PROLOG

226 13 0
                                    

Seorang gadis menatap lurus ke depan, melihat orang-orang berlalu lalang dengan urusan masing-masing. Sesekali gadis itu menghembuskan napas kasar, entah sudah berapa lama ia duduk termenung di sana, memandangi pantai yang sudah menjadi wisata ikonik kota Makassar. Duduk di pelataran Masjid 99 Kubah yang menjadi ikon baru kota Makassar membuatnya bisa merehatkan pikiranya sejenak.

Hampir dua tahun merantau di Makassar tak elak membuatnya rindu dengan kampung halaman. Karena mimpi, harapan serta baktinyalah yang membawanya ke kota dengan julukan kota Daeng ini.

" Nur...!!!" teriak seorang gadis dari bawah sana, ia bahkan menaiki gundukan tangga dengan semangat sambil membawa dua botal minuman dengan rasa berbeda.

" nih, minuman rasa kopi untuk Nur yang hidupnya pahit tanpa seorang Fat" ucap gadis itu dengan senyuman yang tak pernah hilang dari wajahnya.

" terimakasih..." balas gadis yang di panggil Nur tadi. Namanya Andi Nur Ayla Aulia Xaviera Askana Mabella Priyanka, namun lebih sering disapa Nur. Gadis dengan sejuta rahasia dan kejutan.

" hanya itu?" ucapnya tidak percaya dengan sahabatnya yang satu ini, benar-benar irit bicara.

" memangnya saya salah?"

" tidak, kamu selalu benar" balas gadis itu dengan wajah datar

Gadis dengan sapaan Nur tersenyum tipis, benar-benar tipis " duduk Fat, tidak lelah berdiri sejak tadi?"

Fat duduk disamping Nur yang kembali menatap kearah pantai sambil sesekali meneguk minuman yang sudah menjadi kesukaannya. Fat mamandagi wajah putih bersih milik Nur. Mata dengan iris kecoklatan nampak berkilau. Hidung mancung, serta bibir tipis menjadi pelengkapnya. Sungguh pahatan yang sangat sempurna. Namun sangat disayangkan sahabatnya itu jomblo karatan, bukan karena tidak ada yang mendekatinya tapi karena pembawaan Nur yang terkesan dingin pada semua orang yang membuat para kaum adam terkesan ragu untuk mendekatinya." Nur...."

" hemm..."

" aga muala lisu di bone dewenni?" tanyanya dengan menggunakan bahasa bugis yang memiliki arti 'Apa yang membuatmu pulang ke bone kemarin?'

Kepulangan sahabatnya itu yang tiba-tiba ke kampung halaman membuat Fat penasaran. Rasa penasaranya semakin besar ketika sahabatnya itu hanya menghabiskan waktu satu hari disana. Terlebih sejak kepulangannya itu, Nur terlihat banyak pikiran, bahkan saat di kelas tadi ia tidak fokus.

Tidak ada jawaban yang keluar dari sahabatnya itu membuat Gadis yang bernama lengkap Andi Fatimah Az-zahra itu sangat ingin menyiram sahabatnya yang datar itu dengan minuman yang ia genggam, " Andi Nur Ayla Aulia Xaviera Askana Mabella Priyanka, mu dengar jeka gah?" teriaknya sangat kesal tepat di telinga sahabatnya lengkap dengan logatnya yang keluar bersama dengan kekesalannya.

Nur menghela Napas kasar dengan kelakuan sahabatnya, ia mengusap telinganya yang menjadi korban dan tidak lupa dengan menundukkan kepalanya sedikit pada pengunjung lainnya yang terganggu dengan teriakan Fat " saya dengar, tidak usah teriak seperti itu..saya malu dilihat orang-orang"

" Pa tidak mu jawab pertanyaan ku" balas Fat jutek tidak lupa dengan logat khasnya

"Etta dan bunda ingin menjodohkan saya"

Kata yang keluar dari Nur membuat Fat kaget, " dijodohkan?" perjodohan bukanlah hal yang tapu bagi kalangan masyarakat bugis, terkhusus lagi bagi Para keturunan bangsawaan seperti Nur. Biasanya memang mereka menjodohkan anak mereka agar Keturunan mereka tidak terputus.

" sama siapa?" tanya Fat penasaran, ia sedikit medekatkan dirinya pada Nur

Nur menggeleng tanda ia tak ingin melanjutkan pembicaraan itu. Fat yang mengerti pun memilih diam, ia akan menunggu Nur untuk lebih

Helaan napas kasar keluar dari bibir ranum milik Nur " saya bingung" ucapnya dengan tatapan kosong kearah pantai yang menjadi ciri khas kota Makassar

" Saya harus bagiamana?"

