SBE: enam

18.7K 1K 18
                                    

"STOP MELINDUNGI SEORANG KRIMINAL! GA ADA UNTUNG NYA KAMU MELINDUNGI NYA!" serobot Zena.

"Kamu ga berubah," lanjut Zena.

"Kamu masih nutup-nutupin kesalahan Zee! Padahal jelas-jelas aku liat dengan mata aku sendiri gimana Zee nikam kakak nya pake pisau"

"Na, Zee ngelakuin itu juga karena kamu" balas Zeno.

"Kamu ga sadar? Dari kecil kamu selalu merhatiin Alexs dari pada Zee"

"Pergi" ucap Zena.

Zeno bangkit dari duduknya lalu menatap Elzeeo yang juga menatap nya, seakan tau tatapan Zeno, Elzeeo mendekati Zena dengan tangan yang memegang suntikan.

Zena mundur saat mata nya melihat apa yang di pegang oleh Elzeeo, jujur saja ketika obat itu di suntikan ke tubuh nya, pikiran nya seakan berkhayal jika Alexs -anak nya itu masih hidup saat diri nya melihat Elzeeo yang memiliki wajah yang sama persis seperti Alexs.

"Jangan coba-coba Zee! Semua bukti ada di tangan mama" ujar Zena seraya mundur dengan perlahan.

"Karena itu lah mama harus di beri obat" ucap Elzeeo dengan enteng.

Obat, ya obat yang masih bersaudara dengan narkoba. Narkoba golongan psikotropika yang mampu membuat pengguna nya berhalusinasi.

"Kalian berdua sudah gila!" sentak Zena.

"Zee ga akan gini kalo aja dulu mama ga pilih kasih. Sekarang di mana mama sembunyikan bukti itu" ucap Elzeeo sambil menggenggam tangan Zena.

Zena berontak. "Sampai mama mati pun, ga akan mama kasih tau" balas Zena sambil menghempaskan tangan Elzeeo dari tangan nya.

Sambil menatap tajam kedua pria berbeda generasi itu dengan nafas yang terengah-engah, air mata nya tak dapat di bendung lagi, Zena terisak. Dulu, kedua orang di depannya ini begitu ia sayangi tapi setelah insiden dua tahun yang lalu terjadi, seketika membuat rasa sayang itu menghilang dalam sekejap.

Zeno dan Elzeeo menghela nafas, keduanya lemah dengan air mata Zena, wanita yang begitu mereka cintai.

Elzeeo membuang muka, lalu pergi ke kamar nya untuk meredakan emosi dan meninggalkan kedua orang tua nya di sana.

Zeno hanya diam dengan mengulurkan kedua tangan nya untuk menghapus air mata di kedua pipi Zena. "Jangan menangis." ucap nya sambil memeluk Zena dan mengecup kening Zena singkat.

"Aku pergi" lanjut Zeno setelah melepaskan pelukan nya pada Zena.

Selepas kepergian Zeno, Zena menangis dalam diam. Dirinya melirik suntikan yang masih berisi obat yang sempat di letakkan oleh Elzeeo di atas meja ruang tamu.

Dengan tangan yang gemetaran ia mengambil suntikan itu, lalu menyuntikkan nya ke punggung tangan nya. Tak lama setelah nya Zena akhirnya tak sadarkan diri di lantai marmer yang dingin.

Tap

Tap

Tap

Elzeeo menuruni anak tangga dengan tergesa, dia langsung menghampiri Zena dan menggendong nya ke kamar.

Dia melihat apa yang di lakukan Zena tadi, entah lah, dia juga bingung dengan tindakan Zena itu..

_________

Senin pagi, seperti biasa sekolah akan melaksanakan kegiatan upacara bendera pada umumnya.

Elzeeo sudah siap dengan jas almamater dan dasi yang melingkar di leher nya, tak lupa sepatu pantofel yang mengkilap.

Kini ia telah berbaris di lapangan upacara bersama teman sekelas nya.

Sedangkan di barisan IPS sedang ramai karena memperebutkan posisi dibelakang sekali.

Si Bisu Elzeeo [End]Where stories live. Discover now