The Wolf Curse

5.8K 66 4
                                    

PROLOGUE

Rambutku terbang tertiup angin, tetes-tetes gerimis mulai menodai kaosku.

"Maaf, dari awal memang tidak seharusnya aku melakukan ini." Dia berhenti sesaat dan melanjutkan kalimatnya. "Ketika aku merasakan tarikan itu, saat mata kita bertemu untuk pertama kali, seharusnya aku langsung pergi sejauh mungkin bukannya melibatkanmu sampai sejauh ini. Bodohnya aku."

Langkah kami mulai memelan, semakin pelan, hingga akhirnya benar-benar berhenti di tengah jalan itu. Untuk sesaat kami hanya saling berhadapan, tidak ada yang berkata-kata. Aku mendengar gemerisik pepohonan tertiup angin.

"Aku nggak ngerti maksudnya." Jantungku mulai berdebar. Tidak biasanya ia bersikap seperti ini. "Kenapa, Ben?" Perasaanku mulai tidak enak.

Ia menatap mataku dalam-dalam, seolah dapat melubanginya dan melihat tembus kedalam jiwaku.

Ia pun mendesah. "Tiga minggu lagi adalah tepat seratus-lima-puluh-tahun kutukan itu terjadi, Noura. Kutukan itu akan segera hilang." Katanya. Ia memejamkan mata dan memijat  pangkal hidungnya.

Aku langsung menggenggam salah satu tangannya. "Hey, itu artinya bagus, dong." Kataku tersenyum. "Bukanya itu yang selama ini kamu tunggu, ya?" Aku tidak tahu mengapa ia terlihat begitu tertekan. Bukankah ini berita bahagia?

"Tidak lagi, Nour." Ia mempererat genggamannya.

"Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Kutukan itu akan segera hilang." Ia mengulanginya tanpa ekspresi.

"Lalu?" Aku berusaha memahaminya, dan tiba-tiba sebuah kesadaran menghampiriku. Dadaku terasa sesak. Aku pun melepaskan genggamanya dan mundur selangkah.

Wajahnya begitu terluka ketika berkata, "Tidak akan ada kesempatan untuk kita." Ia maju untuk meraih tanganku dengan ekspresi memohon. Aku mundur menjauhinya. "Noura, please .."

Aku tidak ingin mendengar apapun lagi, segera berbalik dan berlari meninggalkanya. Berharap ia tidak melihat air mataku yang menetes. Aku sempat melihatnya mempertimbangkan untuk mengejarku, namun ia mengurungkanya. Tanganya menyapu rambut hitamnya, dan samar-samar kudengar ia berteriak memanggil namaku. Ia telihat sangat depresi, tapi aku tidak bisa peduli lagi. Ia juga membuatku ikut merasakan sakit ini. Aku membencinya karena ia telah membuatku merasa begitu membutuhkanya.

Aku tahu sejak awal semua ini memang kesalahan.

 _________________________________________________________________________________

heeyy im new here. this is my first debut story ever, so pleasee dont be too harsh :D

heeyy saya anak baru, plis jangan bully sayaa. -__- butuh dukungan, vote, follower, komentar, saran, kritik, tapi jangan terlalu nge hina ya hahaah :D

The Curse [on hold]Where stories live. Discover now