Fat menatap wajah Nur yang terlihat sangat kelelahan mungkin hal ini benar-benar menguras energinya, " tolak mi pale" saran yang membuat Nur kembali menghela napas

Nur menggelengkan kepalanya" Tidak bisa...."

Fat berdiri tepat dihadapan Nur, " kenapa nah tidak bisa?"

" Bukan kamu yang alami i Fat, ndk mu tau bagaimana rasanya..." Balas Nur dengan tatapan mata tajam, sahabat ini tidak tau bagaimana rasanya menjadi dirinya saat ini. Ia benar-benar berada pada pilihan antara ego dan juga baktinya.

" Endak ku tahu memang rasanya pa ndak pernah pa di jodohkan, tapi massuku saya toh sampai kapan ko mau di atur terus sama orang tua mu? Kau ji bilang mau pilih jalan mu sendiri, tapi apa? Mau ko di jodohkan langsung ko mau terima begitu saja...kalau lato-lato napasiala ko Loko dita? " Ucap Fat membalas tatapan tajam milik Nur, kali ini ia tidak takut dengan sahabatnya itu....ia sudah lelah dengan Nur yang selalu menganggap permintaan orang tuanya adalah perintah. Fat tau bagaimana Nur tumbuh dengan kasih sayang penuh dari orangtuanya, hal itulah yang sering membuatnya berpikir seribu kali untuk menolak permintaan orang tuanya.

" Sudah mi deh...mau ka pulang" gadis itu langsung beranjak dari sana meninggalkan Fat yang masih kesal.

" Nur... Tidak gampang membangun bahtera rumah tangga...pikir ko!!"

Mendengar ucapan Fat membuat langkah Nur terhenti, " Nur, tidak semua permintaan orangtua mu harus ko turuti i"

" Lebih mu tau pasti bagiamana maksud ku, " ucap Fat yang sudah berdiri disamping Nur, nada suaranya terdengar lebih lembut kali ini.

" Tapi..."

Fat berdecek mendengar Nur yang kembali ingin melawan ucapannya, tangan yang tadinya merangkul Nur pun ia turunkan, " tapi apa lagi?" Ucapnya kesal ia pikir Nur paham dengan maksudnya

" Tapi nabilang Etta, dosen bede itu yang mau di jodohkan sama saya" ujar Nur memelankan suaranya

" Tuh toh... mending kalau dosen muda, Kalau Tua mi?.... lato-lato mi? Tidak muliat itu dosen di kampus kebanyakan yang tua " balas Fat tidak lupa dengan wajahnya yang ditekuk

Mendengar ucapan Fat yang keluar tanpa dosa membuat Nur melayang sentilan tepat mengenai bibir Fat " tidak boleh begitu..... Berdosa "

" ya maaf," ucap Fat seraya mengusap bibirnya yang memerah karena sentilan Nur, sungguh bibirnya saat ini benar-benar sakit, entah kekuatan apa yang digunakan Nur hingga membuat bibirnya merah dan juga perih.

Fat menatap Nur yang sudah berjalan menuruni anak tangga " Nur, tunggu ka" teriaknya mengejar Nur yang malah tambah menambah ritme langkahnya semakin cepat. Ia harus cepat menyusul Nur, sebelum sahabatnya itu meninggalkannya sendiri disini.

" Lama sekali ko jalan" cibir Nur sembari memutar Motornya

Fat yang mendegar itu memasang wajah kesal " Es batu berjalan, ku sumpahi ko menikah sama dosen dingin kayak dikutup utara" umpat Fat dalam hatinya. Tidak mungkin ia mengucapkan itu dengan lantang bisa-bisa nyawanya melayang saat itu juga.

....

Is time to translate

Lato-lato : kakek-kakek
napasiala ko : dijodohkan
Loko dita? : Kamu mau?
Etta : panggilan untuk seorang Ayah

...

HOLAA... disini Caa

selamat datang di cerita ini...

kisah ini akan berlatar belakang sulawesi selatan...

beberapa percakapan dan bahasa akan menggunakan bahasa serta logat setempat...

so buat kalian yang tinggal di sulsel dan sekitarnya silahkan komen ya..

apabila ada keselahan dalam penulisan serta informasi yang salah silahkan di koreksi.

kritik dan saran dipersilahkan

jangan lupa vote dan komen

SEE YOU!!!





NurWhere stories live. Discover now