5. MASA LALU?

62 9 1
                                    

FORGET ME NOT| 5. MASA LALU?

*****

"Malam ini kita ke rumah Tante Amel ada acara tahlilan tujuh harian Om Alfian."

Deng!

Ayra yang semula sedang berbaring santai di sofa sambil memainkan ponsel refleks menegakkan badannya. "Malam ini, Ma?!"

"Enggak. Malam tahun baru." Paramitha memutar bola matanya kesal. Hampir saja ia melemparkan bantal sofa ke wajah anaknya itu. "Ya, iyalah, Ra, malam ini."

"Kok dadakan, Ma?"

"Mama sudah ngasi tau kamu dari semalam loh ...."

"Masa iya, Ma?" ujar Ayra tanpa sadar.

"Hedehhh.... Capek banget punya anak pikun-an begini," keluh Paramitha yang tak dianggap serius oleh Ayra. Anaknya itu malah sibuk menerawang jauh entah kemana.

"Kenapa? Gak mau ikut?" tanya Paramitha kemudian. "Ya, gak papa kalau gak mau, Ra. Lagian, kemarin waktu tahlilan tiga hariannya Om Alfian kamu juga gak datang kan?"

Ayra belum juga membuka suara. Sebenarnya entah dirinya bersedia datang atau tidaknya bukanlah hal penting bagi keluarga papanya. Pasalnya, memang sudah seharusnya mereka tidak terlalu akrab seperti yang sudah-sudah. Tetapi ....

"Tante Amel nanyain kamu terus kemarin."

"Tumbennnnn?" heran Ayra menatap bingung mamanya.

"Ya, mana saya tau? Saya kan manusia," balas Paramitha enteng yang setelahnya beranjak dari hadapan Ayra begitu saja.

Melihat tingkah mamanya, Ayra hanya bisa bergeleng heran. Sebenarnya Ayra adalah seorang ekstrovert yang selalu bersikap santai dan nyaman dengan kondisi apapun. Namun, seperti terawangannya tadi, Ayra tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya kembali akrab dengan keluarga besar yang setelah bertahun-tahun lamanya sengaja menjauhkan diri dari keluarga inti Ayra.

*****

Begitu langkah Ayra dan Mamanya sampai tepat di pintu masuk rumah Tante Amel, refleks seluruh pasang mata yang berkumpul di ruang tamu luas itu beralih kepada keduanya. Mama Ayra dengan senyuman ramah mengucapkan salam lalu melangkah masuk dengan santainya. Sementara anaknya masih bergeming di depan pintu.

Awalnya Ayra mengira tatapan penasaran keluarga besarnya itu akan hilang secepat kilat dan kembali pada fokusnya masing-masing. Namun, yang terjadi saat ini benar-benar tidak seperti dugaan negatif Ayra.

Amel langsung berdiri menyambut kedatangan iparnya itu dengan senyuman ramah juga. Tak lupa beberapa saudari papa Ayra yang lain juga menyapa Mama Ayra. "Alhamdulillah akhirnya sampai juga kamu, Mith," ujar Amel beralih melongok ke belakang Paramitha dan mendapati keberadaan Ayra yang tertinggal jauh di sana. "Loh, Ayra? Masuk sini, Nak. Ngapain di situ?" Sambil melambaikan tangannya, Amel terus-menerus memanggil nama Ayra.

'Nak? Nak?' batin Ayra nyaris tertawa mendengar pencitraan keluarga besar yang sepertinya baru saja akan di mulai.

Bagaimana mungkin Ayra tak mempercayai keluh kesah Mama dan Papanya dahulu yang sangat menyedihkan karena tak pernah diajak berkumpul bersama ataupun sekedar bertukar kabar? Mungkin kalau orang lain bisa saja berkata semua cerita orang tua Ayra belum tentu benar adanya, dulu mungkin Ayra hanya bisa berdiam diri, tapi tidak untuk saat ini. Ayra juga bukan hanya percaya begitu saja dengan orang tuanya, tetapi ia juga ikut serta dalam beratnya perjalanan hidup kedua orangtuanya. Apa saja cobaan yang Papa Mamanya lalui hingga ucapan dan caci maki yang diterima mereka dengan ikhlas, Ayra sudah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Jadi, bukan salah Ayra jika bersikap sedikit dingin atau mungkin seolah-olah baru saja kenal dengan keluarga besar ini, bukan?

Forget Me Not Where stories live. Discover now