20. PSIKOLOG ANAK

42.9K 4.1K 225
                                    

Katanya, setiap orang mempunyai standar hidup dan kebahagiaannya masing-masing. Lalu, dimana letak kebahagiaanku bersembunyi?

20. PSIKOLOG ANAK.

Tidak ada lagi semangat di dalam diri Legenda, setelah melihat makam kosong tanpa jasad yang di buatkan untuknya malam tadi, sepertinya, jiwa Legenda ikut tertanam saat itu juga. Raganya hidup, tapi seperti mati.

Legenda pun baru menyadari satu hal, setiap berangkat dan pulang sekolah, Legenda selalu melewati rumah keluarga yang sudah membuangnya. Legenda pikir, itu adalah rumah orang lain, rumah orang yang tidak di kenalnya.

Muak. Kenapa jalur menuju pangkalan angkutan umum harus melewati rumah keluarga Angkasa terlebih dahulu? Kenapa juga rumah Legenda harus berjarak dekat dengan rumah mereka?

Gerbang rumah mewah itu terbuka lebar. Sepertinya, Tenggara akan mengeluarkan mobil untuk di pakai berangkat sekolah hari ini. Meskipun rasa sakit dan kesalnya masih bersembahyam di hati Legenda. Namun Legenda masih memiliki rasa penasaran terhadap kehidupan mereka. Legenda mengintip di balik sela-sela pagar besi yang terbuka.

Legenda melihat Tenggara yang sedang memasang sepatunya di kursi teras rumah, dan Zanna di sampingnya, menyuapi nasi goreng untuk Tenggara. Dari luar, Legenda hanya bisa menelan ludahnya sendiri.

“Legenda juga mau di suapin, Legenda belum sarapan, Ma...” lirih Legenda.

Kemudian, Legenda melihat Yuda yang keluar dari rumah. Berpakaian rapi, bersiap akan pergi ke kantor, membawa tas jinjing hitam. Tangan kekar Yuda mengusap lembut rambut hitam legam milik Tenggara, untuk merapikan helaian yang tak rapi.

“Rambut Legenda juga nggak rapi, kenapa Papa nggak merapikannya juga?”

Terlihat, Zanna memasukan tupperware berisi sandwich kedalam tas Tenggara.

“Bekal buat Legenda, mana?”

Lalu, setelah memasang sepatunya, Tenggara beranjak, menyalami kedua tangan orang tuanya secara bergantian. Setelah itu, orang tuanya memeluk tubuh Tenggara secara bersamaan. Pelukan yang terlihat begitu tulus. Tenggara benar-benar menikmati tiap usapan yang mereka berikan di punggung dan kepalanya.

Kepala Legenda menunduk dalam, kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri. “Legenda juga mau di peluk....”

Setelah itu, Zanna mencium kedua pipi Tenggara, sedangkan Yuda mengecup keningnya singkat.

“Kecupan Mama yang satu lagi seharusnya buat gue. Curang, kenapa lo ambil bagian gue, Gar?” Legenda terus bermonolog dengan dirinya sendiri.

Merasa cukup melihat pemandangan pagi itu, Legenda memilih pergi. Pandangannya menunduk kebawah, sebelah tangannya memegang tali ransel yang di sampirkan di sebelah pundaknya. Hari masih pagi, tapi, pikirannya sudah bercabang kemana-mana.

Kasih sayang dari Mama dan Papanya untuk Legenda benar-benar telah musnah dengan cepat. Mereka tidak pernah mengetahui sehancur apa hidup Legenda setelah jauh dari keluarganya. Legenda hanya butuh kasih sayang, laki-laki itu tidak pernah meminta harta yang melimpah.

Legenda terlalu lemah untuk menghadapi takdir jahatnya. Legenda terlalu lemah untuk memaksa orang tuanya kembali memeluk dirinya.

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang