26. MERELAKAN POSISI PERTAMANYA(?)

36.6K 3.7K 438
                                    

Untuk segala rumit, semoga jalan keluarnya bukan pamit.

26. MERELAKAN POSISI PERTAMANYA.

Moana, saya tidak akan membuatmu mati terlalu cepat. Saya akan membunuhmu secara perlahan. Saya akan membuat hidupmu tak tenang. sampai kamu merasa ingin segera mati. Begitu pun dengan si brengsek Daniel.

#12 07.10

Aaaaaaa!!!!”

Semua murid kelas 11 IPS 1 di kagetkan oleh teriakan kencang Moana yang tiba-tiba. Padahal, baru saja gadis itu masuk kedalam kelas, tapi sudah membuat kerusuhan, mengganggu ketenangan orang lain yang sedang menghafal materi.

Ketika masuk kedalam kelas, pandangan Moana langsung tertuju pada sebuah amplop yang berisi surat seperti itu. Bagaimana ia tidak kaget? Sudah beberapa hari terakhir ini, Moana selalu mendapatkan teror-teror seperti itu.

“Siapa yang taruh kertas ini di meja gue?!!” gertak Moana, bertanya kepada semua orang yang ada di sana. Kertas tersebut di angkat tinggi-tinggi. Matanya menatap satu-persatu siswa dengan tatapan mengintimidasi.

Tetapi, tidak ada satu orangpun yang menjawab. Mereka justru saling melempar pandangan satu sama lain.

“Siapa orang yang datang ke dalam kelas ini pertama kali?!!” tanya Moana lagi, suaranya masih tinggi.

“Gue, kenapa?” tanya Legenda yang baru saja kembali dari perpustakaan. Ia membawa satu buku paket di tangannya, demi menghafal materi untuk ulangan akhir semester hari ini.

“Lo yang naruh kertas sialan ini?” tuduh Moana, kepada Legenda.

“Kertas apa? Gue nggak liat pas dateng ke sini tadi.”

“Bohong! Lo berani bohongin gue, Gen?” kertas itu di lempar kasar ke arah wajah Legenda, serta kedua bahu Legenda di dorong kasar oleh Moana.

Laki-laki itu tidak melakukan perlawanan. Selain yang menjadi lawannya adalah perempuan, Legenda juga masih mencerna apa yang di maksud oleh Moana. Sebab, ketika pertamakali masuk, Legenda hanya menaruh tasnya saja, tanpa melihat kesana-kemari.

Legenda melihat ke arah kertas yang berada di bawah kakinya. Tulisannya tidak terlalu besar, sehingga kesusahan untuk membacanya di posisi berdiri.

Hendak Legenda akan meraih kertas tersebut. Namun, pergerakannya tertahan.

“Lo nggak suka sama gue karena gue masih deket-deket sama Ilalang?”

Dorongan kasar kembali Legenda dapatkan berkali-kali. Sampai punggungnya membentur tembok yang ada di belakangnya.

“Ternyata lo itu jahat!”

Plak!

Kepala Legenda sedikit menoleh ke samping, merasakan perih yang menjalar di pipinya. Bahkan, bekas jari Moana terjiplak jelas di pipi Legenda. Sebelah pipinya berwarna merah karena kerasnya tamparan.

“Apaan banget sih, lo!” Adista baru saja datang, mendorong sebelah bahu Moana dengan sebelah tangannya. Penampilan gadis itu sangat berbeda, dia terlihat tomboy.

“Lo nggak tau apa-apa, Ta. Nggak usah ikut campur!” bela Moana untuk dirinya sendiri. Moana merasa di pojokkan, apalagi mendengar suara-suara murid yang menyorakinya.

“Punya bukti apa lo nuduh-nuduh Legenda kayak gitu?”

“Siapa lagi kalau bukan dia? Jelas-jelas dia datang paling awal kesini,” jawab Moana tidak mau kalah. Dia memang keras kepala, apapun yang di perbuatannya, dia merasa bahwa itu adalah tindakan yang benar.

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang