Chapter 3

18.1K 2.1K 138
                                    

Awas typo menodai mata!
Selamat membaca.

-
-
-
-
-
-
-

Keringat sebesar biji jagung meluncur mulus dari dahi Altheo yang berjiwa Erkan Lim.

Erkan yang sekarang kita panggil Altheo itu tampak gugup saat berhadapan dengan Stefano yang berwajah sangar. Dia berdoa di dalam hati, semoga dirinya masih bisa selamat setelah ini.

"Altheo kau-"

Dapat dirinya dengan suara Geraman tertahan dari mulut Stefano, pria yang satu ini saat marah seperti binatang buas.

"A-apa! Marahnya di pending dulu, lapar nih mau makan." dengan secepat kilat anak itu berlari tunggang langgang kearah ruang makan, mengabaikan tatapan para anggota Benedict yang sedikit tidak percaya dengan reaksinya.

Stefano menghembuskan nafasnya dengan kasar, putranya yang satu itu kenapa tiba-tiba menjadi berubah. Ada yang aneh dengan anak itu, sepertinya mulai saat ini Stefano harus mengawasinya dua puluh empat jam.

Mereka akhirnya melangkah ke ruang makan, disana Altheo sudah duduk tenang sambil melirik berbagai makanan yang tersaji di hadapannya dengan pandangan lapar.

"Ekhem."

Altheo menghiraukan suara tersebut, dia sibuk memindahkan daging ayam yang di taburi bumbu pedas ke atas piringnya. Sampai tangannya tiba-tiba di tepis pelan oleh orang di sampingnya, Altheo menoleh dan menatap penuh permusuhan kepada sang pelaku.

"Dih apaan sih." sengitnya membuat senyuman kecil di bibir Leander.

"Idih-idih najis, ngapain senyam-senyum segala." cibirnya semakin membuat Leander menyunggingkan senyuman lebar.

Leander terkekeh pelan kemudian memeluk erat keponakan kecilnya, sampai Altheo di buat sesak nafas karena dadanya terhimpit badan besar Leander.

"Oi le-pas, buset se-sek w-oi"

Dengan tidak rela Leander melepaskan pelukan eratnya, pria itu menatap wajah memerah Altheo dengan gemas. Bocah ini kenapa menjadi lucu dan menggemaskan, Leander rasanya ingin menggigit kedua pipi tembem itu.

"Hampir aja inalilahi." gumam Altheo sambil mengelus dadanya dengan pelan.

Altheo mengalihkan perhatiannya kearah orang-orang yang sudah duduk di kursi mereka masing-masing tak terkecuali dengan si tua bangka, Austin Benedict orang tua dari Dimitri, Stefano dan Leander. Omong-omong tentang Dimitri, dia adalah anak sulung Austin yang menetap di Spanyol bersama keluarga kecilnya.

Lalu istri Austin, wanita itu sedang mengunjungi kediaman Dimitri. Untuk keluarga Mikaila sendiri, dia kurang tahu.

Rasen menatap ayam pedas yang berada di piring Altheo. "Makanan seperti itu tidak sehat untuk mu." ucapnya dengan datar.

Altheo langsung meliriknya dengan sinis. "Heleh gak sehat mata mu! Ini ayam mengandung protein dodol, gini nih contohnya kalau suka bolos waktu pelajaran Biologi."

Leander, hampir terbahak mendengar jawaban keponakan kecilnya. Sedangkan Austin tersedak dan langsung memalingkan wajahnya dengan kedua bahu bergetar, berbeda dengan Stefano. Pria itu hanya menatap diam sang anak yang terlihat berbeda dari biasanya.

"Beraninya kau!" Rasen mengepalkan kedua tangannya, wajahnya sudah merah karena menahan emosi.

"Nyenyenye bacot!"

Austin dan yang lainnya langsung menatap tajam kearah Altheo.

"Ulangi perkataan mu." suruh Austin, namun Altheo memilih abai dan melenggang pergi.

Second Life The Geeky Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang