. Lagian Gavin kok gak bawa pulang Elen sih? Udah mau malam ini.

Menemukan sandal di pojok pintu, Vanya bergegas memakainya. Kalau boleh menyerah, Ayumi hampir menyerah mengurus Vanya karena sikapnya belakangan ini sangat berbeda dari yang biasanya.

"Vanya, Van, tunggu dulu," Dia mencekal tangan Vanya.

"Kenapa, Bu? Aku harus cari Elen. Kalau laki-laki itu masih ada disini gimana? Aku gak mau Elen--"

"Tenang Vanya, nafas dulu." Sela Ayumi sesak sendiri mendengar kalimat Vanya tanpa titik koma. "Dia gak mungkin nyakitin Elen. Kamu percaya kan sama ibu?"

Belum sempat Vanya jawab, kedua perempuan itu mendengar suara anak kecil tertawa. Vanya memutar badan, sedangkan pandangan Ayumi langsung fokus terhadap dua orang itu.

Melihat Elen sangat bahagia di gendongan Gavin membuat Ayumi tersenyum kecil. Anak itu terus tertawa. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.

"Ibu, Elen?" Vanya tak suka melihatnya. Dia bergegas mendekat ke arah Gavin.

HER LIFE (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now