BAB 4

57 12 0
                                    

Nur menatap lurus ke depan, melihat orang-orang berlalu lalang dengan urusan masing-masing. Sesekali gadis itu menghembuskan napas kasar, entah sudah berapa lama ia duduk termenung di sana, memandangi pantai yang sudah menjadi wisata ikonik kota Makassar. Duduk di pelataran Masjid 99 Kubah yang menjadi ikon baru kota Makassar membuatnya bisa merehatkan pikiranya sejenak.

Pandangan beralih pada map coklat yang ada di genggamannya, berisi CV seseorang yang mengajukan lamaran atas dirinya. Ingatan nya kembali pada satu Minggu yang lalu ketika Ettanya memberikan kabar yang mengguncang dunia Nur. Laki-laki itu memberikan CV sebagai bentuk perkenalan, Nur semakin menguatkan cengkramannya pada map coklat itu, ia bahkan belum membaca sama sekali isinya. Pikirannya benar-benar kalut saat ini. Ia tak tau keputusan apa yang akan ia ambil, ia diberikan waktu sampai semester ini berakhir, itu artinya dua Minggu kedepan Sudah ada jawaban atas perjodohan ini.

Ingin rasanya Nur mengumpat, perjodohan bukanlah hal tabu untuk suku Bugis terlebih para keturunan bangsawan, ini sudah seperti tradisi yang turun-temurun. Nur menghembus napas berat, ini antara cinta dan tradisi, antara bakti dan ego, haruskah Nur menjadikan ego sebagai jawabannya? Atau bakti yang bisa saja menghancurkan mimpinya yang telah tersusun rapi di ingatan.

" Nur...!!!" teriak Fat dari bawah sana, ia bahkan menaiki gundukan tangga dengan semangat sambil membawa dua botal minuman dengan rasa berbeda.

Nur tersenyum kecil melihat Fat, memasukkan kembali Map tadi kedalam tasnya, " nih, minuman rasa kopi untuk Nur yang hidupnya pahit tanpa seorang Fat" ucap Fat dengan senyuman yang tak pernah hilang dari wajahnya walau napasnya memburu karena berlari.

" terimakasih.." balas Nur mengambil alih minuman yang dibawa Fat,

" hanya itu?" ucapnya tidak percaya dengan sahabat sekaligus sepupunya yang satu ini, benar-benar irit bicara.

" memangnya saya salah?" TanyaNya seraya meneguk minumannya

" tidak, kamu selalu benar" balas gadis itu dengan wajah datar

Nur tersenyum tipis, benar-benar tipis " duduk Fat, tidak lelah berdiri sejak tadi?"

Fat duduk disamping Nur yang kembali menatap kearah pantai sambil sesekali meneguk minuman yang sudah menjadi kesukaannya. Fat mamandagi wajah putih bersih milik Nur. Mata dengan iris kecoklatan nampak berkilau. Hidung mancung, serta bibir tipis menjadi pelengkapnya. Sungguh pahatan yang sangat sempurna. Namun sangat disayangkan sahabatnya itu jomblo karatan, bukan karena tidak ada yang mendekatinya tapi karena pembawaan Nur yang terkesan dingin pada semua orang yang membuat para kaum adam terkesan ragu untuk mendekatinya, atau mungkin saja gadis itu belum siap membuka hati lagi. " Nur...."

" hemm..."

" jadi, baik-baik ji orang dibone? Kenapa juga tiba-tiba dipanggil ko pulang?" Tanya Fat ikut memandangi pantai sama seperti yang di lakukan Nur. Kepulangan Nur yang tiba-tiba membuat berbagai pertanyaan muncul dibenaknya, terlebih lagi beberapa hari belakangan Nur selalu tidak fokus dalam kelas.

Fat masih ingat betul bagiamana Nur diberikan semprotan pedas oleh Sikiller.

Sepanjang waktu berjalan semua mahasiswa fokus pada penjelasan yang diberikan Fathur, untuk bergerak barang sedikit saja mereka semua tidak berani. " Salah satu teknik penangkapan ikan yang dapat merusak lingkungan adalah metode penangkapan ikan yang tidak selektif, seperti trawl dan jaring hanyut besar. Metode ini cenderung menangkap berbagai jenis ikan dan organisme laut tanpa membedakan ukuran atau spesiesnya. Akibatnya, ikan-ikan yang masih kecil atau spesies yang tidak diincar juga terjaring, hal ini menyebabkan penurunan populasi dan potensi kelangsungan hidup mereka..." Jelas Fathur

Fat yang biasanya banyak gerakan tambahan ketika menerima materi namun tidak berani bergerak barang sedikit pun ketika dikelas Fathur, ia bahkan mengabaikan Mahen yang sejak tadi menyenggol lengannya. Fat mengerutkan keningnya saat Fathur tidak melanjutkan penjelasannya, malah menatap kearahnya, tidak-tidak lebih tepatnya kearah jendela. Fat mengikuti arah pandangan Fathur, menelan ludahnya sendiri, lalu menatap kearah Mahen yang duduk tepat dibelakangnya " gue ramal, Nur tidak selamat kali ini" bisik Mahen takut melirik kearah Nur, lalu beralih kearah Fathur yang sudah siap mengeluarkan semburan pedasnya.

NurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang