Chapter 12

12.1K 1.2K 74
                                    

Awas typo menodai mata!
Selamat membaca

-
-
-
-
-
-
-

Stefano kembali menghela nafas yang kesekian kalinya, sehingga membuat pria yang menjabat sebagai sekretarisnya terheran-heran. Tidak biasanya Stefano terlihat gusar dan tampak lesu, biasanya duda tampan ini akan sangat tenang dan penuh wibawa.

"Apa ada masalah tuan?" Razav Dayyane selaku sekertaris Stefano menatap aneh kearah atasannya yang tampak gelisah.

"Lanjutkan, Lucian akan menghandle selebihnya."

Stefano segera berdiri dari singgasananya lantas langsung keluar dari ruang meeting pikirannya sekarang tertuju kepada putra bungsunya, apakah anak itu baik-baik saja.

Pagi tadi panasnya sudah turun, tapi Stefano khawatir kondisi Altheo kembali buruk.

Namun bukannya lega Stefano terlihat waspada saat sampai di kediaman Benedict karena melihat beberapa mobil yang tak asing dengan plat B terlihat terparkir apik di depan istananya.

Pria itu masuk dengan langkah lebar ke dalam mansion, raut wajahnya tampak gelap saat melihat saudara tertuanya tengah memangku putranya. Hei, dia tidak terima sungguh.

"Kenapa kau pulang cepat?" Dimitri Benedict bertanya tanpa menoleh kearah Stefano, pria itu fokus melihat keponakannya yang sedang memainkan ponselnya.

Raut muka Stefano menjadi datar, tatapannya menajam dengan kedua tangan yang terkepal erat di samping tubuhnya. Dia tidak suka melihat pemandangan di depannya, dimana Altheo lebih anteng bersama dengan Dimitri.

Stefano mendekat dan dengan tiba-tiba merebut putranya yang berada di pangkuan saudaranya.

"Apa yang kau lakukan di mansion ku?"

"Sepertinya beberapa tahun tidak bertemu membuat mu menjadi lebih berani Stef?"

Stefano berdecak sebal kemudian membawa Altheo masuk ke dalam lift.

Altheo dia hanya bisa diam, dia masih mencerna situasi yang terjadi kepada dirinya.

"Hangat..."

Bibir Altheo sedikit berkedut karena dia menahan senyuman, kenapa rasanya sebahagia ini padahal Stefano bajingan ini bukan orang tuanya.

"Sudah makan?"

Stefano dapat merasakan anggukan kecil dari putranya ini, senyumannya terbit saat dirinya dapat merengkuh sang anak. Stefano membawa Altheo ke kamarnya, dia duduk di pinggir tempat tidur sambil menatap dalam wajah sang anak.

"Anak Daddy." Gumamnya pelan, kemudian mengecup pelipis Altheo dengan sayang. Tidak berhenti di sana, pria itu memeluk erat tubuh Altheo dan mengecup puncak kepalanya berkali-kali.

Altheo dia hanya diam, biarkanlah manusia satu ini menikmati waktunya. Jujur dirinya juga merasa nyaman dengan pelukan Stefano seolah-olah keduanya memang benar pasangan ayah dan anak, padahal dia Erkan Lim putra tunggal dari Erlando Lim.

Waktu berjalan begitu cepat, akhirnya makan malam tiba. Altheo sudah mandi dan memakai pakaian hangat, aroma tubuhnya berbau minyak telon. Dan pelaku utamanya adalah Stefano, pria itu memaksa ingin memakaikan putranya pakaian, tapi sebelum itu dia membalur sebagian tubuh Altheo dengan minyak telon.

"Apaan sih lepasin gak!"

Altheo memberontak di gendongan Stefano, seperti orang tuli. Pria dewasa itu sama sekali tidak terganggu dengan suara keras Altheo, dia malah sibuk mengecup pipi kanan Altheo dengan brutal.

"Anak Daddy, babynya Daddy hem."

"Saoloh nih bapak-bapak satu bener-bener ketempelan jin!"

Altheo pasrah, melihat putranya yang tampak diam. Stefano langsung membawa Altheo ke ruang makan, para bawahan yang melihat senyuman tuan mereka tampak meringis ngeri, seorang Stefano Benedict tersenyum.

