Chapter 4 - The Dream

921 44 10
                                    

THE DREAM

 (Ben P.O.V)

Aku sudah berlari selama sekitar empat jam, tetapi binatang dalam diriku ini seperti belum puas juga. Sisi binatangku belum ingin kembali terpenjara dalam wujud manusia. Ia tidak suka menjalani rutinitas kehidupan manusia. Ia ingin bebas, menyapa alam liar.Ia ingin menjadi binatang.

Ini sudah ketiga kalinya aku melewati daerah ini. Entah jam berapa sekarang. Menurut insting binatangku, dilihat dari kelembapan udara, arah angin dan perilaku binatang di sekitar, aku bisa merasakan matahari akan segera muncul. Mungkin 45 menit lagi.

Sudah satu minggu sejak tinggal di sini, naluri binatangku selalu membangunkanku setiap malam untuk berlari di hutan dan perkebunan sekitar sini. Ia ingin memastikan tempat tinggal barunya ini aman, bebas dari teritori dan ancaman binatang lain. Meskipun aku memang sudah yakin kalau aman, tapi sisi binatangku ini tetap tidak bisa menurunkan tingkat kewaspadaanya.

Dan aku mencium aroma itu.

Campuran dari berbagai aroma yang kusukai. Ada vanilla, cokelat, melati, dan aroma lain menjadi satu. Aku pun tidak bisa menahan sisi binatangku untuk berlari mencari datangnya aroma ini. Aku ingin melihatnya. Tidak salah lagi, aku yakin aroma ini adalah dia.
Noura!

Sebuah pertanyaan menyelimutiku. Apa yang ia lakukan disini?

Ketika pertama kali menatap matanya di kantin kemarin, entah mengapa aku begitu menginginkanya. Rasa ini begitu kuat dan menyakitkan. Seolah segala sesuatu tentang dirinya berusaha menariku padanya. Tatapanya, aroma tubuhnya, detak jantungnya, semuanya membuatku gila. Aku belum pernah merasa begitu menginginkan sesuatu atau seseorang separah ini sebelumnya.

Tentu saja, astaga. Dia adalah belahan jiwaku! Itu sangat wajar. Binatang dalam diriku ini berbicara.

Awalnya aku memang yakin ada bagian hewani dalam darahnya. Tapi begitu aku mencoba menghampirinya, dia merespon dengan aneh. Kita belahan jiwa bukan? Seharusnya kita bisa langsung mengenali satu sama lain begitu mata kita bertatapan. Seperti pasangan belahan jiwa lain. Seharusnya Noura bisa merasakan tarikan ini. Seharusnya kita bisa merasakan ikatan ini, tapi entah mengapa sepertinya hanya aku yang merasakanya.

Akupun menyadari sesuatu. Jadi ternyata ia tidak mengenal jati dirinya. Mungkin bagian hewan di tubuhnya itu terlalu resesif hingga ia tidak bisa menyadarinya. Mungkin ia bahkan tidak tahu apapun tentang dunia ini. Apakah itu berarti selama ini ia hidup sebagai manusia biasa, manusia normal?

Pikiran ini selalu menggangguku setiap detik, sejak pertama kali aku menatap matanya. Aku merasa patah hati.

**************************************************************************

Beberapa saat mengikuti jejak aroma itu, aku pun menemukanya. Noura.

Ia berada sekitar beberapa meter dari tempatku, terlihat gelisah. Beberapa helai rambutnya yang berantakan menutupi wajah sempurnanya. Meskipun dari jarak sejauh ini ia sama sekali tidak menyadari keberadaanku, tapi aku masih bisa melihatnya dengan jelas diantara ranting dan dedaunan ini.

Ia terus berjalan tanpa tujuan yang pasti, tatapanya agak panik. Sekali lagi, apa yang ia lakukan disini?

Apa yang mungkin dilakukan gadis normal di tengah hutan pada pagi buta seperti ini? Apakah ini wajar? Sepertinya tidak.

Berbagai pikiran negatif langsung menyerangku.

Mungkin dia memang tidak sepenuhnya hidup sebagai gadis normal. Mungkin sebenarnya ia memang memiliki sisi binatang. Dan mungkin ia sekarang sekedar keluar untuk membebasan binatangnya berlari, seperti yang sedang kulakukan sekarang. Mungkin kemarin ia memang sengaja mengabaikan tarikan kuat yang kita rasakan. Mungkin ia ingin menolak ikatan ini. Mungkin ia memang tidak menginginkanku.

The Curse [on hold]Where stories live. Discover now