8. OVERTHINKING

70 6 0
                                    

FORGET ME NOT | 8. OVERTHINKING

*****

Mereka akhirnya sampai di rumah Delvin, terlihat para keluarga mulai berdatangan. Dan satu hal tak terduga, perempuan bernama Riska itu masih setia mendalami perannya sebagai mantan kekasih Delvin yang sok menebar keakraban.

Ayra berdecak kesal menyaksikan dari ambang pintu.

Delvin diam-diam memperhatikan arah pandang Ayra. "Mau Abang usir aja, atau gimana, Ay?" bisiknya sembari menunduk menyetarakan tinggi dengan Ayra.

Ayra sedikit terkejut. Refleks menoleh dan nyaris bibir mereka bertabrakan kalau saja Ayra tidak segera menghindarinya. Rasanya, Ayra mau mati saja! Bisa-bisanya Delvin bertingkah konyol di hadapan seluruh sanak saudara seperti ini. Dan lagi, mereka semua seratus persen terfokus pada Ayra dan Delvin.

Berusaha menetralisir degup jantungnya, Ayra menyenggol lengan Delvin, memberikan kode untuk kembali pada posisi semula. DELVIN, SIALAN!!!! Pada akhirnya, Ayra memaki Delvin dalam hati.

Delvin berdehem, menegakkan tubuhnya. "Si Riska, Abang usir aja apa gimana ini?" perjelas Delvin.

"Ya, terserah! Kan, mantannya Abang, bukan urusan Ayra!" judes Ayra dengan nada pelan namun penuh penekanan. Beralih meninggalkan Delvin yang termenung di depan pintu.

Tetapi entah kenapa, Delvin seperti merasakan sensasi aneh di dalam tubuhnya. Tanpa disadari, Delvin tersenyum menatap Ayra seiring langkahnya yang kian menjauh.

*****

Ayra mendekati Paramitha yang bertugas menyusun sajian makanan berat di atas meja prasmanan. "Ma, mau pulang," rengeknya seperti anak kecil.

Paramitha menoleh keheranan. "Apa sih, Ayra? Udah sore juga, tahlilannya, loh, sebentar lagi, habis magrib."

"Tapi, Ayra mau pulang, Ma." Ayra pantang menyerah. Satu-satunya jalan hanyalah segera pergi dari situasi ini.

"Kenapa, sih? Kok tiba-tiba minta pulang?" Paramitha mengehentikan sejenak aktivitasnya. "Perasaan, tadi baik-baik aja, malah jalan sama Abang Delvin lagi," lanjutnya dengan nada mengejek.

Ayra menghela berat nafasnya. Percuma, ini tidak akan berhasil. Daripada membuang waktu, lebih baik Ayra diam-diam langsung melarikan diri saja! Masalah bagaimana nanti jika ada keluarga yang sadar dengan ketidakhadirannya, itu urusan Mamanya.

Seingatnya, di rumah Delvin ini ada pintu keluar yang terhubung langsung ke daerah blok belakang. Setelah memastikan semua keluarga sibuk dengan aktivitas masing-masing, Ayra bergegas menuju dapur dimana letak pintu penyelamat itu berada. Sayangnya, begitu langkah terakhir di ambang pintu, lengannya mendadak ditarik seseorang.

Ayra menoleh waspada.

"Mau kemana?" Ah, sial! Bagaimana bisa Delvin mendapati dirinya padahal ia sangat yakin bahwa tidak ada yang menyadari gerak-geriknya sejak tadi?

Ayra berkedip cepat. Bingung, harus menjawab apa.

"Ayra mau kemana?" ulang Delvin sebab Ayra tak kunjung merespon.

"A-anu, Bang." Dengan sabar Delvin menunggu jawaban Ayra. "Mau ke warung sebentar ada yang mau dibeli," lanjut Ayra yang berharap berhasil meyakinkan Delvin.

"Warung?" Wajah Delvin nampak keheranan. "Di belakang gak ada warung, Ay, malah tanah kosong. Kalau warung adanya di blok depan."

Ayra terdiam. Alibinya gagal total! "Oh, ahahaha, iya, ya, Bang." Ayra terkekeh garing, menggaruk kepalanya. "Ayra lupa. Maklum lah baru dua kali ke sini."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Forget Me Not Where stories live. Discover now