Chapter 5

16.6K 1.9K 59
                                    

Awas typo menodai mata!
Selamat membaca.

-
-
-
-
-
-
-

Pagi menjelang, Altheo menutup mulutnya saat menguap kemudian melirik jam yang menunjukkan pukul 6 pagi. Saat kesadarannya telah terkumpul, anak itu menghela nafas kasar saat dirinya masih berada di tempat ini. Sepertinya dia memang tidak akan pernah kembali, toh dia juga sudah di nyatakan meninggal 10 tahun yang lalu.

Hm, ngomong-ngomong tentang meninggal. Dia lupa menanyakan letak pemakamannya, karena terlanjur sesak nafas.

Ceklek

"Sudah bangun."

Altheo menoleh. "Belum, ck! Udah tahu pake nanya lagi. Basi tahu gak." ketusnya.

Leander terkekeh pelan, kemudian masuk ke dalam kamar dan membuka gorden.

"Cepat mandi, setelah itu ke ruang makan."

Setelah kepergian pria itu, Altheo segera mandi. 15 menit kemudian dia keluar dengan pakaian santainya, Altheo mendekat kearah meja belajar. Dia membuka laci meja, kedua matanya berbinar saat melihat sebuah ponsel iPhone berwarna biru.

"Hp orang kaya nih, kira-kira isinya apaan ya." karena penasaran, dia langsung menyalakan ponsel tersebut.

"Bisa-bisanya kagak di kunci."

Tok tok tok

"Tuan muda, anda di panggil ke ruang makan."

Altheo terserentak kaget, dia lupa. Para Benedict itu pasti marah. Dengan langkah tergesa-gesa dia keluar dari kamar dan berlari menuruni tangga, kenapa tidak menggunakan lift. Itu karena Altheo tidak suka, apalagi jika sendiri. Dia merasa seperti ada yang menatapnya dari pojok belakang.

Benar saja, saat sampai di ruang makan dia bisa melihat aura suram para Benedict yang sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Tapi dia tidak melihat keberadaan si tua bangka Austin, terserahlah lagipula dia tidak peduli.

"Cih, lama. Kau melupakan aturan di mansion ini, sepertinya kau harus di hukum."

Altheo menatap sinis kearah Rasen, Benedict yang satu itu benar-benar menyebalkan. Sama seperti ayahnya, si Stefano bajingan, ingin rasanya dia menendang bokong kakaknya itu.

"Berisik masih pagi udah ngomel." cibirnya kemudian duduk di tempatnya yang berada di samping kanan Leander.

Rasen menghela nafasnya, menghadapi tingkah adiknya yang sekarang dia harus ekstra sabar.

"Jangan ambil makanan pedas." larang Stefano saat melihat putranya akan mengambil sambal cumi.

Altheo menghiraukan ucapan Stefano, lagipula kenapa jika dia makan makanan pedas. Toh saat sakit mereka tidak akan peduli, jadi biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau.

Prang!

Semua orang menegang saat Stefano membanting gelas di sampingnya ke lantai sehingga pecah. Para pengawal Benedict dan beberapa pelayan tampak bergetar saat melihat alis Stefano menukik tajam. Rahangnya mengeras dengan tatapan setajam elang dari kedua matanya menghunus kearah Altheo.

"Sudah mulai berani, berapa nyawa yang kau punya sehingga melawan ku." nada yang terdengar halus namun penuh ancaman itu membuat Altheo tidak berkutik.

"Mendadak bisu heh." Rasen tersenyum miring saat Altheo balik menatapnya.

Leander, pria itu diam. Dia juga sama marahnya saat anak di sampingnya ini membangkang. Altheo itu penurut, tidak pernah berani menolak perintah mereka dan juga mengangkut wajah di depan mereka. Altheo cenderung akan menunduk dengan suara bergetar saat menjawab pertanyaan mereka, tapi Altheo yang sekarang benar-benar kebalikan dari Altheo yang dulu.

Second Life The Geeky Boy Onde as histórias ganham vida. Descobre agora