18. AJAKAN UNTUK MENGAKHIRI HIDUP

44.8K 4.1K 137
                                    

Bukankah mengikhlaskan juga bagian dari mencintai? Namun, aku nyaris gila. Sebab melepasmu adalah keterpaksaan yang membuatku hampir mengutuk takdirku sendiri.

18. AJAKAN UNTUK MENGAKHIRI HIDUP.

 AJAKAN UNTUK MENGAKHIRI HIDUP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A L S A V A B U T I K

Tulisan besar itu menjadi penghias sebuah butik besar yang ada di daerah Braga kota Bandung. Dari luar, gaun-gaun yang terpampang jelas di kaca jendela besar itu terlihat mewah. Alsava Butik adalah salah satu butik paling besar di Braga. Produknya sudah terkenal dimana-mana.

Legenda menghentikan langkahnya sebelum kakinya menginjak teras butik. Ia melihat ke arah sepatunya yang kotor. Ntah apa yang ada di pikirannya sekarang. Tapi, Legenda merasa tak enak jika harus masuk kedalam ruangan yang berisi barang-barang mahal itu.

“Gen, kenapa?” tanya Adista, yang sudah berdiri di ambang pintu.

“Ta, gue pulang aja, ya?”

Melihat ekspresi Adista yang mengerutkan alisnya, Legenda pun melanjutkan ucapannya, “Ketemu Mama lo nya nanti, di luar aja, jangan di sini. Takutnya orang-orang yang berkunjung merasa jijik liat gue.”

“Gen? Kok ngomongnya gitu?” Adista mendekat kembali ke arah Legenda. “Gue nggak suka dengan cara bicara lo yang kayak tadi.”

Legenda kembali menatap ke bawah, melihat ke arah sepatu new basket yang di pakainya. Sepatu yang sedikit sobek, terlihat sudah tidak layak di pakai. Kemudian matanya melirik sepatu yang di kenakan Adista. Sepatu Nike Air Jordan berwarna putih, yang dapat di pastikan sangat mahal.

“Gue kotor, Ta,” papar Legenda pelan, dengan kepala yang masih menunduk kebawah.

“Kotor apanya, Gen? Nggak usah minder kayak gitu.”

Tentu saja Legenda merasa minder. Melihat dirinya yang di ibaratkan anak jalanan, lalu si suruh untuk masuk kedalam istana. Orang-orang pasti akan menganggapnya sampah beruntung yang bisa terbang kedalam istana.

“Eh, ada tamu. Siapa ini? Kenapa nggak di ajak masuk?” tiba-tiba Mama Adista datang, merangkul pinggang Adista dari belakang.

Sontak kepala Legenda mendongak, menatap ke arah wanita yang baru saja keluar dari dalam butik. Penampilannya terlihat mewah dan elegan. Seorang wanita yang rupanya hampir mirip dengan Adista.

Kedua tangan Legenda terulur untuk menyalami tangan Alsava. Tangan mulus yang belum terlihat keriput. Jari-jari sebelah kanannya di hiasi oleh dua cincin berlian di jari manis dan tengahnya. Lagi-lagi, Legenda merasa rendah.

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang