Chapter 5 - The Interview

834 45 7
                                    

(unedited, read for the risk ^^)

THE INTERVIEW

(Ben P.O.V)
 

Aku berjalan keluar dari kantin menuju kelasku berikutnya, laboratorium biologi. Tidak seperti kemarin di hari pertama kedatanganku di sekolah ini, tidak ada seorangpun yang mencoba berbicara atau menyapaku. Semua menatapku dengan tatapan khawatir dan takut.

Setiap kali marah atau emosi, aura serigalaku memang akan mendominasi secara otomatis. Meskipun mereka tidak tahu, manusia biasa yang melihatku akan merasa terintimidasi tanpa mereka sadari. Naluri pada alam bawah sadar mereka mendeteksi bahaya yang terpancar dariku.

Masa bodoh dengan mereka, aku tidak peduli.

Hampir semua mungkin sempat melihat pertengkaran kecilku dengan Noura di kantin tadi pagi, beberapa anak mugkin bahkan menguping juga, dan beberapa rumor tidak jelas mungkin juga sudah mulai menyebar. Yang pasti sepertinya sekarang semuanya tahu kalau aku sedang dalam bad mood dan tahu untuk tidak menggangguku dulu untuk saat ini.

Sikap Noura di kantin tadi membuatku menyadari sesuatu. Jika aku ingin merebut hati Noura, aku harus belajar mendekatinya mulai dari awal. Sedikit demi sedikit, pelan pelan. Aku harus berusaha dari nol untuk bisa mendapat kepercayaanya.

Aku tidak boleh tergesa-gesa memaksakan diriku untuknya seperti yang kulakukan di kantin tadi. Karena ia tidak bisa merasakan apa yang kurasakan tiap kali aku menatapnya. Ia tidak akan bisa memahami keinginanku untuk menyentuhnya, mendekapnya dan menjadikanya miliku. Kalau ia tahu bagaimana perasaanku selama ini, mungkin ia malah akan ketakutan dan menganggapku orang aneh.

Aku harus menggunakan cara manusia untuk mendapatkan hatinya. Pendekatan secara tradisional.

Aku baru sadar, yang kulakukan di kantin tadi itu salah karena aku telah memaksa masuk kedalam kehidupanya disaat ia masih mengangapku orang asing. Ini telah membuatnya merasa tidak nyaman dan semakin menjauh dari jangkauan.

Namun ada sesuatu yang masih sulit kupahami. Tadi yang kutanyakan di kantin hanyalah pertanyaan-pertanyaan sederhana, tapi kenapa ia terlihat begitu gelisah. Jika dibandingkan dengan cewek-cewek lain ketika kuajak ngobrol, mungkin mereka akan menjawab setiap pertanyaanku dengan antusias. Tapi kenapa Noura seperti begitu enggan berbicara denganku.

Aku hanya ingin tahu apa yang ia lakukan di hutan sendirian sampai bisa tersesat di malam hari seperti itu. Tadi aku berusaha memancingnya untuk bercerita. Tapi sepertinya ia merasa tidak nyaman membahas itu, terutama ketika aku menyinggung tentang ayahnya. Ia jadi marah lalu pergi begitu saja dan membuatku merasa bersalah. Seolah semua ini berhubungan sesuatu yang begitu sensitif baginya dan ingin ia sembunyikan rapat-rapat dari siapapun.

Sebagai belahan jiwa yang baik, aku harus mencari tahu apapun itu.

***************************************************************

Satu persatu murid mulai datang memenuhi Laboratorium ini. Semua sepertinya mengabaikanku karena aura serigalaku yang meradiasi meneriakan ‘bahaya’ pada manusia normal, membuat semua menjauh mengikuti insting keamanan mereka.

Tapi aku agak merasa bersyukur mereka menjauh untuk saat ini karena aku sedang malas untuk berbasa-basi atau berurusan dengan semua orang. Hanya ada satu pengecualian, ada orang yang aku benar-benar ingin berbicara sekarang. Seseorang yang sudah kutunggu dari tadi di laboratorium biologi ini.

Carissa.

Ia memasuki ruangan ini dengan buku-buku di tanganya lalu duduk di depanku tanpa menoleh atau menyapa. Aku pun langsung mengubah mode bad mood-ku menjadi agak lebih riang. Seketika aura berbahaya dari serigalaku itu pun menghilang. Dengan begini aku tidak terlihat menakutkan lagi di mata manusia.

The Curse [on hold]Where stories live. Discover now