0. PROLOG

238 17 1
                                    

Halo semuanya, cerita kali ini aku bawakan dengan latar belakang kota kelahiranku yaa. Yang dimana sebagian besar gaya bicaranya juga termasuk gaya semi formal di sini. Dan yang paling menonjol adalah penggunaan panggilan aku-kamu. Karena disini sangat tidak terbiasa dengan panggilan lo-gue bahkan untuk teman sebaya yang sangat akrab sekali pun. Jadi, mohon maaf sebelumnya jika penulisan tata bahasa cerita ini mungkin agak asing diterima oleh kalian 😂

Juga, sebenarnya di kota ini, bahasanya sangat bermacam-macam. Yang paling menonjol adalah bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa suku Banjar. Tapi, jelas aku gak bakalan menggunakan bahasa campuran seperti keseharian masyarakat sini kebanyakan. Dan jalan tengah yang aku ambil adalah bahasa Indonesia dengan sedikit gaya bahasa atau logat orang sini hehehe.

Semoga berkenan mampir dan terhibur dengan ceritaku yaa. Terima kasih banyak atas dukungan teman-teman semua.

*****

FORGET ME NOT | 0. PROLOG

"Meski dari titik terjauh pun, aku tetap bisa mengenalimu."

***

Samarinda, Agustus 2016

....

Hari ini adalah hari terpenting para panitia OSIS sebelum pelaksanaan hari H acara. Dimana masing-masing perwakilan tim futsal sekolah telah berdatangan untuk menghadiri technical meeting HUT SMA Brawijaya yang ke 37 tahun.

Ayraihana atau yang sering disapa Ayra adalah orang tersibuk sepanjang hari ini. Sebab, rangkaian technical meeting termasuk dalam tugas divisi acara dan Ayra lah sang koordinatornya.

Selesai Gita—selaku ketua panita membuka acara, tibalah giliran Ayra untuk menjelaskan garis besar tentang peraturan dan hal lainnya mengenai pelaksanaan pertandingan.

"Kiranya begitulah garis besar tentang peraturan dan ketentuan pertandingan ini. Sebelum lanjut ke pembahasan berikutnya, apakah ada yang ingin ditanyakan kembali?" tanya Ayra sebagai penjeda sebelum beralih ke topik berikutnya.

Di deretan kursi sisi kanan, di barisan kedua, terangkatlah tangan seorang lelaki. "Perkenalkan, saya perwakilan dari SMAN 23 Utara. Mungkin pertanyaan ini diluar dari inti pembahasan tadi."

"Oh, boleh, Kak. Silahkan," jawab Ayra.

"Apakah ada ketentuan dress code untuk acara pembukaan?"

Ayra tersenyum ramah. "Tidak ada, Kak. Yang terpenting bebas dan pantas."

Lelaki itu mengangguk paham. "Baik. Terimakasih atas jawabannya."

Tunggu dulu, sepertinya wajah lelaki itu terlihat tidak asing di ingatan Ayra. Kulit putih, mata agak sipit, dan hidung mancung. Kalau dilihat-lihat rasanya Ayra pernah bertemu dengannya, atau, sekedar mirip dengan orang kenalannya?

Satu detik ...

Dua detik ...

Tiga detik ...

"Ay!" tegur pelan Gita sembari menyenggol kaki Ayra dengan kakinya.

Ayra pun terkesiap. Sadar, berpuluh-puluh pasang mata kini masih tetap tertuju kepadanya. Ayra berdehem pelan. "Baik, apakah adalagi yang ingin ditanyakan?"

*****

Forget Me Not Where stories live. Discover now