Leander menatap datar kearah Stefano yang tersenyum kecil dengan Altheo berada di gendongan koalanya. Pria itu pasti tengah kerasukan iblis, tapi apakah mungkin iblis sepertinya akan di tempeli oleh iblis lain.

"Sepertinya Daddy mu itu sudah gila Rasen." celetuk Austin karena jengah dan agak iri melihat cucu bungsunya terlihat anteng di gendongan Stefano.

Sedangkan Rasen menatap jengah pemandangan di depannya, ingin rasanya dia melemparkan sesuatu ke wajah sombong sang Daddy. Lihat, pria itu bahkan tersenyum kemenangan kearah mereka.

"Cucu kecil nenek, bagaimana keadaan mu sayang." Ariela, istri Austin dan ibu dari tiga orang putra.

Altheo menoleh, dia memberontak kembali dan akhirnya dengan tak rela Stefano menurunkan sang anak di salah satu kursi di samping ibunya.

"Neneeek." suara Altheo mendayu lembut, dia menghambur ke pelukan Ariela. Entah kenapa dia ingin bermanja-manja dengan wanita ini, seolah dia sudah mengenalnya sejak lama. Ya mungkin bagi Altheo dia memang sudah mengenalnya sejak kecil, tapi bagi Erkan ini adalah awal baginya lantas kenapa dia merasa nyaman.

Stefano berdecak kesal melihat Altheo yang tampak bermanja dengan sang ibu.

"Ayo mulai makan malamnya." suara Austin mengawali makan malam mereka.

Stefano bermaksud menyuapi sang anak, tapi tiba-tiba saja Dimitri sudah menduduki kursi lain di samping Altheo.

"Menyingkir."

Dimitri mengabaikan Stefano, dia mengambil semangkuk bubur dan mulai menyuapi si kecil di sampingnya.

"Berhenti berdebat dan duduk Stefano."

Stefano berdecak kesal, dengan terpaksa dia duduk di samping Leander.

Setelah selesai melaksanakan makan malam, semuanya berkumpul di ruang keluarga. Altheo duduk di sofa di apit oleh Ariela dan Austin, sehingga mengundang tatapan menyedihkan dari Stefano dan yang lainnya.

Austin menyeringai, akhirnya dia bisa balas dendam kepada para cecunguk itu.

"Bagaimana hari-hari mu sayang, apakah menyenangkan." tanya Ariela.

Altheo sedikit tersentak kaget, dia merasa sedih mendengar pertanyaan sang nenek, sudah lama dia tidak pernah mendengar pertanyaan seperti itu. Sejak kedua orang tuanya meninggal, semuanya hilang.

"Dia sakit nek." jawab Rasen, sudah tahu adiknya itu demam. Tapi sang nenek malah bertanya tentang kesehariannya, sedangkan Altheo dia hanya merenung.

"Shttt, kesayangan Mama jangan nangis dong."

"Hei, jagoan kecil Papa sebentar lagi kami pulang nak."

"Pesawat kami akan tiba jam 8 malam, jadi jangan menangis.Tunggu kami pulang jagoan."

[Pesawat dengan nomor penerbangan EX 236 rute *** jatuh di laut *** semua penumpang dan maskapai di nyatakan telah meninggal dunia]

"Ma-mamaaaa!!! Papaaa!!!"

Tubuh Altheo gemetar mengingat kenangan menyakitkan saat dia kehilangan kedua orang tuanya.

Aurelia yang pertama kali menyadari cucunya menangis langsung bertanya. Tapi bukannya menjawab tangisan Altheo semakin keras, hal itu membuat semua orang kalang kabut.

Stefano langsung membawa Altheo ke pelukannya, mengusap dan memberikan kata-kata penenang untuk sang anak. Namun tangisan putranya tidak berhenti, anak itu sesenggukan sambil bergumam lirih yang sama sekali tidak di mengerti oleh Stefano.

Stefano membawa Altheo ke balkon lantai tiga. Dia terus mengusap pelan punggung Altheo, tangisan putranya ini terdengar begitu menyakitkan. Apakah karena dia dan keluarganya atau masalah lain yang tak pernah dia ketahui.

"Shttt... Daddy disini sayang."

Tbc

Vote dan komen

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Second Life The Geeky Boy Where stories live. Discover now