PART 20

96.4K 4.9K 166
                                    

"Mobil gue gak bisa masuk, Sat

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Mobil gue gak bisa masuk, Sat."

"Gue bilang juga apa? Parkir mobilnya di pabrik aja. Kecil, kan, jalanan desanya? Itu namanya perkampungan. Lo mana tahu yang begituan."

"Iya-iya, ntar dulu ngocehnya. Ini mobil gue, gue parkir di depan lambang masuk aman gak?"

"Lambang masuk apaan cok?!"

"Mana gue tahu, ada yang melengkung di atas gue," Gavin yang sedang bersandar di samping mobilnya mendongak ke atas.

"Bloon, itu namanya gapura. Tanda lo udah masuk ke kampung itu."

Kepala Gavin mengangguk mendengar penjelasan dari telfon, "Terus ini nasib mobil gue gak apa di depan ger—eh gapura?"

"Gak apa. Dah sono cari dulu Vanya-nya ada enggak."

"L-lo yakin, Rel? Kumuh banget kampungnya. Masa anak gue tinggal disini?"

"Bacot, lo, Vin. Ngebesarin anak kagak, ngedumel iya."

Tut.

Telfon berakhir karena Gavin mematikannya sepihak. Dia malas dengan Farel yang selalu menyalahkan, memarahi, mengatai Gavin terus-terusan.

"Untung Farel bukan Kak Bevan. Coba kalo iya, gak mau gue berurusan sama dia," Gumam Gavin pada dirinya sendiri.

Dia terus berjalan menyusuri jalanan yang belum di aspal ini. Banyak anak kecil yang berlarian melewatinya. Hal itu membuat Gavin spontan menutup hidung sekaligus mulut, takut kemasukan debu atau tanah dari jalanan yang ia lewati.

Beberapa warga yang sedang menjemur hasil panen di depan rumah langsung reflek menatap ke arah Gavin. Para gadis muda pula kagum melihat pesonanya. Mereka terus memuja ketika Gavin melewatinya.

"Harus nyari dimana cok? Masa gue harus tanya ke orang-orang kumuh disini," Gumam Gavin bergidik ngeri.

Jujur saja sekujur tubuh Gavin saat ini sedang merinding. Belum lagi gadis-gadis itu ngomongin Gavin langsung di dekat orangnya.

Gavin terus menyusuri jalan kampung itu. Walau capek, ia tetap paksakan kakinya untuk berjalan. Dia tak mau dikatain lemah oleh orang-orang.

"Permisi Mas?" Sampai pada akhirnya, seseorang menghentikan langkah Gavin.

Gavin memamerkan senyum terpaksa menatap sosok bapak dihadapannya. Ia merasa bapak itu orang penting di kampung ini.

"Maaf, Mas nya lagi cari orang?" Tanya bapak itu lembut.

Gavin mengangguk mengiyakan, "Bapak siapa ya?"

"Oh iya, perkenalkan saya, pak RW di kampung ini."

"RW?" Beo Gavin. "RW apa, pak?" Tanyanya polos.

"RW disini. Ngomong-ngomong Mas lagi cari siapa?" Tanya pak RW lagi, tujuannya kali ini untuk mengubah topik. Salah kayaknya ngobrol tentang kampung ke orang kaya kayak Gavin.

HER LIFE (OTW TERBIT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن