LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓

43. SOSOK BERHATI MALAIKAT ITU, SUDAH TIDAK ADA

Ternyata, pernyataan ini benar; semua orang akan sayang jika aku telah tiada, dan semua orang akan menangis tersedu-sedu jika aku sudah tidak ada lagi di dunia ini.

43. SOSOK BERHATI MALAIKAT ITU, SUDAH TIDAK ADA.

Pulang dari sekolah, Adista langsung menuju ke apartemen Kakaknya. Ketika sampai, Adista mencoba menekan pin di kenop pintu itu, yang Adista lihat hanya kesepian dengan keadaan kamar yang berantakan.

Adista mencari ponsel di dalam ranselnya. Berniat akan menghubungi Mamanya—Alsava.

“Ada ap—”

“Ma, Kakak ada di sana nggak?”

“Ada, baru aja dateng ke butik.”

Telfon itu di matikan, gadis itu memasukannya kembali kedalam ransel. Adista langsung menuju ke butik Alsava sekarang. Tidak membutuhkan waktu lama agar Adista bisa sampai ke sana.

“Kakak! Kak Laksa!”

Dari jarak jauh Adista sudah berteriak-teriak seraya berjalan cepat menuju bangunan butik. Alsava keluar dengan raut wajah bingung. Jari telunjuk wanita paruh baya itu di taruh di depan bibir sebagai kode agar Adista tidak berisik.

“Kak Laksa mana, Ma?”

Alsava menahan tubuh Adista. “Sutttt.. jangan berisik.”

Remaja dengan pakaian sekolah itu menurut. Ia membungkam bibirnya.

“Ada apa sih, Ta? Kenapa marah-marah kayak gini? Laksana nggak ada. Yang ada hanya Aksara.”

“Apa?” suara itu tiba-tiba menyapanya. Aksara datang dari dalam, raut wajahnya benar-benar sayu. Aksara seperti orang yang sedang sakit. Bawah matanya benar-benar hitam, dan bibirnya pucat.

“Mana kak Laksa?!”

Kedua tangan Adista mencengkram kaos yang di pakai Aksara. Tubuh Aksara di guncang hebat. “Mana Kak Laksa, Kak?!!”

“Nggak ada,” jawab Aksara pasrah. “Dia sembunyi.”

“Jangan... Jangan dulu sembunyikan Kak Laksa, kak. Gue butuh dia!”

Alsava mencoba meraih tubuh Adista. Wanita itu mencoba menghalau kedua anaknya. “Jangan gini, Ta. Kamu kenapa?”

[ PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN ]